Touch Me, Tease Me, Feel Me Up

607 14 17
                                    

Genre : Mystery, Adult Fiction

Sonya's POV

Minggu ini seharusnya menyenangkan. Libur panjang dan sekarang aku berada di Pacitan. Pemandangan pantai dan perbukitan di Pacitan yang indah, aku ingin segera menikmatinya. Tapi perdebatanku dengan Dimas perkara drama kamar hotel, membuat malam ini jadi terasa melelahkan.

Dimas adalah teman kampusku dulu. Sangat sulit mengajak teman untuk berlibur bersama. Apalagi jika itu dilakukan secara mendadak. Aku impulsif, dan aku dengan santainya tidak memesan kamar untuk menginap. Aku sudah pernah kesini, dan aku rasa mendapatkan kamar tidaklah sesulit itu. Namun aku melupakan fakta bahwa ini adalah high season. Semua orang berlibur.

Aku dan Dimas sempat tidak saling bicara. Kami lelah berdebat. Kami sudah cukup kelelahan dengan perjalanan yang cukup panjang. Ini adalah hotel kelima yang kami masuki. Setelah sebelumnya tidak ada satu kamar pun tersisa.

Sebuah hotel dengan bangunan yang cukup tua. Terkesan bersejarah namun menyeramkan. Beberapa orang tampak lalu lalang, kami memasuki lobi hotel yang penerangannya sedikit redup. Terdapat pajangan berupa patung pewayangan atau apalah itu, yang sejujurnya sedikit mengintimidasiku. Perasaanku saja, atau memang mata pajangan itu sedang menatapku?

 Perasaanku saja, atau memang mata pajangan itu sedang menatapku?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beruntungnya kami mendapatkan kamar. Tanpa ada perbincangan, kami memasuki kamar masing - masing. Aku sempat menaruh barang - barangku ke dalam lemari. Entah mengapa udara sekitar terasa panas. Aku enyahkan perasaan itu dengan kegiatan membersihkan diri.

Aku nyalakan kran, airnya terasa hangat mengenai wajah dan tubuhku. Aku masih menikmati sensasi ini. Ketika aku seperti merasakan hawa dingin di area tengkuk. Aku membuka kedua mataku yang sedari tadi terpejam, dan yang aku lihat ialah tanganku yang berlumur darah. Aku terduduk, menahan keterjutanku yang kini bercampur dengan perasaan takut.

Aku beranikan diri membuka mata lagi, dan darah itu telah menghilang. Apa aku berhalusinasi? Aku mematut diri di depan cermin, pasti ini karena kelelahan. Namun dari ekor mataku, sebuah bayangan seakan melintas. Tak peduli lagi, aku segera kenakan jubah mandiku, dan berlari ke kamar Dimas.

Aku gedor pintu kamar Dimas setengah kesetanan. Dimas membuka pintu kamarnya, langsung saja aku masuki kamarnya dan menutup pintu dengan kasar. Aku ceritakan pengalamanku barusan. Namun Dimas tidak percaya. Mana mungkin dia percaya.

"Ya aku tau ini keliatan konyol Dim. Tapi serius. Aku ga lagi halu." Aku guncangkan tubuh Dimas. Namun Dimas seperti menyadari sesuatu yang membuat ia membuang pandangannya ke samping.

Aku tak menyadari apapun, sebelum pandanganku jatuh ke jubah mandi yang aku pakai. Ah, jubah mandiku ini sumber masalah. Dadaku tercetak dengan jelas dari luar jubah, jelas saja Dimas memalingkan wajahnya. Dimas mengambil handuk dan melemparnya tepat di atas kepalaku.

"Aku boleh tidur disini Dim? Aku takut tidur di kamarku." Dimas setengah terkaget.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
12 AMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang