CHAPTER 04

9K 1.5K 201
                                    

❛ ━━━━━━・❪ ❁ ❫ ・━━━━━━ ❜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❛ ━━━━━━・❪ ❁ ❫ ・━━━━━━ ❜

Hai!
Aku kembali!

Adakah yang menunggu cerita ini update?!
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak setelah membaca ya^^

Semoga cerita tak seberapa ini dapat menghibur kalian♡

❛ ━━━━━━・❪ ❁ ❫ ・━━━━━━ ❜











Pagi-pagi sekali Renjun telah bangun, padahal langit di luar sana masih berwarna kelabu dan sang Surya belum menunjukan presensi. Maklum, ini adalah kebiasaannya sejak dulu. Meski pada kenyataannya Renjun tak memiliki darah Keluarga kerajaan ataupun bangsawan, tetap saja ia harus belajar tentang etika seorang bangsawan. Beruntung sebab Renjun memiliki otak yang cerdas dan kepribadian yang tak mudah menyerah, hingga berhasil menguasai semua pelajaran yang diajarkan oleh gurunya bahkan menjadi satu-satunya lulusan terbaik di Akademi bangsawan.

Renjun menghela napas, kejadian semalam tiba-tiba terlintas dalam benak. Pipi terasa panas akibat pukulan yang sengaja Renjun darat kan agar pikirannya yang kacau kembali jernih. “Tidak perlu di pikirkan, Renjun. Semalam bukan salah mu, semasabodoh dengan Raja dan Ratu.”  Gumamnya lantas beranjak dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi guna membersihkan diri.

Selepas membersihkan diri, Renjun duduk di depan meja rias menatap pantulan wajahnya dari balik cermin yang ada di hadapan. Pikirannya berkecamuk tentang banyak hal, masih enggan percaya jika ia disini menjadi pengganti Jaemin. Entah apa lagi yang akan terjadi hari ini, Renjun harap tidak lebih buruk dari hari kemarin sebab demi Tuhan Renjun sangat lelah dengan segala tingkah kurang ajar dari pelayan di Kerajaan ini yang begitu meremehkan.

Di tengah lamunannya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar. Alis Renjun saling bertaut sebelum beranjak guna membuka pintu dan melihat siapa yang datang saat hari masih begitu pagi.

“Salam Yang mulia.” Ujar si pelayan yang sebelumnya mengetuk pintu kamar Renjun, kepalanya tertunduk tak berani menatap sang tuan.

Namun, tampaknya Renjun tak ingin ambil pusing dengan perubahan sikap si pelayan, “Ada perlu apa?” Tanya Renjun tak ingin berbasa-basi.

“Yang mulia ratu Doyoung meminta anda untuk datang ke istananya, Yang mulia.”

Helaan napas panjang berhembus pelan dari belahan bibir Renjun. Kali ini apa lagi? Pikir si submisive dengan manik mata rubah yang berkilau indah. Sebenarnya Renjun telah siap dengan apapun yang akan sang Ratu lakukan prihal sikapnya semalam, akan tetapi bukanlah sang Ratu juga tahu jika semalam bukan murni hanya kesalahan Renjun saja? Rasanya sedikit tidak adil jika nanti Renjun dihukum sedang pelayan-pelayan itu bebas tanpa hukuman. Namun, apa yang Renjun harapkan? Dia hanyalah pengganti yang tak diinginkan oleh siapapun, keberadaannya disini pun hanyalah sementara. Sudahlah, dari pada memikirkan hal yang tak pasti, akan lebih baik Renjun datang ke istana sang Ratu untuk mengetahui lebih jelas apa yang beliau inginkan.

Black Swan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang