Bad Tutoring II

79 2 0
                                    

Genre : Drama, Adult Fiction

"Kiranya siapa yang benar - benar mengenal seseorang 100% selain orang itu sendiri? Lagipula saya tidak menipu, saya memberikan persona yang mereka inginkan" - Jihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kiranya siapa yang benar - benar mengenal seseorang 100% selain orang itu sendiri? Lagipula saya tidak menipu, saya memberikan persona yang mereka inginkan" - Jihan.

Randy's POV

"Halo Randy, perkenalkan, saya Jihan. Saya yang akan menjadi tutor kamu selama pertengahan semester ke depan." Seorang wanita bersurai panjang dengan kemeja putih mulai memperkenalkan dirinya. Masih dengan senyum yang tak kunjung pudar dari wajahnya.

Aku memandang datar kearahnya, tak berniat membalas sapaan itu. Suasana terasa sangat canggung, hingga akhirnya ibuku yang tidak enak hati membawa gadis itu ke kamarku di lantai atas. Sementara aku hanya mengekori mereka dengan perasaan enggan.

Ini adalah pertemuan pertama kami dan belum apa - apa aku sudah muak dengannya. Alasan pertama, aku tak menyukai ide tutoring ini karena hanya akan menyita waktu bermain basketku. Alasan kedua, lelaki kolot itu selalu membandingkan prestasi akademik wanita itu dengan prestasi akademikku yang belakangan ini merosot.

"Kamar kamu cukup rapi ya untuk ukuran remaja pria." Ucap wanita itu memutus kecanggungan. Segera saja ia dudukan dirinya di atas ranjang usai kepergian ibuku. Ia silangkan kedua kakinya dengan kedua tangan menumpu tubuh belakang.

"Ah begini ya Randy, saya tau kamu tidak menyukai keberadaan saya, saya pun demikian. Tetapi karena Om Herman sudah meminta saya secara langsung untuk mendidik kamu, mau tidak mau saya terpaksa menjadi tutor pribadi kamu." Wanita itu mengambil sebatang rokok dari tasnya.

"Punya pemantik?"

Pertanyaan yang sukses membuatku membelalakan mata. Wanita ini sungguh di luar dugaan, dia baru saja meminta pemantik untuk merokok di dalam kamar siswanya sendiri, di hari pertama mengajar.

"Ga ada, gue ga ngerokok." Balasku singkat.

"Sayang sekali. Sesekali cobalah merokok. Bisa melepas sedikit stres." Dengan santai ia masukan kembali rokoknya ke dalam tas.

"Kayaknya pandangan pria kolot itu salah deh tentang lu." Aku berikan senyuman sinis padanya.

"Siapa? Oh maksudmu Om Herman? Kiranya siapa yang benar - benar mengenal seseorang 100% selain orang itu sendiri? Lagipula saya tidak menipu, saya memberikan persona yang mereka inginkan." Dia menumpu kedua tangannya lagi ke belakang.

"Oh iya, nilai Fisika dan Matematikamu merosot bukan semester ini? Mana dulu yang ingin kita bahas?" Ia menatapku intens, menunggu jawaban, namun yang kuberikan hanya sebuah kebisuan.

Wanita itu tersenyum tipis dan mulai mengeluarkan ponselnya.

"Semua aksi penolakanmu tidak akan mempan untuk saya. Orang tuamu akan mendatangkan tutor lain yang mungkin lebih tua dan membosankan daripada saya, jadi sekarang, bersikaplah kooperatif, sebelum saya benar - benar menelpon Om Herman dan membuatmu semakin kesulitan!" Ia memberiku tatapan tajam seolah tidak ingin dibantah.

12 AMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang