19

1.8K 300 100
                                    

"Papa pulang!" Suara Haruto terdengar.

Dia baru menapakkan kaki di rumah dengan waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Haruto kira nggak akan ada yang menyambutnya pulang tapi dia salah, masih ada Junkyu yang tiduran di sofa sambil nonton TV.

Haruto senyum, dia ngira Junkyu lagi nungguin dia karena baby-nya rewel pengin dicium papa.

"Kok belum tidur, baby nakal ya?" Haruto jongkok di depan perut Junkyu terus tangannya menyusup buat elus perutnya lembut.

Nggak ada balasan. Junkyu tetap fokus melihat TV yang tengah menampilkan iklan yogurt favoritnya.

Haruto yang merasa 'ngeh' langsung nanya, "pengin itu ya?"

"Berisik. Bisa diem nggak? Udah sana mandi," balas Junkyu sambil roll eyes.

Dia kayaknya sudah dengki banget deh.

"Kok sewot?"

"Mukamu nggak menarik."

Calon papa muda itu mengerenyit bingung, perasaan kemarin sudah jinak kok sekarang balik maung lagi.

Tapi yasudahlah, paling dia masih kesal gara-gara di klinik tadi. Nanti juga kalau ngidamnya mulai balik jadi koala soft.

TAPI....

Sampai pukul satu dini hari nggak ada tanda-tanda manjanya Junkyu. Biasanya sebelum tidur pasti minta dipeluk sama dicium, kadang Haruto sampai harus keluar rumah buat nyariin makanan atau minuman yang lumayan aneh. Tapi ini enggak.

Junkyu tanpa merengek langsung tidur dengan damai. Malah giliran dia yang nggak bisa tidur karena banyak pikiran.

"Kyu, beneran tidur atau akting nih kamu?" tanya Haruto iseng.

"..."

Beneran tidur ternyata.

Merasa aneh karena nggak terbiasa tidur tanpa mendengar keluh kesah istrinya bikin Haruto beranjak terus mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu.

Dia ngerenyit heran sewaktu pantatnya nyenggol sesuatu. Ternyata botol obat.

"Pereda nyeri?" Haruto nggak ingat pernah menyimpan obat ini.

Dia nyari bungkus atau apapun yang berhubungan sama pembayaran obat dan ternyata di meja makan ada bungkusan dari salah satu rumah sakit.

Masih heran, siapa yang punya obatnya. Karena kalau itu Junkyu kenapa nggak periksa saja di klinik kan mereka seharian ada di sana. Kenapa harus ke tempat lain?


****

Pagi harinya Haruto berteriak kesal. Biasanya pagi buta istrinya itu membangunkan buat siap-siap kerja, tapi hari ini pukul tujuh dia baru terbangun karena silau terkena sinar matahari dari jendela kamar.

Haruto cukup keteteran memasangkan dasi juga melipat lengan kemejanya. Dia keluar kamar dengan muka kusut bersiap memarahi Junkyu tapi rumahnya terlihat kosong.

Hanya ada sepiring nasi goreng di atas meja makan yang menyambutnya.

Gila. Haruto dongkol setengah mati.

"Anjing! Bikin kesel aja pagi-pagi." Dia sampai nggak bisa mengontrol mulutnya buat nggak berkata kasar.

Junkyu yang baru pulang dari jalan-jalan pagi langsung terdiam karena kaget. Haruto bahkan nggak sadar kalau si manis itu nggak bersuara.

"Udah telat," kata Junkyu, memberi informasi kalau suaminya sudah telat bekerja.

"Ke mana aja? Tuga kamu tuh cuma ngebangunin aku pas pagi masa gitu aja nggak bisa sih? Aku jadi telat nih!" Semprot Haruto begitu saja karena kesal.

Bukannya apa tapi kan sebagai istri harusnya Junkyu sadar tugasnya.

Ya tapi kalau punya suami modelan Haruto bikin malas juga. Nggak peka.

"Aku tadi ke-"

"Mau enak sendiri kamu?"

Junkyu mendelik tidak percaya. "Kamu sadar nggak sih kalau aku lagi marah? Sadar nggak kalau dari kemarin kamu nggak ngasih kabar apa-apa?"

"Kamu juga sadar nggak kalau aku capek kerja, di rumah malah diajak berantem. Lagian siapa suruh kemarin pulang duluan nggak nungguin aku?"

Oke, Haruto mulai keterlaluan.

Si Mambul mengepalkan tangan kuat, dadanya naik turun karena emosi. Dari kemarin pikirannya kacau, hormon kehamilan bikin dia mudah marah dan overthinking.

Air matanya mentes pelan, mukanya merah dan sembab.

"Nggak usah nangis!"

"Kamu ada nanya kenapa aku pulang duluan? Pesanku aja nggak dibalas kok. Tahu nggak kenapa aku pilih pulang sendiri, nggak tahu kan? Ya iyalah orang kamu sibuk mikirin rencana pergi." Junkyu ngomong sambil menahan isakan.

Dia benci dirinya yang jadi cengeng begini.

"Kamu tuh kekanakan. Aku pergi buat kerja sambil belajar, bukan liburan!" Ini yang Junkyu nggak suka, nada tinggi Haruto.

Suaminya itu pasti marah besar. Tapi Junkyu juga nggak bisa meredakan amarahnya begitu saja.

"Terus aku harus diem waktu tahu kalau suamiku pergi sama cewek yang menunjukkan ketertarikannya?"

"Kita cuma partner kerja."

"Aku nggak boleh marah sama sedih begitu tahu banyak yang malah ngedukung cewek itu buat dekat sama kamu? Nggak boleh marah kalau aku dibanding-bandingkan karena dia kelihatan lebih serasi sama kamu?" Junkyu kelihatan nggak bisa mengontrol dirinya lagi.

Tapi karena Haruto sudah diliputi amarah, dia malah balas ngebentak Junkyu. "DIEM!"

Junkyu terkesiap, dia menegang kaget. Suara Haruto bikin dia ketakutan saking kerasnya.

"Akh!" rintih Junkyu sambil pegang perutnya. Dia nunduk sambil merintih kesakitan.

"Nggak usah akting, nggak mungkin perutmu bisa tiba-tiba kesakitan," sindir Haruto, merasa kalau istrinya cuma pura-pura.

Tapi dia nggak tahu kan kalau dari kemarin perut Junkyu sudah kram, dan sekarang malah jadi puncaknya.

"H-haru, perutku sakit ..."

Haruto masih nggak mau peduli sampai dia melihat ada darah mengalir di kaki Junkyu yang cuma pakai celana pendek.

"Kyu, bercandanya nggak lucu."

"Sakit ..." rintihan terakhir Junkyu sebelum ambruk gitu aja ke lantai.

"KYU! Sayang bangun, jangan bikin aku panik!" Haruto tanpa pikir panjang terus gendong istrinya buat dibawa ke rumah sakit terdekat.

Dia bahkan mengabaikan fakta kalau sudah telat kerja dan harus pergi ke pertemuan penting.

Keselamatan Junkyu sama anaknya harus jadi prioritas.

Tapi, To. Semoga nggak terlambat ya.










———TBC

Hehe

Tenang kawan, ini tidak seperti yang kalian pikirkan kok :))

Rumah Tangga | Harukyu [2]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang