CHAPTER 15

8.3K 1.2K 168
                                    

- b l a c k s w a n -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- b l a c k s w a n -



“Yang mulia, ini terlalu berisiko, memangnya tidak ada cara lain? Saya tidak setuju!” Protes Guanlin yang menentang keras rencana Renjun.

Gila! Guanlin benar-benar tidak habis pikir dengan isi kepala sang tuan, bagaimana bisa membuat rencana yang bahkan mungkin dapat membahayakan diri sendiri.

Renjun duduk bersila, tidak ada perubahan pada ekspresi wajah bahkan manik mata masih menatap Guanlin dengan tegas, seolah protes yang Guanlin suarakan tak mempengaruhi sedikitpun keputusan.

“Aku tidak sedang meminta pendapat darimu, Sir. Jadi lakukan saja apa yang aku perintahkan, jangan banyak mengeluh!” Entah kenapa Renjun berpikir bahwa Guanlin yang selalu memasang ekspresi wajah sinis dan sedikit berbicara jauh lebih baik dibandingkan dengan Guanlin yang saat ini tengah berdiri dihadapannya. Bukan Renjun tidak senang bila sang kesatria menaruh sedikit rasa peduli, itu artinya Guanlin telah sepenuhnya mempercayai Renjun, namun Renjun terkadang merasa kesal sebab Guanlin itu banyak sekali bertanya dan menghawatirkan sesuatu yang tidak perlu.

Seperti saat misi kemarin, setelah Renjun memberitahu rencananya, Guanlin mengomel seharian dan terus memperingatkan Renjun agar kembali berpikir ulang mengingat lawan mereka bukan orang sembarangan. Tapi pada akhirnya mereka tetap maju dengan rencana awal, kendatipun Guanlin harus berwajah masam karena diabaikan.

Jeongin yang sejak tadi hanya diam mengamati sang tuan dan sang kesatria, akhirnya buka suara, “Yang mulia, anda tidak perlu melakukan ini, saya sungguh baik-baik saja.. Sir Guanlin benar, tolong pikirkan lagi, saya tidak ingin terjadi sesuatu pada anda.” Jeongin pasti akan menjadi orang yang paling merasa bersalah bilamana terjadi sesuatu pada sang tuan, sebab rencana ini tak mungkin ada jika bukan karena dirinya yang membuat susah.

Renjun mengerti akan kekhawatiran Jeongin terhadap dirinya, namun sebuah duri dalam daging harus segera dicabut agar tak menjadi luka bernanah, sama seperti pelayan yang sudah berkali-kali memperlakukan Jeongin dengan begitu buruk sekalipun dia tahu bahwa Jeongin adalah pelayan pribadi Renjun harus diberi pelajaran agar kelak tak ada lagi orang-orang yang semena-mena seperti itu.

Seulas senyum Renjun berikan seraya manik mata menyorot Jeongin dengan lembut, “Kau tidak perlu khawatir, Jeongin, aku sudah memikirkan rencana ini dengan baik. Semua akan baik-baik saja, cukup kau lakukan apa yang aku perintahkan, kau mengerti?”

Apakah Jeongin punya pilihan selain tunduk pada perintah sang tuan? Jika sir Guanlin yang merupakan kesatria hebat saja tak dapat mengubah pikiran Renjun, memang siapa Jeongin hingga berani untuk kembali menyuarakan rasa keberatan yang membebani hati.

“Baik Yang mulia, saya akan lakukan sesuai dengan perintah anda.” Ujar Jeongin akhirnya.

Renjun tersenyum puas setelah mendengar jawaban Jeongin. Oh, nyaris saja Renjun lupa jika dia punya janji temu dengan permaisuri. Tadi pagi, salah seorang pelayan sang permaisuri datang dengan membawa pesan bahwa permaisuri ingin bertemu, beliau berkata sudah lama tidak minum teh bersama atau sebenarnya ada sesuatu di balik makna pesan yang beliau sampaikan, Renjun tidak tahu pun otak kecilnya tak ingin berasumsi apapun.

Black Swan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang