Bad Tutoring

456 16 50
                                    

Genre : Teen drama with sexually explisit content

"Dan apakah ini tak bermoral jika seorang siswi sepertiku memiliki hasrat kepada guru yang sempat dibencinya? Mungkin karena kesabaran bapak selama ini atau juga mungkin karena feromon Bapak yang meluap - luap itu membuat siswi seperti saya menjadi tidak tau diri." - Nikita

Nikita's POV

"Aduh La benar - benar ya. Gue bahkan bingung sama diri gue sendiri yang mau aja ikut elu kesini. Pfftt. Mana katanya ada Pak Jamal? Ini kita udah hampir satu jam disini." Aku lepaskan tanganku dari barbel yang sedari tadi aku gunakan. Air di botol minumanku telah tandas tiga perempatnya.

"Ih tunggu aja sih. Nanti juga datang."

"Ga ada kata nanti. Abis ini gue cabut. Lagian guru fisika killer itu bukan selera gue." Aku kemas handuk kotor bekas keringat itu ke dalam tas.

"Hilih, bukan selera lu, nanti juga beda setelah liat dia shirtless."

"Gue bukan bocah mesum kayak elu ye njir? Dah gue cabut. Bye." Aku beranjak dari bench sambil menoyor kepala Lala.

"Eh bentar Nik. Orangnya dateng. Tuh."

Pandanganku mengedar, mencari orang yang kedatangannya ditunggu Lala sedari tadi. Seorang pria dengan singlet hitam masuk ke area gym. Ia masukan tasnya ke dalam loker dan mulai melakukan pemanasan.

 Ia masukan tasnya ke dalam loker dan mulai melakukan pemanasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebentar ini betulan Pak Jamal? Kok beda. Tanpa banyak bicara aku memandangnya secara intens. Melewatkan semua ocehan Lala, sahabatku.

"Lumayan juga."

"Apaan Nik, lumayan? Mata lu sehat kan? Bukan lumayan doang dong kalo gini mah." Lala buru buru mengkoreksiku sementara aku sudah lebih dulu berlalu.

"Gue cabut duluan ya. Haikal nunggu gue, dia mau ikut balapan motor nanti. Salamin ke guru idaman lu itu ya. Bye." Aku kerlingkan mataku kala menyebut kalimat terakhir, sukses membuat Lala mendumal kesal karena ditinggalkan.

Sudah tiga bulan ini sekolah kami digemparkan oleh kedatangan guru baru. Namanya Pak Jamal, seorang guru muda, pengajar fisika di kelas XI. Segera saja Pak Jamal menjadi "my future husband" tidak hanya di kalangan guru bahkan juga murid. Mereka bilang pria itu tampan dan baik bagai malaikat. Pfftt, tidak salah juga. Apabila di dunia ini benar ada malaikat pencabut nyawa, pria ini adalah definisi sempurnanya.

Selalu memberikan tugas tiap pertemuan, belum kuis dadakan yang membuatku spot jantung. Tidak mentoleransi tukang contek dan pemalas yang tidak mau mengerjakan tugas seperti aku dan beberapa kawanku. Sudah pasti kaum seperti kami akan mendapat hukuman entah harus keluar dari kelas atau tugas tambahan.

Hal yang lebih menyebalkan ialah karena sahabatku, Lala bahkan menjadi ketua FPJ atau bisa juga disebut Front Pembela Jamal. Nama (norak) dari fanbase guru fisika itu. Beruntungnya aku bukan bagian dari mereka.

12 AMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang