Ajian Terakhir (II)

140 8 18
                                    

Genre : Horror, mystery, drama

Manungsa iku mung ngunduh wohing pakarti (Manusia hanya menuai apa yang telah ia tanam).

Author's POV

Seorang wanita bergaun putih tengah berdiri di bibir sebuah telaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang wanita bergaun putih tengah berdiri di bibir sebuah telaga. Sendu dan sendiri. Seolah hanya ribuan kunang-kunang sebagai kawannya. Kabut malam itu terasa lebih pekat, dinginnya menusuk hingga ke tulang. Ia pandang hampa pantulan cahaya purnama pada tenangnya air telaga.

Perlahan, wanita itu tolehkan wajahnya ke belakang. Wajah ayunya mengguratkan kesedihan. Pandangan sendu gadis itu kini telah bersua dengan netra hitam milik seorang pria yang sedari tadi mematung di kejauhan. Tetesan air mata jatuh dari netra sang gadis, mengantarkan mereka pada akhir semua cerita ini, yaitu perpisahan.

Air telaga yang awalnya tenang, kini bergejolak. Angin yang entah datang darimana mulai mengayunkan ranting pepohonan dengan kasar. Pusaran gelombang terbentuk di tengah telaga. Sayup - sayup suara gamelan mulai terdengar. Pusaran itu terus mendekat ke bibir telaga hingga akhirnya pusaran gelombang itu terbelah. Seorang wanita ayu dengan pakaian kesultanan keluar dari pusaran itu. Hanya sesaat, sebelum sosok itu merubah dirinya menjadi seekor ular raksasa dengan mahkota emas di kepalanya.

Sosok ular itu mulai melilit tubuh gadis itu dari ujung kaki hingga kepala. Suara gamelan semakin keras terdengar seolah berpesta. Sosok ular itu telah merubah kepalanya menjadi kepala manusia. Embun jiwa dari si gadis terus dihisap oleh sosok ular itu. Hanya rintihan lirih yang terdengar. Lelaki itu berlari tunggang langgang, menerobos ilalang dan rerumputan liar yang menghalanginya. Ia harus menyelamatkan gadisnya.

"Jangan pergi. Tolong jangan ambil dia. Sonya, aku minta maaf. Sonya!"

Dimas terbangun dari mimpi buruk. Peluh sudah memenuhi wajah dan tubuhnya. Matanya sudah sembab oleh air mata. Tanpa banyak berpikir, ia keluar dari kamarnya dan mulai mengetuk kasar pintu kamar hotel Sonya. Tak berapa lama, pintu terbuka menampakan wajah Sonya yang masih setengah sadar.

"Dim, kamu gila ya? Ini masih malam, kamu bisa -"

Melihat atensi gadis itu, Dimas segera memeluknya.

"Jangan pergi, tolong jangan tinggalin aku seperti yang lain. Demi tuhan, aku akan berusaha menjagamu dan tidak akan membiarkan 'dia' mengambilmu."

12 AMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang