Genre : Fantasy
Pada setiap pertemuan katanya akan didahului atau diakhiri dengan sebuah perpisahan. Pertemuan ataupun perpisahan, ah, bagiku keduanya sama-sama tak penting. Aku telah sering kehilangan pria yang aku cintai, jadi kehilangan seseorang lagi tak akan mengubah apapun. Hanya menambah luka baru di hatiku yang sudah penuh dengan tambalan luka lama. Karena itu, aku tak pernah berharap banyak pada setiap pertemuan.
Aku Ilana, seorang wanita berumur 32 tahun yang selalu saja menjatuhkan hati di tempat yang salah, hingga terus terluka untuk entah keberapa kalinya. Kenyataan bahwa aku memiliki trauma pada hubungan pernikahan membuatku semakin tak percaya pada sebuah hubungan. Salahkan kedua orangtuaku yang masih memaksakan bersama walau selalu bertengkar. Alasan ini yang kerap dipakai oleh para pria untuk bisa meninggalkanku dan pergi ke hati yang lain. Karena katanya kami tidak lagi berada di visi yang sama.
Kadang aku tertawa kecil. Hubungan percintaan ada kalanya nampak seperti percaturan politik. Kamu menikah bukan dengan orang yang kamu cintai. Tapi dengan orang yang satu visi denganmu. Mau dibawa pernikahan itu nantinya, masih menjadi rahasia tuhan. Entah berakhir bahagia, ataukah hanya sandiwara.
Sambil mengeratkan jaket, aku menyesap kopi yang sempat aku seduh sebelum naik ke atap balkon. Sungguh, tempat ini menjadi tempat favoritku saat butuh berpikir jernih. Hari ini umurku akan genap 33 tahun. Sendirian aku memandangi indahnya bintang malam.
Aku membaca situs akun astronomi bahwa akan terjadi hujan meteor malam ini. karena aku sangat menggemari ilmu astronomi, jadi aku sangat menantikan hujan meteor malam ini. Yah, aku pikir, hanya bintang malam yang mampu mengobati rasa kesepian yang aku rasakan.
Semenit dua menit, hingga tak terasa sudah hampir setengah jam aku menunggu. Namun tak juga ada meteor yang jatuh. Aku tahu butuh kesabaran ekstra untuk mendapatkan bintang jatuh. sama halnya seperti mendapatkan kekasih yang baik. Di menit ke empat puluh lima, barulah aku mendapatkan hal yang sedari tadi aku nantikan.
Dengan iseng, aku berdoa untuk diberikan kekasih terbaik oleh tuhan. Ya, aku meminta kekasih yang mirip dengan idol kesayanganku, Kim Doyoung. Sungguh, permintaan gila nan absurd. Tapi aku tak peduli, bagiku tidak ada kemujuran dalam hidupku. Terlebih dalam percintaan.
Malam itu, aku tertidur begitu saja di atap balkon. Disirami oleh sinar rembulan dan dingin udara yang semakin menusuk tulang. Dalam mimpi singkatku, aku berdiri di sebuah pantai dengan pemandangan pasir putih dan laut yang biru. Di depanku, seorang pria berkemeja putih panjang dengan celana pendek berwarna krem terlihat juga menikmati pemandangan laut.
Ia menoleh ke arahku, sembari melempar senyum yang teramat manis. Siluetnya semakin jelas manakala ia mendekat. Ya, dia adalah Kim Doyoung. Tanpa banyak bicara, ia menggenggam tanganku dan mengajakku bermain di pinggir pantai. Kami bahkan sempat membuat istana pasir bersama. kami tertawa bersama sambil menantikan matahari terbenam.
Sinar matahari perlahan naik dan mulai menyiramkan kehangatannya kepada semesta. Sinarnya yang hangat membangunkanku dari tidur. Aku menggeliat pelan sembari menutup kilauan sinarnya dengan tanganku. Ah ternyata aku tertidur di atap. Pantas saja tubuhku terasa pegal. Belum lagi mimpi tadi malam yang membuatku semakin tak nyenyak tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
12 AM
FanfictionOne Shot Stories. Mostly using NCT and Seventeen members as a role.