Mad

1.5K 238 0
                                    

Kelompok tiga yang terdiri dari Choi Soobin, Kang Taehyun, dan Kim Bora, sedang mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Pada mata kuliah umum kali ini, absensi tak ada yang tercoret. Para mahasiswa dari berbagai jurusan yang mendiami fakultas kedokteran, menaruh fokus mereka secara menyeluruh.

Bukan hanya untuk menikmati betapa indahnya ciptaan tuhan di sana, tapi mereka juga kagum dengan kecerdasan Soobin dan Taehyun. Meski baru duduk di tahun kedua, mereka sangat kompeten dan berdedikasi tinggi.

Beomgyu menatap guratan-guratan tinta spidol pada papan tulis. Mata kuliah bersubjek bahasa Inggris ini seharusnya sudah ia ambil di tahun sebelumnya. Dikarenakan adanya suatu kendala, ia terpaksa menunda. Tapi Beomgyu tak perlu bingung, ia punya Yeonjun yang notabenenya adalah mahasiswa terbaik di bidangnya. Jadi, dia bisa belajar dari si rubah sedikit demi sedikit.

"I think that's all from our group. Is there any questions?" Tanya Soobin sembari membenarkan letak kacamatanya.

Sedetik setelah Soobin berucap, puluhan tangan mengacung ke udara bak barisan pematik api. Tapi sayangnya, hanya bisa menerima maksimal 10 pertanyaan. Atau jika ingin memberi kritik, sebisa mungkin harus singkat tapi padat berisi. Akhirnya mereka memilih secara random. Namun, entah mengapa ini terasa janggal. Orang-orang terpilih itu, kebanyakan melempar pertanyaan yang agak keluar dari topik bahasan. Ada juga yang memberikan komentar, tapi cenderung mengacau.

Soobin segera paham maksud dan tujuan orang-orang ini, yang mayoritas datang dari para senior. Menjatuhkannya, tak salah lagi. Sebuah aksi balas dendam dari kejadian masa lampau.

Ia menatap Beomgyu. Tapi pemuda itu tak banyak bertingkah. Padahal jika diingat kembali, Soobin juga pernah membuat Beomgyu mati kutu hanya dengan satu buah pertanyaan. Ia tak bisa menjawab, sehingga seisi kelas mentertawakannya. Huening Kai yang duduk di sebelah Beomgyu, terlihat bingung dengan situasi sekarang. Pasalnya, ini merupakan kelas mata kuliah umum perdananya sejak berpindah.

"Guys, please give a question whic--" ucapan Taehyun terpotong.

"Pardon me, but we only ask Mr. Choi actually. So, let him answer every damn questions given. Mr. Kang." Ujar salah seorang dari mereka sengit. Taehyun dan Bora saling bertukar pandang.

Soobin menutup bukunya, ia terdiam sejenak. Lalu mulai menjawab pertanyaan mereka. Sembari berbicara, ia menatap dalam setiap pasang mata yang kiranya memiliki dendam kesumat padanya. Bahkan Beomgyu dan Kai pun tak luput dari tatapan tajam itu.

Setelah dirasa cukup menjelaskan, Soobin menyilangkan kedua tangannya seperti sedang menantang. Mereka terdiam membisu. Kelas mendadak hening dan hampa. Taehyun secara tak sengaja bertemu pandang dengan Beomgyu. Si beruang madu tak tahu harus apa, tapi, karena merasa kasihan dirinya pun berakhir menjadi volunteer.

"Third group, would you answer mine? Make it to be the last--" Soobin menaikan kedua alisnya sebagai isyarat menyetujui.

"In the medical world, what's the scale to state how important English language skills are? And is it necessary to learn to the core?" Pertanyaan si beruang madu terbilang cukup mudah untuk dijawab atau kasarnya retoris, tapi Soobin tetap mengapresiasinya karena masih terkait dengan topik yang dibahas.

Akhirnya kelas itu selesai dengan aura kelam menyeruak. Mereka keluar berhamburan bak pendemo. Soobin membereskan peralatannya. Ada beberapa yang masih berada di kelas.

"Yah... kita kalah lagi dari pangeran sombong." Ujar seseorang menyindir, sambil berjalan dan dengan sengaja menabrakkan bahunya.

Taehyun terdiam. Ia menatap Soobin yang masih setia dengan wajah datarnya. Ia seperti menganggap ucapan tersebut sebagai angin lalu saja. Memang bukanlah hal yang tabu baginya, melihat Soobin mendapat perlakuan seperti itu. Apalagi dari para senior. Sudah terbiasa.

"Taehyunie..." panggil Beomgyu.

"Mau ikut makan bersama?" Ajak Huening Kai. Pemuda bergigi rapi itu nampak berpikir.

"Bin, kau--"

"Pergilah, aku mau ke perpustakaan dulu untuk mengembalikan buku-buku ini." Ucapnya yang langsung melenggang pergi. Ketiganya menutup suara, sepertinya suasana hati pangeran es sedang tak baik.

***

Keadaan kampus mulai lengang kala senja perlahan bertandang gagah. Hanya ada beberapa makhluk kurang kerjaan yang masih berkeliaran di sana. Ambil contoh, Choi Soobin. Sejak kelas terakhir, ia masih duduk menyendiri dan termenung di depan ruang dosen.

Jiwanya sedang bermain di luar raga. Tatapannya kosong. Suara serangga malam mulai bersahut-sahutan. Ponselnya sudah berkali-kali berdering senyap. Sudah pasti itu dari Taehyun.

"Nak..."

Tubuhnya tersentak kaget saat seseorang menyadarkan lamunannya.

"Apakah masih ada urusan di kampus?" Tanya seseorang itu yang ternyata adalah security. Soobin menggeleng.

"Kalau begitu, lebih baik pulang. Hari sudah semakin gelap dan mulai sepi. Takutnya ada sesuatu." Tambahnya. Ia pun mengangguk dan mulai beranjak.

Langkahnya gontai tak tentu arah. Hingga akhirnya ia tiba di suatu tempat yang terlihat ramai. Sekumpulan pemuda organisasi. Mereka tampak asik berkumpul untuk sekedar berbicara omong kosong.
Jiwa penyendirinya merasa ternodai saat melihat kerumunan itu.

"Wow! Lihat, sepertinya ada tamu." Ujar salah satunya.

"Ahhhh, anak sombong dari fakultas kedokteran itu rupanya. Ya, Eun Tak-ah lihatlah dia..." Soobin terhenyak saat melihat wajah pemuda bermanik minimalis itu.

Eun Tak tampak menyeringai seram, sepertinya ia masih menaruh dendam pada Soobin atas insiden piring terbang itu. Mereka kembali berhadap-hadapan. Saling beradu pandang.

"Ini bukan tempatmu, bocah. Pergilah sebelum tanganku membelai wajah cantikmu." Ejek Eun Tak yang mengudang tawa terbahak yang lainnya.
Soobin memilih diam tak merespon, ia memang tak ada niat apa-apa saat datang kemari.

"Minggir, aku mau lewat." Ujar Soobin santai. Eun Tak berkacak pinggang dengan wajah yang terlihat tak senang karena mendengar nada bicaranya.

Karena tak juga diberi akses, Soobin tak berpikir panjang. Ia berjalan cuek melewati si botak. Tiba-tiba saja pakaiannya ditarik kasar hingga membuatnya terjatuh ke tanah.

BUGH!

Pemuda berkepala licin itu menendang perutnya tanpa ampun, sehingga Soobin terbatuk keras. Tidak puas sampai di sana, beberapa dari mereka juga ikut mengeroyok sampai tubuhnya terasa kebas saking sakitnya.

"Dasar sampah!" Hardik mereka seraya tertawa setan.

Soobin tersentak dengan kedua manik membulat sempurna. Agaknya perkataan berisi cacian tersebut, seperti membangkitkan sesuatu dari dalam dirinya.

"Binatang!"

"Cacat!!"

DEG

Saat mereka hendak kembali melayangkan serangan, Soobin dengan cepat menghindar. Ia menggampar kencang wajah Eun Tak hingga telinganya berdenging, dan kepala terasa pusing berputar. Semua terdiam karena terkejut dengan serangan balik itu.

"Bangsat!"

BUGH!

BUGH!

Tak butuh waktu lama, empat orang pemuda tergeletak tak sadarkan diri dengan keadaan babak belur. Soobin boleh terlihat tenang, tapi dari sinar matanya tersirat kemarahan. Ia Berjalan mendekati Eun Tak yang terlihat ketakutan. Tangan kanannya hampir saja bertemu dengan wajah Eun Tak untuk kedua kalinya, jika saja tidak ditahan oleh seseorang. Soobin spontan berbalik dan hampir saja menyerang orang tersebut.

"Soobin, ini aku!" Si jakung membeku saat mengetahui siapa orang itu.
Ia menatap sepasang manik yang memandangnya dengan rasa takut juga khawatir. Nafasnya tercekat. Sedetik kemudian, dihempasnya cengkaraman tersebut secara kasar. Ia mengambil ransel, lalu pergi begitu saja dari tempat tersebut.

"Ya! Jangan hanya duduk saja di sana! Bawa mereka ke klinik cepat!!" Mereka, para pemandu sorak itu segera menuruti perintah.

Si rubah coba berlari menyusul Soobin, sayangnya ia kalah cepat. Pemuda itu berhasil lolos dari kejarannya.

To be continue...

Cherry Bomb (SooJun/END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang