33. Jujur

15.9K 1.6K 7
                                    

Happy reading all, jangan lupa vote dan comment nya yang ramai. Thank you...

***

Tidak lama setelah Melvin mengajak Kai menyusul bapak ke sawah, Gendis dan Aruni sampai di rumah, tanpa Jagad. Lelaki itu sedang bertugas dan tidak bisa hadir di ulang tahun keponakannya yang ke sepuluh. Dia hanya menitipkan salam hangat untuk Kai, semoga pria kecil itu tumbuh menjadi anak yang baik dan selalu bahagia. Mentari yakin kalau putranya pasti sedih nanti mendengar kalau Pakde nya tidak bisa hadir.

                  Untung saja Mentari bisa sedikit lega dengan kehadiran Melvin, paling tidak Kai sedikit terhibur. Belakangan Kai memang selalu bilang lebih menyukai Melvin ketimbang Jagad. Alasannya tentu saja karena Melvin selalu bisa diandalkan di setiap situasi ketika dibutuhkan karena mereka tinggal di satu kota.

                  Bagaimanapun, Jagad tetap seseorang yang berarti bagi bocah sepuluh tahun yang tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah itu. Jagad mungkin tidak selalu ada, tapi seperti apa rasanya punya ayah, sedikit banyak Kai bisa merasakan dari Jagad.

                  "Calonmu mana?" Gendis menyikut pelan Mentari yang sedang melamun. Dia pikir kakak iparnya masih menidurkan si kecil Aruni.

                  "Pergi ke sawah sama Kai, nemenin bapak." Mentari bisa melihat senyuman jahil dari Gendis, yang baru pertama kali dia lihat. Selama mengenal Gendis, wanita ini adalah perempuan Jawa tulen yang begitu lemah lembut, tidak pernah menunjukkan ekspresi berlebihan dalam hal apapun, sopan dan penuh tata krama. Ini kali pertama Gendis tersenyum seperti itu.

                  "Mbak nggak menyangka kamu akhirnya bisa jatuh cinta juga Tar. Kirain hatimu sudah mati untuk lelaki. Jadi penasaran seperti apa lelaki yang beruntung mendapatkan kamu."

                  "Seperti kebanyakan lelaki pada umumnya mbak. Dia nggak beruntung juga mendapatkan aku, biasa saja. Aku bukan wanita yang luar biasa seperti itu."

                  Mentari hanya wanita biasa, terlahir dari keluarga biasa, keluarga sederhana. Untuk sekolah dan hidup sehari-hari saja mereka harus benar-benar hati-hati dalam memperhitungkan pengeluaran. Dia memiliki seorang anak tanpa pernah ada ikatan pernikahan dengan lelaki manapun. Apa yang bisa dibanggakan dari mendapatkan seorang wanita sepertinya. Bukankah sebaliknya Mentari yang beruntung bisa mendapatkan Melvin?

                  Lelaki itu mau menerima dirinya, apapun itu keadaannya. Bahkan ketika dia tahu masa lalu dirinya dan Adrian, Melvin masih tetap menginginkannya dan Kai, bukan hanya dirinya seorang. Wajar kalau lama-lama dia jatuh cinta pada lelaki itu.

                  "Mas mu sudah cerita sama mbak. Dia sebenarnya nggak sabar mau ketemu dengan calonmu, tapi ya mau bagaimana lagi. Mas Jagad sedang di perbatasan sekarang. Dia bilang kalau dia sudah pulang nanti mau langsung bertemu, kalau perlu dia menyusul kalian ke Jakarta." Gendis menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan kelakuan suaminya yang over protective kalau sudah menyangkut Mentari. Gendis tahu apa yang terjadi dengan adik iparnya, wajar kalau Jagad begitu menjaga Mentari.

                  "Nggak perlu diminta juga pasti aku kenalin kok mbak, Masa iya mau aku sembunyikan terus."

                  Gendis mengelus lembut punggung Mentari. Ketika dia bilang Jagad sudah cerita, maksudnya adalah sudah menceritakan semuanya. Semua yang Jagad tahu, termasuk kalau Melvin adalah sepupu dari ayah kandung Kai.

                  Masalah hati memang tidak ada yang tahu. Dulu mereka berharap kalau suatu saat nanti Mentari bisa kembali bersama lelaki yang pernah meninggalkannya, bertanggung jawab pada keluarga kecil mereka. Ternyata adik iparnya malah melabuhkan hatinya pada lelaki lain.

Mentari Dipersimpangan Hati (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang