Ah, bulan apa bulan ini?
Apa karena telah lama berpura-pura menutup mata, aku juga jadi melupakan waktu? Kata-kata sakral itu terucap lagi dari bibirku. Melupakan waktu? Ya, mungkin hanya itu saja keahlianku saat ini.
Setiap hari terasa bagai waktu yang terus berjalan tanpa tujuan. Motivasi itu bagai lilin kecil yang berusaha menerangi ruangan kosong besar yang gelap nan dingin. Aku bahkan telah lupa, sejak kapan, aku bahagia akan sesuatu.
Kebahagiaan-kebahagiaan kecil itu hanya membawaku pada sebuah harapan kosong. Nyatanya, waktu tetap berjalan, umur terus bertambah sementara perut harus terisi bagaimana pun caranya. Tidak ada hidup yang teramat nista selain menjadi seorang pengangguran.
Bukan karena kurang berusaha. Tetapi, seolah semesta yang tak memberi asa. Aku menghirup udara malam dalam-dalam. Mencoba bertahan, dalam setiap hembusan. Kiranya, kapan aku mendapat penghormatan itu?
Harapan untuk bekerja di luar negeri? Ah itu sudah bukan lagi impianku. Semenjak aku sadar, potensiku yang tak juga berkembang setelah setahun ini berusaha. Apakah ini harapan kosong? Entahlah. Apakah ini melelahkan? Tentu saja. Apakah aku menyerah pada mimpi ini? Entahlah, hanya saja, ini bukan lagi sebuah prioritas.
Genap setahun lebih aku menjalani kehidupan sebagai pengangguran. Berusaha bernapas dan hidup dalam semua keterbatasan dan kenistaan. Pandangan cemoohan itu menjadi pemandangan yang biasa untukku. Pertanyaan-pertanyaan wajib yang kini terasa sangat sulit aku jawab.Seketika, aku menjadi kecewa pada diriku sendiri. Sampai kapan aku harus menahan perasaan hina ini? Sementara manusia hanya memiliki harga diri saat memiliki pekerjaan bukan? Dan sampai saat ini, tak juga aku mendapat kesempatan itu.
Aku lelah dan berpikir untuk mengakhiri hidup. Aku bahkan sudah berdoa dan mengancam pada Tuhan dengan merencanakan kematianku sendiri apabila tak kunjung kuterima kabar baik itu.
Akan tetapi, sebuah keajaiban terjadi. Pagi itu, aku mendapat kabar gembira. Sebuah berita yang sangat aku nantikan. Kabar bahwa aku mendapat pekerjaan. Bukan lagi undangan wawancara yang tak membuahkan hasil. Tapi lebih dari semuanya. Itu adalah jawaban dari semua doaku. Ini adalah akhir dari sebuah perang panjang.
Sebuah kepastian dari semua ketidakpastian hidup. Setitik cahaya dalam gelap malam. Aku merasakan gegap gempita luar biasa. Sebuah perasaan gembira yang meledak-ledak. Aku tahu ini berlebihan, tapi ini adalah apa yang aku butuhkan. Sebuah pekerjaan. Sebuah penghormatan. Akhirnya Tuhan memberikan kesempatan itu.
Tapi tunggu, mereka memintaku untuk bekerja di bulan September? September? Sungguhkah bulan itu? Bulan yang selalu menjadi bulan yang aku tunggu? Bulan yang juga bulan kelahiranku? Aku tersenyum kecil. Tapi, sudah bolehkah aku bernapas lega sekarang? Ataukah harus aku rusak kebahagiaan kecil ini dengan semua kekhawatiranku?
Hari-hari berlalu. Setidaknya sebuah harapan baru tercipta. Ada sebuah kepastian yang membuatku merasakan kebanggaan. Itu saja cukup untuk saat ini bukan? Kemudian, sebuah berita baik kembali datang. Di akhir Agustus, adik perempuanku, lulus dari perkuliahannya. Setelah drama panjang selama setahun. Perang akhirnya berakhir. Aku senang bukan main.
Bagiku. Selain mendapat pekerjaan, kelulusan adikku adalah sebuah hadiah terbaik di hari ulang tahunku. Ya. Kendati sikapnya yang dingin kepadaku, aku terus berharap untuk kebahagiaan dan kesuksesannya. Perjuanganku beberapa tahun ini untuk bisa menyekolahkannya sampai jenjang sarjana telah membuahkan hasil.
Aku tertunduk dan tersenyum simpul. Bersyukur kepada tuhan atas semua hadiah tak terduga ini. Setiap doa dalam tangisku. Setiap rasa kecewa dan kegagalan yang aku telan selama ini seolah menemukan muara kebahagiaannya. Bagai sebuah rencana yang tersusun sangat rapi dan indah. Tuhan menjawab semua doaku satu persatu. Bahkan lebih baik.
Menyingkirkan sejenak perasaan khawatir itu, aku membiarkan euforia ini menyelimuti diriku walaupun hanya sesaat. Ini adalah apa yang terbaik di tahun ini. Ini adalah apa yang aku butuhkan saat ini. Sebuah kepastian. Sebuah penghormatan. Aku tidak butuh hadiah apapun di hari ulang tahunku selain sebuah harapan baru yang nyata.
Wahai kekasih di tempat yang jauh. Tolonglah untuk lulus di ujian JFT di bulan September ini! Aku tak peduli jika dibilang serakah, tapi tolong berikan aku kabar baik lagi bulan ini. Mari menciptakan harapan dan kesempatan baru untuk diri kita sendiri. Mari mengakhiri perang panjang ini dengan hasil yang baik.
The End
KAMU SEDANG MEMBACA
12 AM
FanficOne Shot Stories. Mostly using NCT and Seventeen members as a role.