Comfortable Love

1.3K 191 12
                                    

Pentas drama baru selesai, lalu muncul lah kewajiban baru. Mencari judul beserta teori yang akan diterapkan pada 'alkitab' penentu ujung kehidupan. Sudah seminggu ini Yeonjun menghabiskan waktunya dengan tumpukan buku referensi. Bermacam novel yang ia beli dari forum pun tak luput dari pengamatannya.

Desah nafas lelah terhembus pelan, kedua maniknya terlihat memerah lesu. Dia jenis makhluk diurnal yang dipaksa berubah menjadi nokturnal. Kurang tidur membuat Yeonjun jadi gampang sakit. Ia bahkan meminta Beomgyu agar pindah ke kamar Jin Yeong untuk sementara agar tak tertular virus ingus terbang.

RING

Atensinya beralih kilat ke benda persegi panjang yang tergeletak rapuh di sisi kirinya. Sebuah nama tertera agung di layar ponsel pintar itu.

"Hueningie--"

"Hyung!" Teriak seorang pemuda di seberang sana hingga membuat Yeonjun nyaris menjatuhkan ponselnya.

"Jangan teriak begitu, hyung kaget..." cicit Yeonjun.

"Hehe, maafkan adikmu ini-- oh! Masih susah bernafas ya? Obat yang kubelikan sudah di minum?"

"Ah, sial. Hyung lupa..." Yeonjun menepuk keningnya pelan.

Perbincangan kali ini berisi ceramah pedas dari sang adik. Si kuning telur mengomeli Yeonjun habis-habisan, terlebih saat ia mengetahui kalau hyung cantiknya juga belum makan sama sekali. Tentu saja hal tersebut membuat Huening Kai khawatir dan semakin kesal. Si rubah sudah pernah terkena gejala GERD ringan, tapi masih saja bebal.

"Jangan beritahu Soobin, nanti dia menyumpalku dengan pil pelangi itu lagi..." pinta Yeonjun pada Kai sedikit memohon.

Dia tahu kalau adiknya ini hendak melaporkan kebadungannya kepada si jakung, itu bukan hal baik. Membayangkan wajah Soobin yang sepat saja sudah membuat Yeonjun mulas duluan.

"Makanya menurut. Ya sudah, akan ku pesankan makanan nanti hyung ambil di pos jaga ya..."

Kurang lebih 45 menit kemudian, Kai kembali menelpon guna memberi kabar jika makanannya sudah tiba. Yeonjun segera bergegas. Hanya mengenakan celana pendek dan hoodie kelabu kesayangannya. Sesekali ia mengusap hidungnya yang terasa gatal.

Di depan terlihat seorang satpam yang tengah berjaga. Yeonjun dengan cepat beringsut menghampiri. Sebuah bingkisan besar. Bagaimana ia menghabiskannya? Ini terlalu banyak.
Membungkuk dan tak lupa mengucapkan terima kasih, ia pun kembali berjalan menuju asrama.

MEONG

Seekor kucing hitam menghadang laju langkahnya. Yeonjun memicing tajam. Ia merasa jika hewan ini terlihat familiar, apalagi pada bagian ekornya. Ia ingat betul lekukan tak beraturan tersebut.

"Kau kucing laknat dari fakuktas kedokteran itu kan? Ckck, halo... lama tak jumpa-- eh?"

Si hitam tanpa aba-aba mulai bergelayut manja di kaki Yeonjun. Menggesekan bulu lembut itu seakan memberi kode bahwa perutnya juga minta diisi.

Yeonjun berhasil terhipnotis oleh kelucuannya, ia pun mendudukan diri di tangga pintu masuk dan mulai membuka bungkusan tadi. Terdapat seporsi besar ayam goreng dan nasi hangat di dalamnya. Pemuda itu dengan hati yang ikhlas tanpa dendam, menghibahkan sepotong ayam untuk hewan yang menurutnya mirip dengan buntalan kentut itu.

"Kalau dipikir-pikir, kau juga turut berjasa atas hubunganku dengan kelinci mesum itu hehe..."

"Hmm, dia sedang apa?"

TIN!

Bayang-bayangnya terganggu akibat suara klakson serta sambaran silau dari lampu mobil. Penjaga pos sempat berbicara sejenak dengan si pengemudi, lalu kemudian mempersilahkannya masuk melewati portal.

Cherry Bomb (SooJun/END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang