Hai!
Aku kembali lagi!!Semoga tulisan tak seberapa ini bisa menghibur kalian ya♡
Jangan lupa feedbacknya biar upnya juga cepet.. Xixixixi. Bercanda kok, selamat membaca okay.
✩.・*:。≻───── ⋆♡⋆ ─────.•*:。✩
Langkah kaki pendek milik Renjun terus bergerak seolah tak ada tujuan yang pasti kemana ia akan pergi. Tiga hari ini Renjun telah berusaha keras menyiapkan pesta minum teh terbaik yang ia bisa, hanya karena tidak ingin mengecewakan sang permaisuri. Demi Tuhan, Renjun sungguh lelah, bukan hanya tubuh tapi batin dan juga pikirannya ikut merasakan kelelahan yang sangat luar biasa. Jika bisa, Renjun ingin menyerah, dia ingin pergi jauh dari sini pergi ketempat dimana tidak ada seroang pun yang akan menghakimi dan memperlakukan dirinya seolah ia adalah barang tak bernyawa.
Kenapa hanya Renjun yang disalahkan atas semua hal yang terjadi pada Jaemin? Kenapa Jeno selalu memojokkan dirinya dan berpikir seolah semua ini terjadi karena keinginan Renjun? Itu sama sekali tidak benar! Bahkan Renjun sendiri tidak tahu alasan apa yang membuat Jaemin kabur di hari pernikahannya dengan Jeno. Renjun bukan orang yang picik, hingga merasa iri dengan semua hal yang Jaemin dapatkan; entah kasih sayang orang tua ataupun pasangan yang mencintai dirinya. Renjun sudah cukup bersyukur dengan apa yang ia miliki saat ini, tidak pernah sekali pun ia merasa iri dengan apa yang Jaemin punya.
Renjun jatuh terduduk di lantai perpustakaan Istana, dia tidak punya tempat untuk bersembunyi, dia tidak punya tempat untuk mengeluarkan segala keluh kesah yang selama ini coba dia tahan sendirian. Renjun telah hancur sejak awal, dia hanyalah cangkang yang retak dan hari ini Jeno telah menghancurkannya tanpa sisa.
Memangnya dia pikir Renjun itu apa? Renjun juga hanya seroang manusia biasa yang punya hati, hati Renjun pun tidak terbuat dari baja hingga bisa menahan segala omong kosong yang keluar dari mulut Jeno. Berapa kali Renjun harus menjelaskannya? Dia juga muak, dia juga benci ketika orang lain melihatnya bukan sebagai dirinya sendiri melainkan orang lain. Renjun disini pun juga bukan karena dia ingin.
Tangisan itu perlahan terdengar semakin keras, mungkin karena ruangan ini yang sunyi hingga suara Renjun dapat memenuhi setiap sudut. Renjun menyandarkan tubuh pada rak buku yang menjulang tinggi, lantas memeluk lututnya sembari menyembunyikan wajah di tengah-tengah antara dada dan lutut.
Renjun tidak pernah meminta untuk orang lain mau mengerti dirinya, semuanya Renjun hadapi seroang diri. Dia telah mencapai batas dimana ia bisa menahan semua rasa sakit yang ia terima selama ini. Renjun lelah, lelah sekali.
Jika saja, jika saja dulu Renjun tidak menerima uluran tangan kakek Lee, apakah semua akan berkahir seperti ini? Setidaknya dia tidak harus berurusan dengan orang-orang seperti mereka, setidaknya dia bisa hidup seperti apa yang ia inginkan, meskipun mungkin tidak ada kasur yang empuk ataupun makan yang lezat.
Dulu, kakek Lee berjanji bahwa hidup Renjun pasti akan bahagia jika ikut dengannya, tidak ada hal yang perlu dia khawatirkan. Kala itu, Renjun hanya anak polos berusia 7 tahun yang hidup luntang-lantung di jalanan, mendengar tawaran seperti itu siapa yang tidak akan tertarik?
“Bohong.. Hiks.. Hiks.. Kakek bohong.” Ujar Renjun dengan isak tangis yang terus mendesak keluar dari pelupuk mata. Nyatanya? Alih-alih kebahagiaan, justru duka kesedihan semakin dalam yang Renjun rasakan.
Isak tangis Renjun terdengar sangat menyakitkan, siapa saja yang mendengarnya pasti tak akan tega. Seperti seseorang yang kini berdiri di balik rak buku tempat Renjun menangis.
![](https://img.wattpad.com/cover/298724487-288-k148021.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Swan ✔
Romance[SUDAH TERBIT] Pemeran sampingan akan selalu tertinggal. Pada akhirnya Rosaline bukanlah cinta sejati Romeo, begitupun Eponine yang tak ditakdirkan bersatu dengan Marius. Apakah Renjun juga akan berakhir seperti keduanya? Start : 23 Januari 2022 End...