W I D O W

004

Seperti biasa, Jeongguk mendekati si cantik Kim Jira yang lagi asyik menggambar.

Namun netra Jeongguk menangkap gambarnya beda dengan yang kemarin.

"Cantik, kali ini gambar siapa ?"

Jira melihat Jeongguk dengan raut tak terbaca. Ada sedikit bayangan air mata meski hanya sedikit.

"Ayah."

Deg

Ayah?

Jika yang di gambar Jira tadi adalah ayahnya lalu bagaimana dengan papanya?

"Maksud Jira?" Jeongguk hendak mencari tau.

"Ungg." Kata papa, Ayah sudah di surga bersama Nenek dan Kakek. Jadi Jira tidak boleh bersedih lagi jika mengingat Ayah." Raut sendu yang di tampilkan si cantik berangsur menjadi ceria lagi.

"Jira tidak pernah bertemu dengan ayah dari kecil. Jadi jika Jira rindu, papa bilang. Jira boleh gambar ayah seperti Jira gambar papa." Lanjut anak tersebut riang.

Astaga, Jeongguk jadi tak enak hati membuat si kecil jadi sedih begini.

"Ummm, Jira sayang sama ayah?" Tanya Jeongguk.

Jira hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia masih menyelesaikan gambarnya.

"Ayah pasti bangga dengan Jira, karena sudah menjadi pintar."

Lagi lagi Jira hanya tersenyum, gadis cilik ini tak begitu menonjol dalam bermain atau bersahabat.

Tiap jam bermain ia lebih sering memainkan alat melukisnya. Meski benar diantara anak yang lain prestasi Jira lebih bagus.

Gadis ini mirip sekali dengannya.

.

"Dasar bajingan kau Kim! Apa maksudmu menyekap ku disini!?"

Pria tua yang tengah di ikat di kursi keras berhadapan dengan sin manis yang duduk berlawanan arah dengannya.

Menopang dagu, menatap bosan dengan apa yang sudah di racau kan oleh si botak tak tau tata Krama tersebut yang masih asik memakinya.

"Sudah selesai bicaranya?" Pria yang di panggil Kim itu akhirnya berbicara setelah menghabiskan waktu hampir 20 menit diam dengan pikirannya sendiri.

"Brengsek!" Maki si botak itu lagi.

Ia tersenyum tipis, lalu berjalan menghampiri si tua Botak itu sambil menyamakan tingginya.

"Katakan pada ku bagaimana cara kalian menghabisi orang tua ku dan juga suamiku?"

RHICHIE RIIE