Sway With Me, Would You?

1.3K 205 30
                                    

Di malam sebelum acara, Yeonjun tampak bersantai diri. Merebahkan tubuh dalam posisi yang begitu rileks. Si kuning telur memeluk pemuda itu dengan sebelah kaki yang menindih tubuhnya. Tertidur begitu pulas. Mendengar dengkuran halus sang adik, membuat Yeonjun mulai mengantuk lalu terlelap seketika.

Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka. Menampakan sosok Beomgyu yang baru saja pulang dari menyambangi tupai kesayangannya. Sebenarnya ia masih ingin berlama-lama di sana, tapi, kelinci iblis kurang ajar itu menendangnya keluar.

Wajah kusut tersebut berubah drastis, kala melihat kakak beradik yang tergeletak lucu di atas ranjang. Manis sekali. Segera ia melepaskan jaket dan sepatu, lalu duduk menyamping di pinggirannya.

"Wah, kau harum sekali Yeonjunie..." mendengar ucapan tersebut, Yeonjun kembali terjaga.

"Ah... maaf." Si rubah hanya tersenyum lalu menarik Beomgyu untuk ikut bergabung tidur bersamanya.

"Kau tahu, kekasih sialanmu itu mengusirku dengan sangat tak etis." Adunya bersungut. Yeonjun melihat ke arah jam dinding.

"Ya... bukan salahnya, ini sudah larut dan kau masih bertandang di rumah orang lain. Sudah tahu pemiliknya galak seperti itu." Bibir Beomgyu mengerucut sebal. Kenapa Yeonjun malah membela bocah tengik itu?

Ia menggigit bahu mulus si rubah sebagai wujud rasa kecewa. Empunya meringis tertahan, jangan sampai tidur Huening Kai tergaduh. Bukannya marah atau membalas, Yeonjun malah mengusap pipi sahabatnya dengan lembut seraya tertawa kecil.

Beomgyu tertegun sesaat, lalu mulai merasa bersalah ketika melihat bekas gigitannya yang memerah. Ia segera memeluk erat Yeonjun dan mengecup leher jenjangnya.

"Itulah alasan mengapa aku nyaman denganmu, dasar rubah gila."

***

Jihoo menarik rambut Yoohan yang terus menggoda dan menghinanya. Kulit pemuda itu terbilang cukup gelap. Sekalinya tertimpa alas bedak, maka ia akan terlihat seperti salah satu korban bencana abu vulkanik.

Ruangan make up laki-laki dan perempuan dipisah, guna mnghindari hal yang tidak-tidak. Dan teruntuk Yeonjun, dia adalah pengecualian. Meski begitu, pemuda ini lebih memilih untuk menunggu di luar sampai teman-teman perempuannya selesai. 

Sejam kemudian, tibalah gilirannya. Hari memanggil Yeonjun agar segera masuk. Dua orang penata rias sempat terperangah kagum saat melihatnya, pemuda tersebut tampak manis dan cantik walau belum tersentuh riasan apapun.

Yeonjun segera menanggalkan pakaian atas dan bawahnya. Menyisakan kaos dalam dengan celana pendek selutut. Dibantu oleh Hari dan satu orang lainnya, mereka mengenakan gaun itu ke tubuh Yeonjun. Agak sulit karena jumlah lapisannya yang cukup banyak.

"Akh! H-Hari-ah jangan kencang-kencang, aku tak bisa bernafas." Keluh Yeonjun saat gadis itu memasangkan luaran korset.

"Maaf... seperti ini?" Yeonjun mengangguk cukup.

Sekarang giliran wajahnya yang harus dipoles. Kedua penata rias itu bingung. Bagi mereka, ini sudah sempurna. Kulit Yeonjun begitu bersih dan mulus. Alisnya pun sangat rapi. Apalagi bibirnya, merah alami.

"Ada apa?" Tanya Yeonjun yang menyadari gelagat mereka.

"Tidak, hanya saja... kami tak tahu harus menambahkan apa pada wajahmu." ujar salah satu dari mereka sambil memegangi dagu bulatnya, melihat ke sisi kanan dan kiri secara bergantian.

Yeonjun mengerenyitkan dahi. Ia memandangi pantulan dirinya pada kaca cermin dari dekat. Benar juga ucapan mereka.

"Hmm... kalau menurut kalian seperti itu, aku pun tak menyangkal--" ujarnya seraya tergelak geli. Pantang dipuji rupanya.

Cherry Bomb (SooJun/END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang