It's Okay

1.3K 186 17
                                    

Soobin termenung kosong sembari tergeletak pasrah di atas ranjangnya. Berkali-kali ia menghela nafas berat tak berkesudahan. Wajahnya terlalu sepat, sehingga Taehyun yang berada di ranjang sebelahpun, sampai tak berani untuk sekedar membuka pembicaraan ringan. Suasana hatinya begitu buruk. Pikirannya kacau bak rumah tua yang terbengkalai.

Kondisi ini bukannya tanpa sebab. Bermula saat ia mengikuti prosesi praktikum pembedahan di sebuah rumah sakit ternama lusa kemarin. Para dokter spesialis dan beberapa pihak kepolisian dibuat terkagum-kagum oleh hasil identifikasinya terhadap dua onggok jenazah yang dijadikan objek.

Yang lebih kerennya, performa sempurna tersebut juga disaksikan oleh delegasi internasional. Dokter Cho atau yang dikenal sebagai dekanat fakultas kedokteran pun sampai menerima panggilan dari dua universitas besar, yakni Newcastle dan Liverpool. Mereka tertarik untuk 'mengambil' Soobin dan bersedia menuntun pemuda itu untuk memperdalam keahliannya. Dan sudah dipastikan pula, masa depannya telah terpapar nyata di depan mata.

Dokter Cho memanggil Soobin dan coba membicarakan hal tersebut. Gembira? Tentu saja. Itu adalah mimpinya. Menjadi seorang ahli bedah forensik yang mumpuni. Tapi, ada kendala yang cukup menghambat. Dan ini terbilang menyusahkan. Soobin harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari pihak keluarga.

Dan yang semakin membuat pelik adalah, keluarga yang dimaksud adalah keluarga inti. Bukan paman atau bibi. Tentu Soobin jengkel setengah mati. Keluarga yang mana lagi? Ibunya sudah meninggal, ayahnya? Oh, tolong jangan coba-coba membahas hal tersebut. Sekedar mengingat wajahnya saja sudah membuat dia naik pitam.

***

Suasana ricuh terjadi di gedung sastra. Mahasiwa tahun keempat terlihat bersorak gembira sembari mengacung-acungkan lembaran putih di tangan ke udara. Berlarian heboh seraya berteriak gahar menggema. Cukup kacau, namun menyenangkan di saat yang bersamaan. Yang Shin Hyuk, dosen favorit Yeonjun. Awalnya ia hanya berjalan numpang lewat, namun, kini dirinya malah ikut terseret ombak. Si rubah mengguncang tubuh gempalnya hingga membuat tumpukan lemak seksi itu bergelombang manja. Pria paruh baya berambut sekarat tersebut bahkan sampai kesulitan bernafas.

"Y-ya! Oh pinggangku!"

Mereka bersukacita karena telah berhasil lolos ke tahap penulisan skripsi. Semua kerangka yang mereka buat, secara mengherankan langsung mendapat approvement dari ketua jurusan masing-masing. Itu berarti, ada harapan bagi para insan manusia tersebut agar bisa lulus tepat waktu.

"Oh, sungguh keajaiban!" Timpal Il Woo yang masih tak percaya.

"Ini bukan mimpi kan?" Yoohan sampai memeluk tiang penyangga gedung lalu menciuminya hingga basah.

"Jangan terlampau senang hingga membuat kalian hilang fokus," celetuk dosen Yang yang masih terkukung oleh gelayutan mesra Yeonjun.

"Ini masih permulaan. Bukan niat untuk menakuti, tapi prosesnya tak akan semudah yang kalian kira."

Malamnya, Huening Kai menyibukan diri dengan mengeringkan rambut baru hyung kesayangannya. Seusai selebrasi di kampus, Yeonjun langsung melesat pergi ke salon untuk memotong pendek rambutnya. Tak lagi pirang sempurna, terdapat pangkal muda legam yang mulai bermunculan.

Beomgyu yang sempat mengungsi ke asrama lain, kini telah kembali. Ketiga pemuda berbeda genre ini mengisi waktu senggangnya dengan bermain kartu hingga larut. Ketika bosan melanda, topik pun berubah. Mereka mulai berbagi cerita di tengah dinginnya malam.

Selama tinggal di kamar Jin Yeong, jiwa Beomgyu agaknya rusak terguncang. Ia sering menyaksikan teman cabulnya itu menonton film biru, sangat menghayati hingga banyak tisu yang bertebaran di atas lantai. Tiga hari terasa seperti tiga tahun. Ia tak sanggup jika harus tinggal berlama-lama dengan makhluk bejat itu.

Cherry Bomb (SooJun/END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang