Memandangi langit dari jendela kamar apartemen yang gelap, Haruto terlihat meminum cola sambil merokok. Matanya yang tajam terlihat menakutkan ditambah raut datar yang entah nggak ada yang tahu apa isi kepalanya.
Cowok itu menghisap rokoknya kuat-kuat, menikmati asap yang harusnya nggak dirasakan oleh tenaga kesehatannya sepertinya.
Ya memang, sampul sama isi nggak selalu sama.
Tapi Haruto sama semua sih, sama-sama minta dihujat_-
Selama lima hari di sini dia merasa 'cukup' sama dosanya buat Junkyu.
Dia dapat pengetahuan yang luas, relasi yang makin banyak, bahkan kecerdasannya juga lumayan diakui. Bonusnya dia bisa 'icip-icip' kayak dulu sebelum nikah.
Ngomong-ngomong soal nikah, Haruto jujur kalau dia mulai bosen sama Junkyu. Istrinya itu emang menggemaskan dan juga perhatian, tapi seiring berjalannya waktu dia malah muak. Junkyu makin manja.
Beda banget sama dulu sewaktu masih pacaran.
Mulai hampa aja rasanya. Dia butuh sesuatu yang agresif dan bikin dirinya penasaran. Yuna bisa dijadikan contoh, sejak awal ketemu cewek itu bikin Haruto beneran penasaran. Cewek yang sering nolakin cowok, milih kerja dari nol daripada ikut kerja papanya yang udah jelas bisa dapat posisi tinggi, Yuna juga kelihatan lebih berkelas.
Itu alasan kedua kenapa dia ngotot pengin pergi ke luar kota, bisa bisa dapet jawaban atas rasa penasarannya.
Tapi bukan cuma Yuna yang bikin dia penasaran. Ada satu lagi, dia cowok, namanya Beomgyu. Mahasiswa S2 yang bikin jiwa liar Haruto keluar padahal baru ketemu lewat zoom-meeting. Gaya Beomgyu yang cenderung tengil dan kelihatan 'jual mahal' bikin dia tertarik. Otaknya yang di atas rata-rata bahkan jadi poin plus lainnya.
Intinya, Haruto harus bisa icip-icip.
"Ruto, ngapain duduk di situ malam-malam?" suara serak Yuna mengalihkan dunia Haruto.
Cowok itu mendecih pelan, masih terus menyesap pengeruh paru-paru, mengabaikan rengekan Yuna yang nyuruh dia buat balik tidur.
Emang Yuna siapa bisa ngatur Haruto?
"Babe, kok kamu nyuekin aku sih?"
Haruto melirik tajam. "Nggak ada yang punya hak manggil gue begitu, kecuali Junkyu."
Yuna ketawa kencang, memegangi selimutnya yang melorot. Cewek itu mendekati Haruto, ikut membakar rokok dan menikmatinya.
"Oh, c'mon. Kamu udah buang dia, sekarang cuma ada aku sama kamu, Darl!" Cewek itu berusaha duduk di pangkuan Haruto tapi langsung ditepis, dan akhirnya jatuh ke lantai.
Nggak peduli sama pekik kesakitan Yuna, Haruto menjambak rambut cewek itu lumayan kencang. "Gue nggak pernah sekalipun buang Junkyu. Dan inget, lo sama gue cuma partner sex semalam." Dia ngelepasin jambakannya.
"Beruntung baru hari ke-lima kita baru having sex, kalau enggak, mungkin lo udah gue tendang dari hari pertama kita di sini," lanjut Haruto, mengambil alih rokok Yuna dan menyesapnya.
"Bercandanya nggak lucu, Darl. Kita udah melalui banyak hal, bahkan sex! Kamu juga bilang kalau bosen sama Junkyu kan? Aku gantinya kan?"
"Lima hari emang bisa apa? Gue cuma penasaran dan ternyata lo biasa aja. Junkyu emang ngebosenin tapi dia orang yang gue cinta dan nggak bakal ada gantinya. Lo jangan mimpi." Mengemasi barang-barangnya bersiap buat balik ke hotel tempat dia menginap.
Fyi, apartemen ini punya Yuna. Dan mereka milih have fun di apartemen daripada hotel yang rawan keciduk.
Telat, kalian berdua keciduk readers :)
"Lo nggak mungkin ngelakuin ini ke gue kan, To?" tanya Yuna yang mentalnya masih terguncang.
Setelah semua yang dia kasih dan mereka harus selesai tanpa memulai apa-apa. Gilasih, dia nggak salah dengar kan?
"Tunggu dulu, lo bakal tunangan sama gue kan? Papa bilang lo bakalan mikirin tawarannya."
"Ya, gue mutusin buat mikir tapi akhirnya nggak minat. Lo biasa aja."
****
"Anakku kayaknya suka banget deh suasana di sini. Moodku jauh lebih baik," kata Junkyu, merentangkan tangannya menikmati semilir angin pantai.
Mereka sekarang liburan di villa punya Jay dekat pantai. Sejam yang lalu mereka bertiga sampai di Thailand dengan selamat, tentunya dibumbui pisuhan Jaehyuk yang iri pengin ikut liburan.
Untung ada Asahi yang siap menjewer telingan tunangannya itu.
:)
"Bagus deh, berarti gembul-gembulnya uncle pinter. Tahu aja lingkungan yang nggak bikin sumpek."
"Ada you di sini malah bikin sumpek kali, Bro." Seperti biasa, manusia kembar yang sudah berumur ini tidak bisa kalau tidak gelud.
Mom Kit yang sibuk memijat kaki Junkyu itu menggeleng jengkel. "You berdua jangan ribut mulu. Kasihan Junkyu masih jetlag, dengar suara kalian bisa makin parah."
"Mom! I cuma kidding loh padahal."
"Tapi kalian berdua beneran bikin kepalaku makin pusing. Baby gembulnya juga jadi kehilangan mood tahu!" kata Junkyu, bersungut-sungut.
Dia beneran langsung badmood, padahal baru sebentar dia enak menikmati angin pantai sama pijatan Mommy Krist. Eh sudah dirusak saja :(
"Sorry :("
"Stop, mending kalian tidur atau apa biar nggak ngoceh. Biar mom yang menemai Junkyu di sini."
Ceritanya Junkyu lagi duduk di sofa di dekat kolam renang yang menghadap langsung ke arah pantai. Ini beneran sofa di dekat kolam renang, hasil reques Junkyu beberapa menit setelah sampai di sana.
Luar biasa.
"Enggak ah, kita pengin know apa yang mom mau talking with Junkyu." Oh, siasatnya ketahuan.
"Orangtua kalian tahu soal ini?" tanya Krist to the point, setelah mendapat jawaban dari anaknya.
Dia nggak mau basa basi untuk urusan sekrusial ini. Junkyu sudah dia anggap anak sendiri dan nggak rela kalau anaknya mendapatkan sakit dari suami apalagi dalam keadaan mengandung.
Junkyu senyum kecil. "Aku nggak berani ngasih tau, Mom."
———TBC
Dikit? Soalnya ini cuma buat menjelaskan sisi brengsek Haruto aja.
Btw, gue bakalan post satu part lagi dan lumayan panjang. Di part B bakal diceritain sisi lain dari alur buku ini.
Kalau part A ada kelanjutan kebodohan Haruto, nah part B itu semacam sisi lain dari alur di book ini.
Baca bener2 ye wak, ntar komen mau alur yang mana. Kalo nyaman misuhin Haruto pilih part A, nah kalau pengin mereka jadi lebih baik kalian pilih part B.
Oke sankyu. Jangan ngamok, hehe❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tangga | Harukyu [2]✔️
Fiksi PenggemarSetelah acara lamaran yang nggak jelas, kini tiba saatnya pasangan 'agak gila' kita membinan rumah tangga yang entah akan jadi apa bentukannya. Sequel PACARAN.