Aku memandangi bingkai foto yang terletak pada nakas kamarku; foto pria tampan itu, Jung Jaehyun.
Tiga tahun berlalu, tiga tahun itu adalah hari hariku yang terberat. Melalui semuanya sendirian, tanpa detektif konyol itu. "Jaehyun, kenapa kau pergi meninggalkanku?" Aku bergumam kecil
Aku bahkan tidak tau sejak kapan air mataku turun tanpa izin, aku bahkan tidak tau sejak kapan aku menangis sampai mataku berat dan perih seperti ini
"Mommy!"
Itu anakku yang pertama; Mark Jung. Dia bisa memanggilku dengan baik, berbeda dengan si bungsu; Jung Jeno. Walaupun umur mereka hanya berselisih lima belas menit, Mark lebih terlihat pintar
Aku menepis air mataku dan berjalan menuju kasur untuk menghampiri putra sulungku. "Ada apa Markeu?" Aku mengecup pipi gembulnya berkali kali. Mark menggemaskan
Mark meng-copy paste wajahku. Tidak semuanya, Jaehyun ikut menyumbangkan wajah tegasnya, membuat Mark terlihat menakutkan jika sedang merajuk
Lain halnya dengan Jung Jeno, anak itu memang sepenuhnya diambil alih oleh Jung Jaehyun. Wajahnya, hidungnya yang tinggi dan mata layaknya burung elang yang menemukan mangsa. Wajah Jeno benar benar duplikat calon suamiku
Aku selalu merasakan hangat jika Jeno mendekapku dengan tangan mungilnya. Mulutnya terus merapalkan kalimat yang tidak jelas seperti bayi yang sedang berbicara
Aku tidak mengerti, Jeno selalu menangis jika aku menangis. Bayi dua tahun itu bahkan melayangkan tinjuannya ke udara saat aku menangis. Ada apa dengan anak bungsuku?
"Tutu, mi! Ammhh.." Mark memasukan tangan kanannya kedalam mulut. Aku langsung menarik tangan gembul itu untuk keluar. "No! Mark hyung jangan menghisap tangan lagi ya?" Aku memperingatinya, walaupun aku tau Mark tidak akan mengerti
"Mark hyung ingin susu? Sebentar, mommy buatkan.." Aku melirik Jeno yang masih tertidur pulas. Aku berpikir sebentar, sebaiknya membuatkan dua susu untuk Mark dan Jeno atau hanya untuk Mark? Jeno masih tertidur
"Aku buatkan dua saja." Aku menemukan ide. Hanya persiapan jika Jeno terbangun dan menangis, susunya tinggal diberikan
Aku melangkah menuju dapur. Tanganku mengeluarkan kaleng susu dan dot kecil. Sedangkan tanganku yang lain sibuk menghangatkan air. Termos untuk menampung air hangatnya habis, aku lupa mengisi ulang
"Sayang.."
Tiba tiba aku teringat sesuatu. Jaehyun selalu menghampiriku saat aku memasak dan melingkarkan tangannya pada perutku, menyebabkan kesulitan untuk bergerak.
"Aku merindukanmu"
Dasar Jung berlebihan! Aku baru meninggalkannya beberapa menit, sudah mengatakan rindu. Aku tertawa mengingat semuanya, dan menangis.
Tiga tahun bukan waktu yang cepat. Bahkan sepuluh atau seribu tahun pun, aku tidak akan bisa melupakan Jaehyun. Aku terus mengharapkan Jaehyun kembali, walaupun itu mustahil
"Jaehyun, Mark dan Jeno sudah besar. Terimakasih telah memberikan dua pangeran tampan untukku. Setidaknya, mereka alasanku bertahan sekarang ini.."
Aku menangis, rasanya sakit sekali mengingat Jaehyun pergi. Dia bahkan sangat mengharapkan anak dari kandunganku. Setelah semuanya tercapai, mengapa engkau pergi Jaehyun?
Dimana janjimu yang mengatakan akan selalu melindungiku, bahkan jika aku bersama orang lain sekalipun, aku tetap menjadi tanggung jawabmu. Dimana janjimu?
Dimana janjimu akan membangun keluarga kecil yang bahagia? Dimana janjimu yang mencintaiku? Lantas mengapa kau pergi jika kau mencintaiku?
Mengapa kau pergi meninggalkan aku sendiri. Kau hanya menyisahkan bayang bayangmu. Membuatku tersiksa dengan semua kenangan indah kita
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Mr.Jay - Jaeyong
Fanfiction[BxB] [Mpreg] [Mature🔞] Taeyong tidak mengerti dengan takdir menyedihkannya dan kedatangan detektif Jung Jaehyun ke dalam hidupnya. -Boys Love. -Don't read if you don't like it. -No plagiarisme!