CHAPTER 18

8.1K 1.3K 180
                                    

;- b l a c ks w a n -;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

;
- b l a c k
s w a n -
;

Hari perlahan berganti, cerahnya sinar matahari telah bertukar dengan gelapnya malam tatkala sang surya berhasil menyembunyikan presensi. Awalnya Jeno berniat untuk menginap barang sehari saja di desa, namun karena Renjun terluka jadi Jeno putuskan untuk kembali ke Kerajaan dengan segera setelah Renjun mendapatkan pertolongan pertama dari warga desa.

Lantaran baju Renjun sebelumnya basah karena bermain air dengan anak-anak di sungai, jadi tidak ada pilihan lain selain meminjam pakaian dari warga desa dan dikarenakan udara malam yang dingin, Jeno memberikan jubah hitam yang sebelumnya dijadikan alas bantal untuk Renjun tidur sebagai penghangat agar si submisive tidak kedinginan.

“Yang mulia, saya sungguh baik-baik saja.. Kaki saya hanya terkilir biasa, besok pasti juga sembuh.” Ujar Renjun ditengah perjalanan mereka kembali ke Istana.

Kendati demikian tak membuat perasaan khawatir yang membungkus hati Jeno reda, “Tetap saja kita harus kembali ke istana dan meminta dokter memeriksanya secara langsung!

Jeno gamang, sebenarnya apa yang salah dengan dirinya? Jelas-jelas Renjun sudah mengatakan bahwa ia dalam keadaan baik-baik saja, lantas kenapa diri masih merasa begitu khawatir seolah luka sekecil apapun harus segera diobati dan Renjun tidak boleh sakit apalagi saat bersama dengannya seperti sekarang ini.

Jeno hanya tidak paham, bahwa ada sesuatu yang perlahan-lahan berubah dalam hati, sesuatu yang seharusnya tidak boleh ada ketika dia belum benar-benar menyelesaikan sebuah hubungan yang telah ia mulai dengan orang lain.

Renjun tak lagi bersuara, tengelam dalam pikiran seraya menatap rembulan dari balik jendela kereta kuda yang seolah terus mengikuti. Keheningan menginvasi, yang terdengar hanya suara roda kereta kuda yang berputar melintasi jalanan yang bergelombang dengan kerikil kecil, namun tak menghentikan sang kusir untuk tetap melanjutkan perjalanan.

Dalam keheningan yang terasa menyesakkan, Renjun menyelipkan sebuah doa, berharap bahwa Jaemin lekas ditemukan agar ia tak perlu lagi melakukan hal-hal diluar kehendaknya. Semua ini hanya fatamorgana yang akan lekas menghilang, sesuatu yang salah harus segera dihentikan sampai disini saja, Renjun tak mau berkahir seperti orang bodoh.

;
- b l a c k s w a n -
;

Renjun mengangkat tangan di udara kala Jeno berniat membantunya untuk turun dari kereta kuda, dengan senyum tipis Renjun berujar, “Yang mulia, bisakah Sir Bangchan saja yang membantu saya? Anda pasti lelah karena terus membantu saya hari ini.”

Tanpa kata Jeno mundur beberapa langkah ke belakang memberikan ruang pada Bangchan agar bisa membantu Renjun turun dari kereta kuda.

“Hati-hati, Yang mulia..” Ujar Bangchan memegang kuat lengan Renjun agar tak jatuh.

Bangchan tidak tahu apa yang terjadi antara keduanya di dalam kereta kuda selama perjalanan ke Istana, namun dia bisa merasakan bahwa aura disekitar keduanya terasa begitu aneh, seolah kembali pada saat awal-awal keduanya bertemu.

Black Swan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang