08

2.7K 369 21
                                    

Perkataan Haruto tentang sita menyita mobil tadi beneran dilakukan, bukan sekadar ancaman belaka.

Si kepala rumah tangga itu ambil semua barang yang sekiranya mematikan akses keluar rumah Junkyu.

Enggak. Dia nggak bermaksud jahat, dia tahu juga kalau salah. Tapi ini semua dilakukan agar Junkyu lebih disiplin dan seenggaknya kalau mau apa-apa bisa minta tolong dirinya.

Setelah 'ngeh' sama penyebab nyebelinnya Junkyu, Haruto jadi sok tegas dadakan. Dan bahkan sekarang lagi bikin daftar hal yang boleh atau nggak boleh dilakukan, makanan apa yang boleh sama enggak dimakan.

Sok jadi suami siaga padahal dalam hati ketar-ketir takut Junkyu ngambeknya tambah lama.

"Mulai sekarang mobil aku yang pakai, paham?" Junkyu ngangguk sok nurut.

Hawanya malas mau ngomong.

Haruto senyum tipis. Agak jengkel tapi apa mau dikata, mungkin ini karma buat dia.

Tangannya nyodorin kertas bertuliskan peraturan rumah terbaru ke Junkyu. Sambil harap-harap cemas sama reaksi suami manisnya.

Kening Junkyu berkerut dengan ekspresi nggak suka. "Ini beneran kamu nulis ini semua?" Haruto ngangguk yakin.

"Nggak boleh makan kalau bukan kamu yang masak?"

"Semua makanan kamu harus sehat demi anak. Ingat kan kalau kamu sering jajan makanan berat?"

Alis si manis naik sambil pasang ekspresi meremehkan. "Terus kamu mau aku keracunan makan masakan kamu yang mirip racun tikus itu?"

"Heh, aku makan masakan sendiri sampai sekarang nggak mati tuh!" Haruto nggak terima.

Selama kuliah dirinya sering masak sendiri buat penghematan uang makan. Dan selama itu nggak ada istilah keracunan atau yang lain. Aman kok.

"Aku nyari gizi loh, bukan nyari mati," kata Junkyu masih mencoba sabar.

Agak susah punya suami yang jadi tuan muda semasa lajang. Apa-apa mau menang sendiri, sok paling benar padahal mah nggak pernah benar. Sesad.

"Bebe, kamu nggak percaya sama a-"

"Enggak." Potong Junkyu tanpa aling-aling.

Haruto hela napas berat. Ini yang bikin dia belum siap punya anak. Baru fase kehamilah saja Junkyu nggak bisa diatur, tambah menjengkelkan. Lagipula mereka masih terlalu muda kalau punya anak, Haruto juga belum merasa keuangannya cukup untuk menghidupi keluarga kecil mereka nanti.

Junkyu menatap keterdiaman Haruto penuh curiga. "Kalau kamu menyesal sama kehamilanku nggak apa-apa, menyesal menikah di usia ini juga terserah. Tapi satu yang harus diingat, kalau kamu nggak ngelamar kita juga nggak bakalan nikah."

"Ya tolak dulu kek waktu itu. Bikin alasan kalau aku masih kere, kekanakan atau apa gitu," katanya sambil garuk kepala.

"Kamu kalau gugup jujur saja, aku juga sama. Tapi nggak usah ngomong semenyebalkan itu lagi, aku dengernya pengin nangis tahu nggak?" kata Junkyu.

"Ya, maaf. Kan kamu tahu sendiri kalau aku sepengecut itu."

Junkyu nendang tulang kering Haruto. "Ya makanya belajar tegas dong jadi orang. Nggak malu sama kecebong dalem perutku? Ini kalau bukan kamu yang bikin nggak bakalan ada."

"Ya jangan kecebong juga dong, Yang. Nggak elit banget perasaan," protes Haruto, nggak terima kalau calon anaknya disamakan dengan makhluk jorok itu.

Junkyu menghela napas sebal. "Rentangin tangan dong, pengin peluk," pintanya yang langsung masuk ke dalam pelukan Haruto yang merentangkan tangannya menurut.

"Wangi." Haruto ciumi pucuk kepala Junkyu dengan lembut.

Haduh, lagi-lagi dia bikin kesayangannya kesal.

Junkyu kecup pelan rahang Haruto dari bawah terus senyum manis. "Jangan bikin kesal lagi ya, calon ayah."

"Diusahakan deh, calon papa."








———TBC

Hehe, kok gue yang baper? :")

Btw, ada yg punya gc Harukyu nggak? Mau masuk dong kalo ada, sankyu

Rumah Tangga | Harukyu [2]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang