11. Bertahan

25.7K 2.5K 40
                                    

Happy reading all, jangan lupa vote dan comment nya...

***

Tatapan Adrian begitu menusuk selama persidangan. Beberapa kali dia sempat curi-curi pandang pada Natasha dan kuasa hukumnya. Ini gila, situasi tergila yang pernah dia hadapi selama hidupnya. Calon mantan istrinya datang ke persidangan bersama dengan kuasa hukumnya yang merupakan mantan kekasihnya sendiri.

            Mantan kekasih yang dicampakan begitu saja sepuluh tahun yang lalu. Dan sialnya perasaan Adrian untuk Mentari masih sama, tidak berubah sedikitpun. Rasa cintanya untuk Mentari masih utuh seperti dulu. Dia tidak pernah membagi perasaannya pada wanita manapun, termasuk Natasha.

            Dia memang brengsek, menjadikan Natasha sebagai batu loncatan untuk meraih semua mimpi dan ambisinya. Dia pikir semua akan baik-baik saja. Masalah hati bukanlah hal yang utama. Memang Mentari masih bertahta, tapi seiring dengan berjalannya waktu, dia yakin rumah tangganya dengan Natasha akan baik-baik saja. Natasha begitu mencintainya, dan dia tahu itu.

            Semua yang Adrian mimpikan memang menjadi kenyataan. Dia Arsitek berbakat, perusahaannya juga berkembang pesat, efek bantuan mertuanya dan juga Natasha. Semua yang Adrian impikan dan cita-citakan datang mengalir begitu saja ketika dia bersama Natasha.

            Hanya satu yang tidak bisa dia dapatkan, cinta. Berapa banyak pun Adrian mencoba, dia tetap tidak bisa memberikan hatinya untuk Natasha, tidak peduli sebaik apapun istrinya itu. Setahun, dua tahun, tiga tahun, semua baik-baik saja. Tahun-tahun berikutnya dia tetap mencoba berjuang untuk bertahan, bertanggung jawab dengan jalan yang sudah dia pilih. Barulah setahun belakangan kemarin Adrian berubah.

            Dia lelah, bertahan dalam sebuah rumah tangga yang bukan harapannya begitu menguras emosi dan tenaganya. Mereka tidak pernah punya waktu untuk bicara. Natasha sibuk dengan pekerjaan dan usaha barunya, begitu juga dengan Adrian. Dia selalu pulang larut malam, meninggalkan Natasha yang sudah terlelap di alam mimpi.

            Mereka hanya akan bertatap muka ketika sarapan, itu pun tidak setiap hari. Tidak ada obrolan-obrolan layaknya pasangan lain. Kehidupan mereka terlalu kaku karena hari-hari mereka hanya diisi dengan pekerjaan. Ketika akhir pekan tiba, Adrian kadang masih mengurung diri ruang kerja rumahnya, sementara Natasha pergi entah kemana bersama dengan teman-temannya.

            Kehidupan macam apa yang bisa Adrian harapkan bersama Natasha? Dia sendiri juga tidak tahu. Kemana lagi pelariannya kalau bukan pekerjaan. Urusan wanita-wanita yang menghangatkan ranjangnya adalah hal lain. Tidak ada perasaan sama sekali, murni hanya untuk memenuhi kebutuhannya sebagai lelaki.

            Satu hal yang begitu Adrian rindukan adalah Mentari. Kekasihnya yang pernah dia tinggalkan dulu untuk mengejar pendidikan dan mimpinya di Amerika. Mentari begitu baik dan ceria. Bersama Mentari dulu Adrian bebas menceritakan keluh kesahnya. Mentari akan mendengarkan sambil menghiburnya.

            Adrian memejamkan matanya, kembali mengingat percakapan terakhirnya dengan Mentari sebelum dia berangkat ke Amerika.

            "Kamu nggak boleh pergi, aku hamil. Nggak, nggak bisa kalau kamu pergi. Aku bisa dibunuh bapak..." Ujar Mentari dengan mata merahnya. Sudah tidak terhitung berapa lama kekasihnya itu menangis.

            "Kalau aku nggak pergi terus aku harus bagaimana? Kita nggak mungkin menikah dulu. Kamu tahu pekerjaan ku nggak seberapa. Ini kesempatanku untuk merubah nasib. Tolong mengerti Tar..." Adrian menggenggam jemari Mentari yang bersandar manis diatas meja.

            "Terus kamu mau aku gimana? Kamu mau ninggalin aku sama anak ini? Aku juga nggak bisa. Aku bahkan baru lulus, belum punya penghasilan apa-apa, gimana aku mau menghidupi dia?"

Mentari Dipersimpangan Hati (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang