Devil Doesn't Bargain

304 13 30
                                    

Genre : Drama

"Kesalahan? Sebuah kesalahan tidak akan terasa salah lagi jika terus dilakukan. Berhenti berperan sebagai korban, baby. Kamu menikmatinya. Akui saja itu" - Haikal.

 Akui saja itu" - Haikal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nikita's POV

"Kal, aku mau ngomong. Liat aku dong! Kamu lagi ngapain sih?" Aku mengaduk minumanku cepat. Laki-laki ini yang mengajakku kesini, namun sekarang, dia yang mengabaikanku.

" Kamu lagi nge-chat siapa sih Kal? Kamu selingkuh?" Haikal masih tidak menghiraukanku. Seperti dunia mayanya begitu menarik daripada wanita di depannya.

"Haikal, aku mau kita putus."

Haikal melirikku sekilas namun setelahnya ia tersenyum. Senyuman yang biasa ia berikan padaku. Ah tidak. Jangan lagi.

"Diam dulu, daritadi aku lagi milih foto-foto kamu. Kira-kira mana ya yang bisa dipublish? Menurut kamu, yang ini bisa viral ga ya?" Ia perlihatkan fotoku yang tertelungkup di atas permadani bulu berwarna putih.

"Keliatan cantik dan sexy ya? Ah suka banget sama tanda-tanda yang aku ciptakan di leher dan punggung kamu. Tante Alinda bakal ngomong apa ya kalau lihat foto ini?" Haikal tersenyum licik padaku.

"Kal, kamu gila. Jangan kirim itu ke mama, plis. Aku janji akan nurut sama kamu, aku ga akan minta putus lagi. Janji ga akan cerita ke siapa-siapa tentang ini semua termasuk ke Arial. Tolong, tolong hapus semua foto itu. Aku mohon." Mataku berkaca-kaca, sedikit gemetar aku remas tali tasku kuat-kuat. Oh tuhan, aku sudah lelah dengan kegilaan pria di depanku ini.

"Kamu gak paham juga. Kamu gak ada dalam posisi bisa menawar baby. Kamu tau itu. Kamu hanya punya pilihan untuk menurut." Tatapnya penuh ancaman.

"Duduk di sebelahku sini." Perintahnya. Halus namun menuntut.

Aku memaku di tempat. Seolah mati syaraf. Aku bahkan tidak tau harus berbuat apa.

"Duduk! " Ia tepuk sisi kosong di sebelahnya.

Tanpa sadar aku bangun dari tempat dudukku dan berpindah ke sofa tempat Haikal berada. Dengan takut, aku dudukan diriku di sebelahnya. Sofa mahal ini kini bagai kursi listrik yang siap membunuhku.

Haikal tersenyum melihatku yang penurut. Ia letakan ponselnya dan tiba tiba menjatuhkan kepalanya ke pundakku. Kedua tangannya sengaja ia lingkarkan ke pinggangku.

"Kamu harus diginiin dulu ya, baru nurut?" Ia mengeratkan dekapannya.

Posisi tubuh kami terlalu dekat hingga aku dapat mencium aroma sampo yang ia pakai bahkan wangi fragrance yang menguar dari tubuhnya. Sisi Haikal seperti ini yang aku suka. Namun tidak dengan sisi lainnya. Ia masukan tangannya ke dalam kaos yang saat ini aku kenakan. Jemarinya mengelus punggungku lembut.

"Kal, ini tempat umum. Tolong jangan begini." Aku lepaskan dekapan Haikal di pinggangku.

"Oh, berarti di tempat lain boleh. Quickie. Kamar mandi atau dalam mobil. Boleh ya?" Netranya yang berbinar itu menatapku. Dengan manja ia memanyunkan bibirnya, seolah menuntut persetujuanku. Aku hembuskan nafas kasar, kalah oleh permintaannya.

12 AMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang