Jangan lupa vote dan comment nya...
***
"Akhirnya, pulang juga kamu." Sambutan ketus pertama yang Natasha terima setelah sekian lama tidak menginjakkan kaki di rumahnya, ironis memang. Rumah ini dulu menjadi tempat yang paling bisa membuatnya semangat lagi setelah seharian penuh dirundung masalah di perusahaan. Lihatlah sekarang, kalau tidak untuk mengemasi barang-barangnya dia sendiri juga enggan menginjakkan kaki di rumah mewah ini.
Rumah yang lima tahun lalu dia tempati, hadiah ulang tahun pernikahan kedua dari lelaki yang dia kira adalah belahan jiwanya, teman hidupnya, menua bersama sampai maut memisahkan mereka. Lelaki yang mampu membuat seorang Natasha Wijaya tergila-gila ternyata tidak lebih dari pada sampah.
"Aku tersanjung kalau kamu masih menunggu kepulanganku." Sapa Natasha tenang. Dia berjalan melewati Adrian begitu saja, menaiki tangga menuju ke kamar utama, kamar mereka dulu. Lelaki itu tentu saja mengekori Natasha.
"Kita perlu bicara, jangan menghindariku lagi." Kata Adrian tegas. Kesabarannya sudah habis, Natasha sudah menguras semua kesabarannya hingga tetes terakhir.
"Apalagi yang mau kamu bicarakan? Bicara saja tidak akan menyelesaikan masalah. Buang-buang waktu." Natasha mengambil beberapa koper dari lemari, kemudian memasukkan semua barang-barangnya disana.
"Kamu benar-benar mau berpisah dariku?" Tanya Adrian entah untuk keberapa kalinya karena Natasha mulai muak dengan pertanyaan itu. Dia menghentikan aktifitas mengemasi barang-barangnya, menatap sangar pada lelaki yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya.
"Aku tidak pernah bercanda ketika aku menikahimu dulu, kamu tahu pasti itu. Lalu kamu pikir aku sedang main-main sekarang? Kamu merasa sepenting itu dalam hidupku?" Natasha sudah berkacak pinggang menunjukkan keangkuhannya. Oke, kali ini dia keterlaluan. Harga diri seorang Adrian Aziz pasti terluka, tapi dia sudah muak berhadapan dengan lelaki ini. Dia sendiri tidak habis pikir bagaimana dia bisa bertahan dalam tujuh tahun pernikahan, sepuluh tahun bersama kalau dihitung dari sejak mereka pacaran.
"Ayolah Adrian, kita sama-sama tahu apa yang ada di otak kecilmu itu. Perusahaan kan? Kamu ingin aku melepaskan semua saham perusahaan yang sudah kamu bangun dari nol dulu dengan uangku? Iya kan?"
Adrian memejamkan matanya, kemudian memijat keningnya yang terasa pening. Natasha yang dulu dia kenal amat jauh berbeda dengan Natasha yang ada di hadapannya sekarang. Dia memang brengsek, dia akui itu. Beberapa kali dia selingkuh dengan beberapa wanita, hanya untuk satu malam, bukan hubungan jangka panjang.
Tapi Natasha, istrinya itu berubah begitu mengerikan ketika mengetahui kebrengsekannya. Adrian pikir dia hanya perlu minta maaf, merubah kebiasaannya mencari kehangatan dari wanita lain, dan mulai fokus mengurusi rumah tangganya. Perempuan selalu bisa luluh ketika melihat lelakinya berubah menjadi lebih baik.
Natasha berbeda, dia bahkan sama sekali tidak meneteskan air mata setitik pun ketika Adrian menceritakan semua dosa-dosanya pada wanita itu. Dengan lantang Natasha menginginkan perceraian. Apa yang bisa Adrian lakukan? Istrinya kembali ke rumah Tanu Wijaya, ayah mertuanya, dan keesokan harinya dia nyaris mati karena dipukuli anak buah Tanu Wijaya.
Lebih parahanya lagi Natasha tidak hanya menginginkan perceraian, tapi juga semua aset-aset yang mereka miliki termasuk perusahaan yang Adrian rintis dari awal. Tentu dia tidak akan tinggal diam begitu saja. Perusahaan itu adalah hidup Adrian, bagaimana pun caranya dia tidak akan merelakan jerih payahnya begitu saja.
"Perusahaan itu aku yang mendirikan, aku yang sudah susah payah membangun perusahaan itu dari nol dan membesarkannya seperti sekarang. Please Natasha, kamu tahu seberapa berartinya perusahaan itu bagiku kan? Aku tidak memintamu menyerahkan semua saham yang kamu punya dengan cuma-cuma, aku hanya memintamu menjualnya pada ku. Memangnya kamu masih mau berhubungan denganku setelah pernikahan kita berakhir?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari Dipersimpangan Hati (Completed)
Chick-LitHidup Mentari memang baik-baik saja sekarang. Dia seorang Pengacara yang cukup disegani, punya penghasilan sendiri, mandiri, cantik, pintar, pokoknya masih banyak lagi nilai plus lainnya. Mana ada yang menyangka kalau dulu dia pernah dicampakkan beg...