31

1.7K 293 140
                                    

Selama persidangan berlangsung Haruto berubah hening bahkan nggak menyangkal atas semua yang dituduhkan padanya.

Soalnya emang nggak menuduh sih, kenyataan.

Dia cuma menatap lurus ke depan sambil pasang muka datar, berbicara seperlunya. Udah mirip orang lagi sariawan.

Enggak. Bukan maksud Haruto mau tobat atau tiba-tiba kena sawan, enggak. Dia cuma agak syok karena beneran digugat cerai sama agak heran aja kok Junkyu bisa kelihatan sebegitu santai tanpa beban pikiran.

Ini beneran ngajakin cerai kan? Jangan-jangan Super Trap. Tapi acaranya kan udah lama gone.

Tapinya lagi, dari semua hal yang bikin dia syok lebih syok pas mereka keluar ruang sidang dan papasan di tempat parkir. Ada Junkyu dan beberapa orang yang ngerubingin.

Haruto bukannya takut kerumunan menyebabkan virus covid menyebar loh ya. Tapi, BISA-BISANYA BANYAK BANGET YANG NYENTUH JUNKYU.

Mana cowok semua. Kelihatan kaya raya, apalagi si Jay yang udah terkenal bau duit dari embrio. Ini dia ketikung kanca dewe?

"Nggak usah dilihatin begitu, otw mantan," bisik Reyu sambil nepuk pundak Haruto.

"Jadi gini cara main abang lo?" Haruto menengus remeh.

Reyu naikin sudut bibirnya. "Seenggaknya dia masih waras, nggak kayak you yang udah pantes masuk RSJ. Dasar manusia primitif!"

"Lo-!"

"Haruto ..." perdebatan Haruto sama Reyu terpotong sama suara Junkyu.

Si mambul menghampiri keduanya sambil pasang senyum tipis. Agak bingung juga mau menghadapi Haruto gimana, setelah banyak pertikaian yang terjadi mereka baru ketemu lagi.

Mana ketemunya sambil sidang perceraian :")

Junkyu mengeluarkan amplop warna putih berlogo rumah sakit. "Hasil USG, mereka lucu-lucu banget. Gembulnya sehat kok, sekarang udah tambah gede terus-"

"Stop ngomongin hal yang nggak penting."

"Nggak penting?" tanya Junkyu, berangsur mengubah rautnya jadi datar. "Maksudnya apa ya? Anak kita-"

"Anak lo, bukan anak gue."

Reyu yang menemani dua manusia di ambang perpisahan itu ngasih kode ke kakaknya biar mendekat. Dia mencium bau-bau pertikaian soalnya.

Junkyu ketawa remeh. "Wow, anak gue bukan anak lo gitu?"

Bugh!

Belum sempat Haruto membalas, satu bogem mentah menghantam rahangnya dengan keras. Jelas banget pukulan itu nggak main-main karena kulit wajah Haruto sampai lecet.

"JUNKYU, stop! Jangan gegabah. Babies hurt, Mambul!" Jay langsung panik ngecek punggung tangan si mambul sama refleks memijat pingganya pelan.

Agak bikin iri dengki.

"Sesekali aku pengin nyakitin dia, masa aku terus yang sakit? Dipikir aku masokis kali ya? Enggak!"

Junkyu megangin perutnya yang tiba-tiba kerasa nyeri. Kemeja besarnya emang nutupin baby bumb yang mulai gede, tapi siapapun juga bakalan tahu kalau dia hamil, daritadi tangannya ngelus perut dengan sayang. Mana sambil diajakin ngobrol.

Kalau orang waras pasti gemes sama terenyuh ngeliatnya. Tapi Haruto, si manusia penyumbang sprm malah kelihatan nggak suka.

Itu anak anda, bro. Bukan lemak gara-gara kebanyakan makan basreng.

"Lo ngerasain kan kalau punya anak tuh nyusahin. Terus kenapa masih lo pertahanin?"

Emang ya, nama Hartono di mana-mana sama aja. Jadi antagonis.

"Bacot ah, bikin pening aja. Lebih ribet ngurusin orang stress kayak lo, lagian kenapa juga gue dulu mau aja nikah sama lo sih? Pakaia dukun mana gue tanya?" Cerocos Junkyu sambil nyender ke Jay dan mulai sambat dengan manja.

Si calon mantan suami melihat kemesraan dengan dengki. Mana Junkyu sekarang ke dia ngomongnya kasar. Ambyar nih Haruto lama-lana.

Ya lagian sih, ngapain juga beramah-tamah sama anda, bro. Buang-buang energi aja.

"Kyu, papa bawa Haruto pulang ya?" pinta papanya Haruto.

Bukan nggak tega kalau Haruto sampai babak belur. Dia nggak mau Junkyu sama calon cucunya kenapa napa. Kelihatan kok kalau mambul pengin banget meluapkan semua emosinya. Tapi tadi baru nonjok sekali malah keram perut.

Baby-nya kaget induk koala tiba-tiba jadi maung.

"Belum selesai, Pa. Aku masih pengin ngomong sama dia."

Haruto bersedekap dada, menaikkan alis menantang. "Oh masih pengin lama-lama lihat gue. Kenapa, bawaan bayi? Basi."

Tapi Junkyu malah ketawa. "Oh enggak dong. Justru kalau kelamaan lihat muka lo bayi gue bisa alergi." Jay ngelus perut Junkyu karena si mambul tiba-tiba badannya menegang.

Reaksi alami kalau lagi keram perut.

Ngomong-ngomong untuk keluarga yang lain sudah pulang sehabis kasih support ke Junkyu. Bukannya nggak perhatian loh ya, tapi emang maunya mambul begitu, pengin menghadapi Haruto bareng si kembar sama Pawat yang memantau dari dalam mobil.

"Lemah."

"Ngaca dong. Tuh spion mobil ada sepasang."

"Lo ..." Haruto tiba-tiba keinget waktu mereka masih kuliah.
"...Ngeselin."

Biasanya kalau dia lagi emosi pasti Junkyu berubah jadi manusia ngeselin yang ngalihin semua amarahnya jadi bentuk tawa di akhir.


"Gue cinta sama lo." Haruto blank, dia malah tiba-tiba bahas perasaan.

Boleh nggak Reyu nabok ginjalnya sekarang? Gemes aja gitu :)

"Gue tahu dan gue juga."

"Terus kenapa-"

"Kenapa lo bilang? BASI BANGET. Gue nyerah. Dikira nggak capek gitu kalo main perasaan? Udah tahu gue orangnya mageran."

Kok rasanya, dada Haruto sesak ya? Dia masih syok dan sibuk mencerna keadaan disaat yang lain sudah sadar.

"Kita nggak mungkin ada di titik ini kan? Semua bohongan kan?"

"To, berat ngomongnya tapi gue harap lo sadar kalau semua ini beneran terjadi. Kita temenan lama dan gue tahu lo bukan tipe yang gampang jera. Berhenti mencintai Junkyu dengan cara lo yang menyakitkan. Nggak semua bisa lo miliki tanpa berkorban." Jay akhirnya menyurakan pendapat.

Haruto beralih melihat temannya terus mendecih. "Jadi ini, teman makan teman."

"Gue pernah bilang bakal jagain Junkyu seandainya sekali lagi lo nyakitin dia. Dan sekarang gue minta ijin lo sebagai teman."

"Sampai kapanpun nggak akan pernah gue kasih!"

"Belagu banget si cungkring. Jagain nggak bisa tapi posesif, ingat dong kita tadi abis sidang apa di dalam. Bentar lagi Junkyu dan Haruto itu masing-masing, nggak lagi satu karena dari awal emang nggak ditakdirkan bersama." Junkyu nundukin kepala, badannya gemetaran pelan. "Lagian dari awal lo nggak pernah jadi punya gue kan? Manusia bebas kayak lo tahu apa sih soal kepemilikan gue tanya?"

"Kyu ..."

"Bentar Jay, aku perlu negasin sesuatu." Dia beralih ke Haruto. "Junkyu dan Haruto memilih jalan masing-masing, kita mulai lembar dari nol. Lo dengan jiwa bebas lo dan gue dengan kebahagiaan gue sendiri."

Jay langsung menggiring Junkyu buat naik ke mobil setelah cowok manis itu berpamitan sama mantan mertua. Papa Haruto menunjukkan raut bersalah.

Sementara Haruto menatap punggung Junkyu sambil menitikkan air mata dalam diam.



"Maaf, aku emang nggak berguna ya?"








———END

Terimakasih sudah mengikuti cerita ini dengan segala emosi yang dikeluarkan melalui ketikan. Saya Rey dari studio Wattpad, pamit undur diri.

Becanda gengs, ga END kok. Jan panik gitu lah :) hehew

Iyain gak nih?

Kalo beneran end klimaksnya emang beneran gini doang gengs. Gue gajago bikin ending yang bagus :")

Rumah Tangga | Harukyu [2]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang