Fox And Wolf-Rabbit

4.6K 335 11
                                    

Warna rambutnya di semester ini cukup aman dan masih bisa diterima khalayak ramai. Sebelum-sebelumnya, ia mengecat helaian lembut itu dengan warna-warna yang heboh seperti merah muda, hijau tosca, bahkan pelangi. Tak hanya sampai di situ saja, ia juga sempat membiarkannya memanjang hingga sepinggang lalu menjalinnya dengan pita berwarna-warni.

Menggendong tas ransel yang terlihat ringan, mungkin karena jadwal sedang longgar. Ia berjalan santai sambil mengulum lolipop rasa mangga dan membiarkannya bertengger di dalam rongga mulut.
Teman-teman se-fakultas menyapanya heboh dan dibalas penuh antusiasme olehnya.

Choi Yeonjun, mahasiswa Sastra Inggris yang baru saja menginjak tahun ke tiga. Terkenal dengan penampilannya yang begitu nyentrik mengarah androgini, tampan juga cantik secara bersamaan, jahil, dan pengidap social butterfly stadium 3. Ia berteman dengan siapa saja, tak peduli dari jurusan mana atau angkatan berapa. Meskipun begitu, Yeonjun hanya memiliki satu orang sahabat yang juga merangkap sebagai roommatenya.

Ia melangkah masuk ke ruang kelas bernomor 2.4.2.1, baru ada beberapa orang di dalam. Duduk paling depan dekat jendela. Sedikit menggesernya agar bisa menghirup udara segar pagi hari. Gedungnya berhadapan langsung dengan fakultas kedokteran, jadi ia bisa melihat dengan leluasa para tetangga yang mengenakan jubah putih kebanggaannya. Meringis perih saat mendapati banyak mobil mewah yang berjejer rapi di lahan parkir.

"Para manusia elit dengan segala privilegenya. Ck, padahal jarak asrama dengan kampus cukup dekat." Julidnya.

Tak lama kemudian, kelas dimulai. Jam pertama diisi oleh subjek yang bisa dibilang cukup berat. Semantik atau matematikanya anak bahasa. Kepala terasa ingin meledak saat melihat susunan kalimat yang mengerucut ke bawah bak akar perkalian.

Sebenarnya Yeonjun paling malas dengan kelas ini. Dosennya tak asik sama sekali. Suka mengancam dengan nilai. Susah diajak bercanda walau di luar jam pelajaran. Saking tak serunya, Yeonjun yang muak pernah memprovokasi seisi kelas untuk mengerjai si dosen dan... berhasil. Tapi hanya sekali. Saat mereka sepakat untuk melancarkan serangan kedua, dosen tersebut ternyata telah melaporkan aksi pada kelas sebelumnya, yang berujung membuat mereka harus menghadap dekanat. Menyebalkan.

Seperti biasa, dosen Kim suka sekali menutup kelasnya dengan kuis dadakan. Sebuah sesi yang paling dihindari oleh para kaum lemah iman. Jadi, barang siapa yang bisa menyelesaikan sebuah persoalan dengan tepat dan cepat, mereka bisa lebih dulu keluar dari kelas.

Karena hal tersebut, seisi kelas mendadak menjadi rival. Sebuah bentuk dari balas dendam si dosen Kim. Beruntung bagi Yeonjun, meski dirinya tipikal manusia pembuat onar, dia termasuk pintar. Yeonjun selalu jadi orang pertama yang keluar dari kelas terkutuk itu.

"Ck, untung saja soalnya tak begitu sulit. Dasar tua bangka Kim, semoga kau jatuh terpeleset dan patah tulang. Amin." Ia berdecih gondok.

Bersender pada dinding seperti menunggu seseorang. Lagi, ia mengulum lolipop terakhirnya untuk mengalihkan rasa bosan. Yeonjun tengah berada di gedung tetangga yang sempat ia cerca pagi tadi. Banyak pasang mata menatapnya dengan beragam maksud. Tapi lebih didominasi dengan tatapan tak suka. Meski di awal telah disebutkan bahwa Yeonjun memiliki punya banyak teman, tapi itu tak berlaku di fakultas ini. Hanya segelintir orang yang mengenal dan mau menyapanya ramah.

"Yeonjunie~" panggil seseorang yang berlari kecil, sambil menenteng tas berisi buku 'alkitab' yang terlihat sangat berat. Ia berhambur memeluk pemuda bermanik rubah ini erat.

"Maaf ya lama, aku mendapat urutan presentasi terakhir tadi..." jelasnya merasa tak enak.

Yeonjun mengangguk dan tersenyum santai, ia menarik pemuda tersebut untuk segera beranjak menuju kantin sebelum terlalu ramai. Setibanya di sana, mereka berdiri di line antrian dengan tertib dan memesan beberapa menu.

Cherry Bomb (SooJun/END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang