20

2K 329 266
                                    

Jangan berekspektasi tinggi ya pokoknya :v






Plak!

"Maunya apa sih, anjir?" Asahi yang terlanjur emosi menampar wajah Haruto dengan tenaga penuh sampai bibir cowok itu berdarah.

Jay yang kebetulan dipanggil Haruto buat jadi sopir langsung meringis ngeri. Walaupun mungil tapi Asahi tetap saja cowok. Tenaganya lebih dari cewek.

Jaehyuk langsung memeluk Asahi terus mencoba menenangkan keadaan. "Udah tenang semua, kita lagi ada di rumah sakit," kemudian melanjutkan, "mending pada berdoa biar Junkyu sama janinnya segera sehat."

Diam-diam Jaehyuk agak bangga bisa jadi sebijak itu.

Haruto mengusak rambutnya kasar, harusnya besok dia berangkat buat ikut penelitian, tapi karena kejadian ini keberangkatannya bakal diundur bahkan terancam gagal.

Dia nggak mungkin ninggalin istrinya dalam keadaan seperti ini.

Lagian bagaimana Junkyu bisa lalai menjaga kandungannya sendiri sih? Bahkan sampai mendapat diagnosa kalau terlalu banyak mengonsumsi obat pereda nyeri.

Suaminya tahu menahu tentang obat, dia juga pasti bukan orang bodoh yang minum obat begitu saja tanpa mencari tahu dampak buruknya.

Haruto benar-benar kesal setengah mati.

"To, nggak usah emosi, jangan nyalahin Junkyu karena kita nggak tahu kronologi kenapa dia bisa begitu. Kamu juga pasti paham kan karakter istrimu sendiri gimana, dia nggak mungkin seteledor itu," kata Jay, berusaha menasehati sohibnya yang terlihat kacau.

"Tapi dia tuh begonya bikin orang emosi. Orang hamil mana yang begitu coba?" Seperti biasa Haruto mengeluarkan kalimat tanpa disaring terlebih dahulu.

Asahi sampai pengin nendang mukanya, tapi ditahan sama Jaehyuk.

Jay menoyor kepala sahabatnya lumayan kencang terus berkacak pinggang. "Eh tolol! Orang hamil tuh sensitif sama sensi, banyak overthinking, suka insecure sama diri sendiri. Sadar nggak kalau dia akhir-akhir ini jadi lebih pendiam walaupun ngeselinnya masih full daya."

"Enggak. Junkyu orangnya cuek jadi nggak mungkin bisa memicu keadaannya yang sekarang kecuali emang dia teledor."

Oke, Haruto, kita kemusuhan.

Tiga orang di sana menatap Haruto dengan tatapan tidak percaya. Sikap keras kepala sama egois cowok itu nggak pernah luntur walaupun sudah menikah dan mau punya anak.

Selalu merasa benar dan bikin dongkol.

"To, Junkyu akhir-akhir ini sering banget loh ngehubungin Asahi cuma buat ngobrol santai. Dan siang tadi dia ngeluh katanya diacuhin dan juga ngerasa kesal ada yang ngedeketin kamu," kata Jaehyuk, coba memancing Haruto.

Cowok tinggi itu langsung mengerenyit bingung. "Terus?"

"Ya itu tanda-tanda orang lagi insecure sama banyak pikiran lah, dasar tempe mendoan!" sahut Asahi kesal.

Asahi menunjukkan raut sengaknya. Nggak peduli kalau dirinya lebih kecil dan bisa saja dibanting Haruto kalau bikin cowok itu kesal. Toh dia juga sudah sering dibanting sama Jaehyuk -eh!

"Orang caper kalik." Haruto mala sempat bercanda.

"Dipikir ulang deh, Junkyu itu tipe orang yang malas ngeluh sama nggak peduli sama orang-orang yang ngedeketin kamu. Tapi baru tadi siang dia curhat kalau ada cewek yang ngebet banget pengin diajakin nikah!"

"Dia aja yang lebay-"

"Heh bego! Kamu kan suaminya."

"Makanya suami, masa cemburu?"

Rumah Tangga | Harukyu [2]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang