Dua orang insan manusia berbeda jenis kelamin, tampak berdiri kikuk di taman fakultas yang minim aktifitas. Si rambut panjang menatap malu dengan wajah yang memerah seperti kepiting rebus. Maniknya agak sedikit berkaca-kaca. Butuh waktu yang sangat lama baginya untuk bisa mengumpulkan nyali sebesar ini.
Sementara, si rubah merasa tak enak hati. Ia takut menyakiti perasaan gadis muda di hadapannya ini. Mulai berpikir keras untuk memintal kalimat yang kiranya akan terdengar baik meski tersirat akan kabar buruk.
Memang bukan kali pertama baginya berhadapan dengan situasi seperti ini. Terlalu sering malah. Tapi tetap saja, apapun yang menyangkut perasaan tak bisa dianggap sepele. Ia menghembuskan nafas panjang.
"Terima kasih Tiffany-ssi, aku hargai usaha dan keberanianmu. Tapi mohon maaf, aku tak bisa."Ujarnya hati-hati.
Gadis tersebut mulai menitikkan buliran kristalnya, dadanya terasa sakit kala mendengar ungkapan penolakan itu. Namun, ia juga tak mau bersikap egois dengan memaksakan kehendaknya. Terlebih... meski cintanya ditolak, hatinya tetap merasa lega. Setidaknya ia bisa mengutarakan semua isi hatinya kepada yang bersangkutan secara langsung. Itu lebih baik daripada memendamnya.
"Tak apa Yeonjun sunbae..." balasnya sesenggukan. Si rubah terkekeh pelan sembari memberikan sehelai sapu tangan berwarna biru miliknya.
"Kita tetap bisa berteman, jangan khawatir." Tambah Yeonjun. Gadis bernama Tiffany itu mengangguk senang.
Ia segera pamit pada Yeonjun. Masih sibuk menyeka linangan kristal tersebut, tiba-tiba langkahnya terhenti karena dihadang oleh seseorang.
"Siapa? Dan ada hiks... apa?" Tanya Tiffany bingung.
Sosok yang jauh lebih tinggi darinya itu memandangnya tak suka. Sedetik kemudian, ia mendekatkan wajahnya ke gadis tersebut.
"Hei jalang, menjauhlah darinya jika kau masih ingin menghirup udara bebas." Ucapnya mengancam di susul seringai mengerikan.
***
Akhir pekan pun tiba, Huening Kai membawa dua buah benda besar bertekstur empuk itu ke dalam kamar Beom-Jun. Seketika ruangan terasa penuh sesak. Ia bergeriliya heboh di atas ranjang Yeonjun, hingga kain seprainya berantakan bak kapal pecah. Si rubah membiarkannya saja, terserah dia mau melakukan apa. Sedangkan Beomgyu, ia sedang keluar untuk mencari minuman dingin di kedai terdekat.
Malam ini mereka berencana berpesta kecil-kecilan. Beomgyu mengundang Taehyun, dan sudah pasti ia akan datang dengan si manusia es itu. Tak lupa pula duo cabul dari jurusan hukum, Seo Jin dan Jin Yeong.
Yeonjun menyeka buliran keringat pada pelipisnya. Akhirnya, setelah dua jam bergelut dengan peralatan masak, ia bisa bernafas lega. Dengan hati-hati Yeonjun menghidangkan beberapa jenis makanan tersebut di atas meja mini mereka. Kai membantu menyiapkan gelas dan peralatan makan.
Tak lama kemudian, tibalah Beomgyu bersamaan dengan Seo Jin dan Jin Yeong. Mereka tampak membawa beberapa kaleng bir dan sekantong penuh makanan ringan.
"Hyung, mandilah dulu. Biar Hueningie yang membereskan sisanya." Yeonjun tersenyum bangga, ia mengusap gemas kedua pipi Kai lalu beringsut pergi ke kamar mandi.
TOK
TOK
Sebelum Seo Jin, Beomgyu sudah bergerak lebih dulu. Ia membuka daun pintu tersebut dengan penuh semangat membara.
"Hai"
"Hai"
Keduanya saling menyapa manis di ambang pintu. Senyum merekah, sangat bersinar, bahkan sampai menyakiti indra pengelihatan siapapun yang berada di dekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherry Bomb (SooJun/END)
FanfictionChoi Yeonjun, mahasiswa tahun ke tiga yang terkenal sebagai sosok yang selalu berpenampilan nyentrik. Ia sangat percaya diri dan agak sedikit badung. Pemuda ini juga disebut sebagai pangeran kesepian, karena seumur-umur tak pernah menjalin hubungan...