"Nggak mau!"
"Tapi, babe-"
"Nggak boleh pokoknya!"
Haruto menutup mata pening. Dia sekarang harusnya sudah berangkat ketemu om-nya buat bantu-bantu penelitian pembuatan obat terbaru.
Karena dia cuma lulusan S1 ikut penelitian itu cukup susah, tapi waktu itu dia sempat bantu om-nya bikin data dan ternyata pihak ketua peneliti pengin dia gabung.
Ya makasih buat otak jeniusnya. Nggak sia-sia dia dulu sering baca buku sampai ditabok mamanya.
TAPI!
Ini bininya ngambek, guys!
Mambul imutnya marah.
"Sayang, cuma seminggu kok. Janji deh nggak lebih, okay?" Calon papa ganteng kita ngebujuk Mambul yang lagi tiduran miring di sofa munggungin suaminya.
"Seminggu itu lama, Honeeey!" Junkyu malah nangis.
Dia sebenarnya cukup kaget sama kelakuan Junkyu yang egoisnya nggak main-main. Kenapa egois? Soalnya si Mambul nggak mau ditinggal gara-gara Haruto harus bawa partner dan yang dipilih langsung sama om-nya itu si Yuna, yang sama-sama lulusan Teknologi Farmasi.
Gimana nggak marah Mambul kita satu ini? Yang baca aja pasti kesal kan?
"Heh, singkong rebus! Nangisnya udahan dong, ini suaminya lagi ngajakin ngomong loh."
"Dasar parutan kelapa, NYEBELIN!"
Tahan Haruto, ayo jangan emosi. Tarik napas, hembuskan pelan-pelan.
TAPI NGGAK BISA COK!
Haruto keburu mengeluarkan tanduk. Dia balik duduk ke meja kerjanya terus sibuk sendiri ngisi dokumen yang mau dibawa dua hari lagi.
Keputusannya sudah bulat. Dia harus datang dan ikut penelitian buat nambah pengalaman. Kesempatan nggak datang duakali dan Haruto juga punya tekat yang kuat buat ngebuktiin ke orang-orang kalau dia itu cerdas dan mampu buat menghidupi keluarnya bukan cuma karena warisan orangtua tapi dari hasil kerja keras sendiri.
Silahkan kalau mau bilang dia egois. Dari dulu dia memang sudah egois, dan nggak ada yang bisa mengubah.
Lagian dia juga yakin kalau Junkyu ngambeknya pasti cuma sesaat, hari ini aja dan besok pasti sudah berhenti. Memang mood ibu hamil kan suka naik turun kayak roller coaster kan?
"Baby gembul tuh nggak bisa jauh-jauh sama papa ..." suara Junkyu lirih.
Dia benci harus jadi lemah begini. Maunya ya tetap garang sok kuat kayak dulu, tapi efek hormon kehamilan kan nggak ada yang bisa mencegah.
Apalagi hamilnya dua alias kembar. Makin manja saja tiga kesayangan Haruto.
"..."
Hening. Haruto lebih fokus sama berkas-berkasnya.
Sedih. Junkyu jadi kepikiran, apa dari awal Haruto emang nggak serius sama dia ya?
Dia dinikahin beneran nggak sih sebenarnya?
Duh. Jadi overthinking kan!
Tiba-tiba perutnya jadi kram. Junkyu berusaha buat nggak meringis kencang, takut Haruto kalau dengar malah marah.
Sumpah deh, semenjak nikah dan ketahuan hamil dia malah jadi penakut :((
Biasanya kalau baby gambul lagi ngambek dia elus-elus langsung tenang. Kok sekarang kram-nya lama sih? Mana makin sakit.
"Sshh ...baby gembul jangan ngambek dulu ya, papa lagi marah, nggak bisa elus-elus dulu," bisik Junkyu pelan banget.
Dia dengar suara pintu yang dibuka terus ditutup beralih buat duduk dan ternyata Haruto sudah nggak ada di sana. Junkyu cemberut, kok dia nggak dipamitin dulu?
"Huh, ya maaf kalau aku egois. Lagian siapa juga yang rela kalau suaminya pergi jauh sama cewek yang jelas-jelas ada bibit pelakornya."
"Ya maaf kalau aku ngeselin. Aku juga nggak pengin begini kan ...."
****
"Jadi kamu bisa ikut dalam uji coba kali ini kan?" Suara seseorang di seberang telepon bikin Haruto senyum percaya diri.
"Tentu. Jarang sekali saya mendapat kesempatan seperti ini dan tidak akan saya lewatkan begitu saja," jawab Haruto penuh ketegasan.
Suara kekehan terdengar. "Bagus, saya suka semangat darah muda seperti kamu. Semoga dengan bergabungnya dua lulusan dari dua universitas terbaik bisa berdampak baik untuk kesejahteraan umat manusia."
Bos klinik itu langsung mengkerut bingung, kok kedengaran kayak pidato partai politik sih?
"Semoga hasilnya nanti bisa sesuai dengan apa yang menjadi tujuan utama penelitian kita kali ini."
Dan berbagai pembicaraan lain yang terus mengalir sampai beberapa waktu. Dan nggak kerasa kesibukannya buat mempersiapkan keberangkatannya ke luar kota dua hari lagi sampai melewatkan makan siang bahkan sekarang sudah sore.
Karena kelaparan, dia akhirnya mengiyakan ajakan teman buat makan bareng di salah satu cafe sambil ngobrol soal masa-masa kuliah yang sudah lalu.
Gila. Haruto berasa jadi bapak-bapak komplek yang main catur di pos ronda sambil nostalgia masa muda.
"Oh iya, To. Junkyu mana, tadi bukannya ikut ke klinik ya? Atau udah pulang?"
Byur!
Haruto nyembur ice coffe-nya karena kaget. Dia lupa kalau tadi bawa Junkyu ke klinik, itu istri gemesnya udah makan apa belum ya? Mana dia udah ngewanti-wanti kalau apa-apa harus ijin dia dulu lagi.
Eh tapi kan lagi marahan. Dia buru-buru meriksa hp-nya siapa tahu ada chat dari si Mambul.
Dan bener aja ...
MAMBUL🔞
Haruuuu
Haloooo
Aku boleh makan ayam nggak?
12.08Balik dong buruan
Aku pengin dielus
Babynya nakal :((
12.45Papaaaa
13.20Aku pulang duluan deh ya
Babynya nakal banget
Aku kangen kasur
14.05Yah delive :((
14.10.
Haruto cuma baca chatnya terus ngehela napas lega, seenggaknya kalau Junkyu pulang dia nggak perlu tarik urat debat masalah ke luar kota.
Dia masukin hpnya ke saku terus lanjut ngobrol sama temannya mumpung punya waktu luang.
Parahnya dia bahkan nggak balas atau bahkan telepon si Mambul buat mastiin istrinya sudah makan atau belum.
Emang dasar manusia lidi_-
———TBC
TENANG! Nanti mambulnya pasti jadi manusia kuat lagi kok terus Haruto bakalan jadi bapak-bapak takut bini
Tapi ya kita bikin adegan agak dramatis dulu aja biar asik
![](https://img.wattpad.com/cover/290469081-288-k454801.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tangga | Harukyu [2]✔️
Fiksi PenggemarSetelah acara lamaran yang nggak jelas, kini tiba saatnya pasangan 'agak gila' kita membinan rumah tangga yang entah akan jadi apa bentukannya. Sequel PACARAN.