Hari ini kalau dikira-kira usia kandungan Junkyu udah masuk bulan ketiga. Yang artinya perutnya itu sudah mulai keliatan menonjol.
Tapi aneh, ada yang aneh sama perut Junkyu.
Haruto saja sampai bolak-balik buka kemeja Junkyu di bagian perut dari beberapa minggu yang lalu. Mau memastikan sesuatu.
"Yang, ih! Perutku nggak aneh tahu!" Junkyu protes.
Dia lagi ngemil dengan tenang sambil nonton TV malah digangguin terus.
"Kamu selama aku kerja nggak makan berlebihan kan, Babe?" tanya Haruto memastikan.
Soalnya kadang kalau dia pulang kerja, sampah bungkus makanan itu banyak berserakan. Kalau makanan sehat sih oke, tapi yang dia temuin junkfood semua, apa nggak ketar-ketir?
Junkyu menggeleng sambil berkerut kening. "Kan kulkasnya udah diisi biar kalau laper aku bisa masak sendiri. Lagian kan segala jenis pembayaran kamu yang bawa."
"Tapi ini perutmu loh, nggak normal buat ukuran hamil 3 bulan."
"Ah jangan gitu, kan aku gendut jadi perutnya ikutan gendut juga. Lemak semua nih," kata Junkyu, berusaha mengutarakan cocokloginya.
Haruto kecup bibir istrinya berkali-kali, agak nggak rela kalau Junkyu ngatain dirinya sendiri.
Dia gendut kan gara-gara hamil, lagian malah jadi imut banget kok. Gemes dan enak dipeluk. Daripada tulang belulang kayak dia kan nggak lucu.
"Tapi serius deh, Yang. Jadwal periksa kapan sih? Baby nggak boleh gede-gede dulu di dalam sana."
Junkyu yang jengah sama tingkah Haruto langsung menjejalkan potongan apel ke mulut suaminya. "Doa aja yang baik-baik, jangan ngomong sembarangan. Jadi nggak mood ngemil nih akunya!"
"Ya agak bagus sebenernya, kebanyakan makan bahaya tahu, Babe."
"Denger ya, Honey, Babe, Baby, Cungkringku! Semua aman terkendali kok, nggak ada apa-apa, emang wajar perutku segede ini dan bukan gara-gara kegemukan."
"Terus apa kalau nggak gemuk kutanya," kata Haruto mode suami galak.
Junkyu manyun, elus perutnya yang terekspose sambil ngelirik Haruto.
"Ini tuh wajar tahu, masa dua bayi umur tiga bulan perutku masih rata? Malah jadi kurang gizi dong?"
"Ini tiga bulan harusnya masih kecil," balas Haruto.
"Dua bayi, Honey!"
"Ya mau dua kek atau- apa?"
Junkyu nyengir, unjuk dua jari sambil melirik ke arah perutnya.
"Baby gembulnya ada dua. Imut-imut banget tahu di fotonya, hehe!" Junkyu peluk suaminya yang masih syok dan nggak nyangka.
"Beneran dua? Dua bayi? Bayi dua?"
"Iyaaaaa."
"Kok bisa?"
"Nggak terima nih kamu?" Cubit perut suaminya dengan sadis.
Ya takut saja, biasanya kan banyak yang nggak mau punya anak kembar karena takut ngurusnya repot.
Kalau sampai Haruto begitu awas saja langsung dia pecahin kepalanya.
"Gila, semakin keliatan kalau benihku tokcer."
Junkyu langsung kecup muka Haruto berkali-kali sambil ketawa seneng. Dia kira suaminya bakalan nolak baby gembul, ternyata lagi mikirin benih :"))
"Pantesan kamu kalau ngidam suka ganti sifat. Dikit-dikit kalem habis itu dominan ngeselin, ternyata karena dua hormon bayi," kata Haruto, narik Junkyu buat masuk ke dalam rengkuhannya.
Jujur, dia tadi takut kalau baby gembul kelebihan gizi. Itu bakalan bahaya banget buat ibu sama janin. Makanya dia sampai jadi pemerhati ukuran perut beberapa minggu ini.
Sudah cukup Haruto begonya pas sebelum nikah sama awal-awal pernikahan. Sekarang waktunya jadi calon papa yang bertanggungjawab dan berbudi pekerti luhur.
"Haru, aku boleh minta beli kue kan?"
Ah, balik lagi nih masalah makanan :)
"Iya, tapi jangan banyak-banyak ya?"
"Iyaaa deh, tapi suapin ya? Baby-baby gembulnya pengin dimanja sama papa."
Haruto cubit pipi Junkyu dengan gemas. "Mama gembulnya juga pengin dimanja nggak nih?"
"Oh, kalau itu harusnya nomor satu tiadadua dong!"
Gila. Gemes banget keluarga agak-agak kita.
———TBC
Ponakan online-nya kembar gengs ...
Kepada para aunty/uncle dipersilahkan memberikan komentar
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tangga | Harukyu [2]✔️
FanfictionSetelah acara lamaran yang nggak jelas, kini tiba saatnya pasangan 'agak gila' kita membinan rumah tangga yang entah akan jadi apa bentukannya. Sequel PACARAN.