What The Fu--

2.3K 289 3
                                    

Minggu ini universitas mengadakan seminar akbar di gedung aula. Mahasiswa dari segala penjuru jurusan turut hadir, untuk ikut berpartisipasi meramaikan acara. Industri 4.0.

Diisi oleh beberapa orang yang memiliki pengaruh besar dan sangat terkenal di bidangnya. Sebanyak 1021 mahasiswa duduk rapi di ruangan itu. Jumlah yang sangat besar, sampai-sampai panitia harus menambah layar dan speaker agar semuanya dapat mengikuti seminar dengan baik.

Posisi duduk mereka disesuaikan dengan jumlah penduduk. Barisan paling depan ditempati oleh fakultas seni dan desain, baris kedua kedokteran, lalu yang ketiga ilmu budaya. Ketiga fakultas ini memiliki jumlah mahasiswa yang paling sedikit di antara fakultas lainnya. Oleh karena itu, mereka diletakkan paling depan.

Posisi Beomgyu duduk agak berjarak dari Yeonjun. Tapi, karena acara belum dimulai mereka masih bebas berpencar. Keduanya asik bergosip dengan teman-teman yang lain. Sampai, atensi mereka tercuri sempurna oleh sesuatu.

"Oh sial, dia ke arah sini..." ucap Beomgyu pelan.

Seo Jin dan yang lainnya mengikuti arah pandang si beruang madu. Mereka pun ber 'oh' ria, dan suasana mendadak awkward. Si rubah tak begitu menaruh perhatian, karena ia membelakangi sosok yang dibicarakan. Beomgyu dan yang lain, sontak saja langsung kembali ke habitatnya masing-masing.

Yeonjun bingung karena ditinggalkan begitu saja, ia pun membenarkan posisi duduk. Namun... mulutnya seketika menganga sedikit, saat mendapati seseorang yang duduk di depannya menutupi sebagian besar arah pandang ke panggung. Bahunya lebar dan sangat tinggi.

Suara mikrofon mulai berdenging nyaring. Satu persatu pengisi acara mulai duduk di kursi empuknya. Sepanjang jalannya acara, Yeonjun bersungut sebal. Pasalnya, ia tak bisa melihat secara langsung wajah-wajah orang sukses itu. Dengan sangat terpaksa ia melihat ke arah layar monitor yang berada di samping kanan.

Lehernya terasa pegal. Jika ia duduk seperti ini terus, bisa-bisa kram parah. Ia pun dengan berat hati mencoba menepuk pelan bahu orang di depannya.

"Bisa bergeser sedikit? Aku tak bisa melihat ke depan..." bisiknya.

Diam, tak ada respon berarti dari orang itu. Yeonjun mendesah kesal dan pasrah. Ia hendak memukul tapi diurungkan.
Saat orang itu menolehkan kepalanya ke kiri, baru si rubah menyadari. Orang ini adalah iblis yang mengatainya saat bermain basket beberapa waktu lalu.

'Pantas saja menyebalkan...' batinnya kecut lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Seminar berlangsung selama 3 jam lamanya. Di akhir acara, mereka semua diberi jatah makan siang. Layaknya All You Can Eat, bebas mengambil sebanyak apapun. Gratis. Itu yang terpenting.

Yeonjun masih memegangi lehernya yang kecapaian, akibat melihat ke satu arah selama jalannya seminar. Beomgyu membantu mengompres dengan botol air mineral yang dingin dan memberi sedikit pijatan di sana.

"Dia junior yang kubicarakan kemarin, ck, mengingatnya sungguh membuatku naik darah..." ujar Beomgyu.

Yeonjun hanya menghela nafas panjang. Dan, tak lama kemudian terdengar suara gaduh dari arah lorong tangga. Beberapa mahasiswa teknik mesin tampak berselisih dengan seseorang atau lebih, sepertinya.

"Yeonjun-ah, mau kemana?" Tanya Seo Jin penasaran.

"Ke sana." Jawab Yeonjun sekenanya sembari mulai beranjak. Beomgyu ikut mengekori pemuda bersurai pirang ini dari belakang.

"Ya! Kau ini junior, mana sopan santunmu?!" Bentak salah satu mereka.

Yang diajak bicara hanya berdiri santai, dengan kedua tangan dimasukan ke dalam saku celananya. Ia memandang lurus tanpa ekspresi pada orang yang ada di hadapannya ini. Semakin dongkol lah orang tersebut saat merasa dirinya ditantang berani. Ditariknya kerah baju si muka datar dengan sangat keras. Wajahnya terlihat bengis, tangan kanannya bahkan sudah bersiap untuk melayang bebas.

"Lee Eun Tak!" Cegah Yeonjun berteriak.

"J-Jun?" Sikapnya langsung berubah drastis saat mengetahui kehadiran Yeonjun.

"Ada apa?" Tanyanya.

"Ck, si bangsat ini tak memperhatikan langkahnya lalu menabrakku. Lihat, makananku tumpah dan dia tak ada niat untuk meminta maaf sama sekali." Jelasnya sengit.

Pandangan Yeonjun langsung beralih ke orang yang dimaksud. Kembali, ia menghela nafas panjang. 'Dia lagi...'. Yeonjun menatapnya intens, namun pemuda itu memutar kedua bola matanya jengah.

Wajahnya sungguh menyebalkan. Ia sampai menggigit bibir bawahnya, menahan diri agar tak ikut terbawa emosi. Yeonjun coba menenangkan Eun Tak dan memberinya pengertian. Untung saja bisa selesai dengan cepat. Mereka mendengar dan menuruti perkataan Yeonjun dengan baik. Para mahasiswa teknik itu pun mulai membubarkan diri.

"Terima kasih sunbae... aku Kang Taehyun dan ini temanku, Choi Soobin." Ucap pemuda bergigi rapi memperkenalkan diri.

Yeonjun menyambut jabat tangannya ramah. Dalam pikirnya, kenapa orang sebaik dan sesopan Taehyun mau berteman dengan iblis berwajah kelinci ini.
Ia bahkan tak mengucapkan sepatah kata pun, berterima kasih, mungkin. Sikapnya sungguh arogan, wajah datarnya membuat Yeonjun ingin sekali memukulnya dengan rotan.

"Baiklah, kami pergi dulu. Sekali lagi, terima kasi--"

"Cepatlah, aku tak mau berlama-lama di sini." Potong pemuda bernama Choi Soobin itu dingin. Ia langsung melenggang pergi begitu saja, sementara Taehyun, dirinya sempat melemparkan senyum pada Yeonjun dan Beomgyu.

"Astaga..." si beruang madu mengusap dada.

Yeonjun? Rahangnya terlihat mengeras dengan kedua tangan yang mengepal kuat hingga menampakkan guratan ototnya. Selama ini, ia tak pernah diperlakukan sedemikian rupa. Sungguh, harga dirinya seperti diinjak-injak.

***
Jam menunjukkan pukul 8 malam tepat. Kedua roomate ini tampak berjalan keluar dari kamarnya. Hendak berkunjung ke asrama blok Blue Fire, Seo Jin mengundang Yeonjun dan Beomgyu untuk ikut bermain kartu. Tapi, sebelum ke sana Yeonjun menyempatkan diri untuk mampir sebentar ke blok Ash Wolf yang berada di seberangnya.

Ia mengetuk pelan pintu bernomor 201. Beomgyu agaknya mulai menggigil dingin. Yeonjun yang sadar, membawa pemuda itu untuk memeluknya dari belakang dan memasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket miliknya.

CKLEK

"Oh, Yeonjun-ah... masuk dulu?" Si rubah menggeleng.

"Aku mau langsung ke Blue Fire." Tolaknya halus.

"Hmm, baiklah. Tunggu sebentar ya..." tak lama kemudian pemuda itu kembali membawakan beberapa buku.

"Bawa lah, ini untukmu. Anggap saja sebagai hadiah natal. Ya... meski sudah terlambat heheh."

"Ya... Yang Il Woo, terima kasih banyak. Sungguh tak apa?" Tanya Yeonjun memastikan. Si kulit pucat mengangguk.

"Baiklah, kalau begitu aku dan Beomgyu pergi dulu ya. Selamat bersenang-senang~" ujar Yeonjun menggoda Il Woo. Ada seorang gadis cantik di dalam kamarnya.

Saat Yeonjun sibuk memasukkan buku tersebut ke dalam tasnya, ia kembali mendapati Beomgyu menggigil kedinginan sambil mengusap kedua telapaknya.

"Kan sudah kubilang untuk memakai sarung tangan, ck, kau ini. Kemarikan yang kiri..." Yeonjun memakaikan salah satu sarung tangan miliknya pada Beomgyu.
Jadilah mereka berjalan bergandengan, agar telapak tangan telanjang keduanya tetap hangat.

Tiba-tiba, langkah Yeonjun dan Beomgyu harus terhenti. Pintu kamar bernomor 185 terbuka lebar dan agak sedikit membentur dinding. Seorang wanita berpakaian agak senonoh keluar dari dalam sana. Ia menarik lengan seorang laki-laki dan memeluknya mesra.

Pasangan sekamar ini dibuat cengo dengan pemandangan di depannya. Menyadari ada yang memperhatikan, laki-laki itu menatap kedua pemuda bermarga Choi tersebut. Yeonjun dan Beomgyu seketika tersentak kaget dan salah tingkah.

"Soobin-ah... lain kali bawa aku saat kau sendiri saja~"

Si rubah segera menarik Beomgyu untuk beranjak pergi dari sana. Bulu romanya meremang hebat. Geli-geli sedap saat mendengar cara bicara si perempuan. Mereka pun berjalan melewati kamar tersebut dan mencoba untuk tak menghiraukan sepasang insan itu.
Manik tajam Soobin mengikuti punggung keduanya hingga benar-benar hilang dari pandangan.

To be continue...

Cherry Bomb (SooJun/END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang