03

3.4K 394 21
                                    

Hari besar untuk hubungan Haruto dan Junkyu.

Kecepetan? Berharap scene ehem-ehem kemarin ditulis dengan gamblang? MIMPI.

Orang belum halal kok minta 18+ diadakan. Tunggu saja habis ini mereka pasti melakukan penelitian perkembangbiakan manusia.

Sing sabar, semua ada bagiannya masing-masing. Kalau nggak lupa sih.

Kembali ke dalam cerita. Ngomong-ngomong saking gugupnya Haruto malah kehausan, di tangannya sudah ada gelas berisi sirup tahunan alias Marjan plus kelapa muda, entah sudah gelas keberapa tapi dia masih kehausan.

"To, tolong ya jangan bikin malu. Nikah tuh anugerah, ntar kalau anda tiba-tiba ngompol pas tukar cincin yang malu sekampung, SETAN!" Jay panas dalam.

Haruto lirik sekilas terus lanjut minum dengan khidmat. "Anda yang belum ada rencana nikah mah enak, lah saya? Nikah tinggal hitungan menit ya gugup bukan main!"

Jay agak tersinggung. Tolong ya, mereka baru saja lulus terus Haruto tiba-tiba nikah, otak siapa yang perlu dipertanyakan? Dikira Jay nggak pengin nikah? Oh anda salah. Dia sudah bolak-balik melamar pacarnya tapi ditolak, kuliah saja masih semester 4 :")

"Sampai malu-maluin, jangan heran siapa yang bikin viral."

"Oh tenang, ku bikin viral balik. Dikira aku nggak tahu apa isi hpmu."

Kesel pt.2 tapi Jay bersyukur Haruto nggak lanjut minum Marjan :)



****


(Karena gatau mau ngetik scene nikah kek mana, jadi skip aja)


Resepsi selesai. Lancar terkendali tanpa ada kejadian memalukan ataupun menganyelkan.

Hanya sedikit kejadian yang bikin Junkyu naik darah. Saking gugupnya sewaktu mempelai ciuman, Haruto terlalu cepat maju sampai bibir mereka tabrakan maut.

Pengin marah tapi mereka baru saja nikah. Jadi Junkyu cuma bisa senyum menahan sakit sambil usap bibirnya yang berdarah.

"Babe, maaf ya," ucap Haruto.

"Iya."

Singkat, padat, dan jelas. Haruto jelas tahu kalau paca-eh, suaminya itu kesal bukan main.

"Honey, kita baru menikah masa langsung marahan? Pending sejam dulu bisa kali ah."

"Berisik!"

Haruto naikin alis sebelah. "Kok kebalik? Hari ini kamu yang diem terus ngeselin."

"Ada undang-undang yang ngelarang aku ngeselin, gitu?"

Bentar, sejak kapan Junkyu jadi maung begini.

"Kok sensi?"

"Mukamu jadi ngeselin banget. Enggak sih, emang tiap hari ngeselin, tapi hari ini jadi naik level. Pengen kucakar sampai jelek!" kata Junkyu melirik Haruto pakai delikan mematikan.

"Ya nggak bisa dong! Kalau aku jelek emang kamu mau?"

"Nggak mau pun udah terlanjur sah."

"Oh iya, lupa." Haruto manggut-manggut. "Eh tapi serius deh, kok kamu jadi sensi, darah tinggi ya? Makanya makan yang sehat jangan sembarangan."

"Mas Haruto yang terhormat. Kalau nggak sehat itu salahmu, siapa yang tiap hari kasih PergiFood?" Haruto nyengir. Ujungnya dia juga yang salah.

"Biar kamu makin empuk, Beb. Tuh liat pipinya gembil banget, jadi pengin gigit."

Junkyu melotot. Ini maksudnya Haruto ngejek dia gendut, begitu? Wah nggak bisa dibiarkan.

"Gembil banget ya?" Haruto ngangguk.

"Pengin banget gigit?" Lagi-lagi ngangguk.

"Oke, gigit saja sekarang. Tapi nanti malam kamu tidur di sofa, oke Sayang?" sambil senyum mematikan.

Oke, kalau ekspresi maut itu sudah keluar, nggak ada harapan buat Haruto.

Bye kehangatan, selamat datang hawa dingin yang mencekam :)











———Tbc.

Ini sebenernya clue sih.

Rumah Tangga | Harukyu [2]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang