He Really Meant It

1.5K 214 11
                                    

"Ya Choi Soobin, buka pintunya! Mau kau apakan hyungku/Yeonjunie?!" Teriak Beomgyu dan Huening Kai bersamaan seraya menggedor keras pintu kamar bernomor 185 itu.

Mereka sangat khawatir dengan Yeonjun. Pasalnya, setelah aksi bar-bar tersebut ia langsung dibawa lari oleh Choi Soobin begitu saja. Taehyun yang merasa tak enak dengan para tetangga, segera menghentikan keduanya. Ia juga meyakinkan si kuning telur dan beruang madu, bahwa tak ada yang perlu mereka cemaskan.

Pada akhirnya, mereka hanya pasrah dan berusaha mempercayai Yeonjun pada Soobin. Ketiga manusia itu pun pergi meninggalkan tempat tersebut.

Sementara itu, situasi di dalam tampak hening. Punggung kokoh Soobin bersender gagah pada daun pintu guna menahan perundungan brutal Beomgyu dan Kai. Sedangkan Yeonjun, si rubah masih diam tak berkutik di dalam rengkuhannya.

Saat dirasa tak ada lagi tanda-tanda kerusuhan, Soobin melonggarkan kedua lengannya. Ia tatap menyeluruh wajah Yeonjun yang setia memerah tak berjeda. Mengigit bibir bagian bawahnya karena menahan malu serta gugup.

"Hyung..."

Bak tertampar balok es. Suara berat itu membuatnya merinding panas dingin. Ia tak berani melihat ke arah Soobin. Jika dihitung dari skala 1-100, kerusakan mental dan jiwa yang dialaminya saat ini sudah berada di angka tertinggi.

Karena tak kunjung mendapat respon, ia raih dagu si rubah agar menghadapnya. Namun, secara sepontan Yeonjun memejamkan kedua mata. Nyalinya menciut. Desahan nafas panjang berhasil lolos dari mulut Soobin. Jika sudah begini akan sulit sekali.

"Lihat aku, hyung..." Yeonjun menggeleng dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Entah karena kesal atau gemas, Soobin menarik paksa tangannya. Tapi setelahnya, ia dibuat terkejut karena air mata Yeonjun jatuh berlinangan membasahi pipi. Si jakung kelimpungan seketika, apa ia terlalu kasar?

"!"

Semakin paniklah Choi Soobin ketika menyadari dua pergelangan tangan Yeonjun memerah dan agak lecet.

"H-hyung maafkan ak--"

"Huaaa kau jahat Choi Soobin..." tangisnya sesenggukan.

"T-tadi itu apa? Kenapa bisa seperti itu?"

"Hyung... maaf, aku tak bermaksud meluka--"

"Kenapa aku tiba-tiba bersuara aneh?"

Ha?

"K-kenapa pula kakiku terasa lemas? Choi Soobin, kau apakan aku? Huaaaa..."

Ahhh,

Jadi dia menangis bukan karena sedang kesakitan, melainkan mempermasalahkan afeksi dari sebuah cumbuan pada tubuhnya. Sepolos itu kah? Soobin menaruh keraguan pada pemuda bermanik rubah di hadapannya, tapi, melihat dia bereaksi seperti ini...

"Itu ciuman pertamamu?" Tanyanya.

"I-iya hiksss..."

Soobin menganga kecil. Sulit dipercaya, ternyata masih ada pejantan yang terlalu perjaka di muka bumi ini. Agaknya ia merasa bersalah sedikit. Bisa dibilang, Soobin telah mencuri sesuatu yang berharga dari Yeonjun.

"Maaf..." ujarnya seraya membantu menyeka buliran kristal tersebut.

Setelahnya, Soobin meminta Yeonjun untuk duduk di atas ranjang. Ia mengambil kotak obat-obatan dan mulai memberikan perawatan pada kedua pergelangan tangannya. Bukan, luka itu bukan karena perbuatannya. Melainkan ulah kedua 'penggemar' gila si rubah.

Saat sedang sibuk mengoleskan krim dingin tersebut, Yeonjun menatap Soobin dalam ditengah isakannya. Ia merasa tak enak hati pada pemuda ini. Dia sudah menolong dirinya dengan mengorbankan sebuah reputasi. Itu bukan hal baik. Bagaimana jika orang-orang malah mengejek dan mengasingkannya?

Cherry Bomb (SooJun/END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang