CHAPTER 13

8K 1.3K 176
                                    

- b l a c k s w a n -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- b l a c k s w a n -

Bulan membentuk bulatan sempurna dengan cahaya terang yang menerangi gelapnya malam, udara semakin dingin mengingat hari menjelang tengah malam. Dengan susah payah Renjun keluar dari kerumunan orang-orang yang sibuk mengagumi keindahan festival, tanpa tahu jika putra mahkota yang akan menjadi penerus kerajaan tengah diculik sekarang.

“Sial!” Umpat Renjun seraya merapikan pakaiannya yang kusut karena terombang-ambing tanpa dapat menghindar. Manik mata memindai setiap sudut tempat dimana ia berada sekarang, rupanya Renjun terdorong dan masuk pada gang sempit yang tampak lenggang.

Renjun segera keluar dari gang tersebut tatkala melihat rombongan orang-orang yang melihat festival telah menjauh, saat ini bukan waktunya untuk bersantai sebab nyawa Jeno sedang dalam bahaya. Renjun berlari menuju gerbang utama, pintu masuk ibu kota.

Untunglah jalanan lenggang sehingga Renjun bisa berlari tanpa perlu khawatir orang lain akan mengenali. Jika sampai berita putra mahkota diculik terdengar orang lain, maka itu akan membuka peluang bagi musuh guna mendesak Kerajaan Brittania.

“Bangchan!!” Seru Renjun kala netra menemukan sosok Bangchan bersama dua orang kesatria yang tengah menaiki kuda berjalan mendekat ke arahnya. Napas Renjun memburu lantaran berlarian.

Bangchan menatap Renjun keheranan lantaran sang putri Mahkota berlari tanpa ada pengawalan dan yang lebih penting dimana sang putra mahkota, bagaimana bisa membiarkan Renjun sendirian.

Bangchan segera turun dari atas kuda lantas menghampiri Renjun yang tampak tak baik-baik saja dengan napas yang naik turun tak teratur, “Yang mulia, anda baik-baik saja?” Bangchan menyuarakan tanya seraya retina menatap Renjun khawatir.

“Ya, aku baik-baik saja, tapi sekarang aku butuh kuda dan pedang mu.” Renjun dengan gerakan cepat mengambil pedang yang berada di pinggang Bangchan lantas naik ke atas kuda, tanpa menjelaskan apapun Renjun menarik tali kekang kuda hingga sang kuda mulai bergerak mengikuti perintah si penunggang.

“Yang mulia! Anda mau kemana?! Yang mulia!!” Renjun sama sekali tak mengindahkan panggilan Bangchan, kudanya terus melaju, berlari keluar dari gerbang masuk ibu kota menuju hutan.

“Sial!” Bangchan meminta salah seorang kesatria untuk turun dari kudanya, lantas meminta keduanya untuk melapor ke istana karena Bangchan merasa ada yang tidak beres, sedang dirinya sendiri akan mengikuti sang putri Mahkota sebelum pergi jauh.

Bangchan melajukan kudanya secepat mungkin, entah apa yang terjadi yang jelas dia harus menyusul Renjun.

Bangchan berhasil menyusul Renjun, sang putri Mahkota benar-benar terlihat berbeda sekali dengan sosoknya yang biasa Bangchan lihat sebab kini Renjun tampak jauh lebih mengagumkan. Baru kali ini Bangchan melihat seroang submisive sehebat Renjun, meskipun seorang submisive tapi memiliki rasa percaya diri, kepandaian serta keberanian yang besar, pribadinya juga begitu baik dan rendah hati. Ah, sayang sekali lantaran dia harus berkorban demi untuk kepentingan orang lain.

Black Swan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang