CHAPTER 06

8.4K 1.5K 278
                                    


Hai!!
Aku kembali lagi

Yang nunggu cerita ini update, mana suaranya?!

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak setelah membaca ya.

Semoga cerita tak seberapa ini dapat menghibur kalian♥︎

«────── « ⋅ʚ♡ɞ⋅ » ──────»


Setelah berhari-hari mencari keberadaan sang terkasih tanpa kenal lelah, hari ini Jeno memutuskan untuk berhenti sejenak. Bukan, bukan karena Jeno menyerah melainkan ada tugas lain yang tak bisa ia abaikan, sehingga proses pencarian Jaemin, Jeno serahkan pada orang lain.

Bagaimanapun juga, Jeno adalah seorang putra mahkota yang kelak akan mewarisi takhta kerajaan dan sudah menjadi kewajibannya untuk menjalankan tugas dan perintah yang Ayah-nya berikan, sebagai latihan dasar untuk mengasah kemampuannya. Nyaris seminggu lebih ia meninggalkan pekerjaan di Istana sebab seluruh waktu dan perhatiannya hanya fokus pada pencarian Jaemin, membuat pekerjaan yang ada di ruangannya ini kian hari kian bertambah.

Sejujurnya, Jeno tak bisa fokus pada lembaran perkamen yang ada di atas meja sebab kini pikirannya melayang jauh entah kemana. Terlalu banyak hal yang Jeno pikirkan, salah satunya adalah keberadaan Jaemin saat ini. Jeno gamam, harus dengan cara apa lagi ia mencari Jaemin? Seluruh pelosok Negeri telah ia jelajahi hanya demi untuk membawa kembali sang pujaan hati.

Namun, hingga kini, semua usahanya hanyalah sia-sia. Jeno, nyaris putus asa.

Sebuah ketukan pada pintu ruangannya berhasil menarik atensi Jeno. Sebab berpikir jika si tamu adalah seorang yang membawa kabar tentang Jaemin, tanpa pikir panjang Jeno lantas mengizinkannya masuk ke dalam.

“Salam, Yang mulia.” Ujar si tamu yang ternyata adalah kesatria kepercayaan Jeno sekaligus tangan kanannya, Bangchan.

“Apa ada kabar dari Jaemin?” Tanya Jeno begitu tak sabar. Kedatangan Bangchan pasti bukan hanya sekedar memberikan salam, tentu ada sesuatu yang pria ini dapat saat pergi ke luar Istana.

Bangchan sedikit menyesal sebab harus meruntuhkan harapan yang begitu tinggi di mata sang tuan, “Maafkan saya, Yang mulia, tapi kami belum menemukan satupun informasi yang jelas terkait Yang mulia Jaemin.” Ujar Bangchan menjelaskan.

Jeno seketika menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi yang ia duduki, dadanya mendadak diserang rasa nyeri yang tak tertahankan, hingga membuatnya merasa sesak. Tidak adakah satu orang saja yang bisa memberitahu Jeno dimana keberadaan Jaemin saat ini? Dia benar-benar bisa gila jika terus seperti ini.

“Namun, saat di ibu kota, saya sempat melihat Yang mulia Renjun.”

Mendengar nama Renjun disebut, air muka Jeno seketika berubah, sorot matanya begitu tajam menatap sang lawan bicara. “Renjun? Apa yang dia lakukan di ibu kota? Dan lagi, bagaimana bisa dia keluar Istana?” Jeno tersenyum culas, “Sudah aku duga, menghilangnya Jaemin pasti ada hubungannya dengan Renjun.” Tangan Jeno mengepal dengan erat, berbagai macam pikiran buruk prihal Renjun yang menjadi dalang di balik hilangnya Jaemin memenuhi seluruh isi kepalanya.

“Saya rasa tidak seperti itu, Yang mulia.” Bangchan menginterupsi.

“Apa maksudmu?”

“Maaf Yang mulia, awalnya saya juga curiga dengan alasan yang mulia Renjun keluar Istana diam-diam tanpa penjagaan yang ketat. Namun, setelah saya mengawasi beliau, tidak ada hal yang mencurigakan. Yang mulia Renjun hanya keluar untuk membeli beberapa barang dan setelahnya kembali ke Istana. Saya juga sudah mengonfirmasikan masalah ini dengan sir Guanlin yang ikut bersama yang mulia Renjun, dia juga mengatakan bahwa yang mulia Renjun hanya berbelanja tanpa bertemu dengan siapapun.” Bangchan menjelaskan dengan begitu teliti tanpa terlewat satupun informasi yang ia dapat. Bukan hal yang baik jika terus mencurigai seroang yang belum tentu benar terlibat atas hilangnya Jaemin. Begitu pikir Bangchan.

Black Swan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang