- b l a c k s w a n -
;Ruangan yang tampak lenggang dengan lembaran-lembaran perkamen yang berserakan di atas meja membuat Jeno semakin mengerucutkan bibir. Harusnya saat ini Jeno dan Renjun ke kuil untuk melakukan doa bersama, akan tetapi pekerjaan yang ayahnya berikan membuat Jeno harus tetap tinggal dan melewatkan kesempatan untuk pergi bersama dengan Renjun. Tentu saja suasana hati yang semula terasa ringan nan cerah, berubah menjadi muram.
Terus terang, belakangan bayang-bayang Renjun kerap kali mampir dalam benak Jeno, rentetan peristiwa yang telah mereka lalui bersama berputar bak kaset rusak yang tak bisa Jeno hentikan. Ya, Jeno akui dia tidak bisa melepaskan bayang-bayang Renjun, seolah hanya dengan memikirkan sang submisive saja mampu membuat senyum cerah seketika terlukis di wajah.
Bahkan kini, ditengah ia mengerjakan tugas dari sang Ayah, Jeno masih sempat memikirkan apa yang sedang Renjun lakukan, apakah dia sudah kembali atau masih berada di kuil. Kendati demikian, Jeno masih enggan mengakui bahwa diri telah jatuh pada pesona sang submisive yang penuh dengan kejutan.
"Bangchan.." Panggil Jeno.
Sang kesatria yang setia menemani sang tuan langsung merespon panggilan Jeno. "Ya, Yang mulia, apa anda butuh sesuatu?"
"Besok akan diadakan pesta, ini pesta pertama Renjun sejak ia tinggal disini, menurutmu hadiah apa yang harus aku berikan untuknya?" Tanya Jeno. Sebenarnya sudah ada beberapa hadiah yang terpikirkan, namun Jeno hanya ingin meminta pendapat orang lain agar lebih yakin.
Bangchan jadi bingung, sebenarnya dia ini kesatria pengawal Jeno atau penasehat pribadi putra mahkota? Jika kali ini Bangchan salah menjawab seperti terkahir kali, dia bisa dihukum sungguhan.
"Apakah anda sudah memikirkan ingin memberi sesuatu pada Yang mulia Renjun?" Bangchan cari aman saja, lagi pula dia juga tidak terlalu paham dengan hadiah yang harus diberikan pada submisive.
Ayolah, Bangchan ini jomblo abadi, bahkan sampai saat ini masih belum ada yang menarik hati meski banyak yang mendekati. Entah Bangchan yang terlalu pemilih atau memang tidak ada yang dapat menggerakkan hatinya.
“Sebenarnya permaisuri sudah memberi saran, hanya saja aku masih ragu apakah akan cocok dengan Renjun atau tidak.”
“Kalau menurut saya, apapun hadiahnya pasti akan cocok dengan Yang mulia Renjun karena mau dilihat seperti apapun, Yang mulia Renjun sangat cantik dan mempesona.” Bangchan jadi membayangkan bagaimana kerennya Renjun saat menunggangi kuda malam itu, auranya benar-benar berbeda dengan submisive yang pernah ia temui.
Jeno yang melihat Bangchan tengah tersenyum bak orang idiot, melemparinya dengan bulpoint, "Hei! Kau ini sedang memikirkan apa?!" Ketus Jeno dengan mata menatap sang kesatria tajam.
Bangchan yang ditatap seperti hendak diterkam hanya bisa terkekeh pelan, "Maaf Yang mulia, saya hanya sedang mengagumi keindahan Yang mulia Renjun." Ujar Bangchan jujur seraya mengusap belakang kepala dengan asal. Jika orang lain yang mengatakan hal tersebut, pasti nyawa sudah melayang, karena ini Bangchan maka Jeno biarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Swan ✔
Romance[SUDAH TERBIT] Pemeran sampingan akan selalu tertinggal. Pada akhirnya Rosaline bukanlah cinta sejati Romeo, begitupun Eponine yang tak ditakdirkan bersatu dengan Marius. Apakah Renjun juga akan berakhir seperti keduanya? Start : 23 Januari 2022 End...