This Is Not Asthma

1.5K 233 17
                                    

Yeonjun sedang menghabiskan waktu senggangnya bersama Seo Jin juga Jin Yeong, dengan bermain kartu di ujung tangga asrama blok Blue Fire. Sebenarnya si pitak sedang bersedih, dengan agak memaksa ia mengajak keduanya untuk mendengarkan segala curahan hatinya. Seo Jin dan kekasihnya baru saja putus karena salah paham. Gadisnya mengira bahwa Seo Jin berselingkuh, padahal tidak.

"Itu ibuku, salahkan dia yang terlihat muda dan gaya berpakaiannya seperti mu Jun!" Gusarnya heboh.

Yeonjun menatap sinis Seo Jin yang tiba-tiba saja menyeret dirinya dalam permasalahan. Memang apa salahnya berpakaian seperti ini? Berbeda itu unik.

"Sudahi sedihmu. Banyak hal positif yang bisa kau lakukan." tukas Yeonjun mengusap punggungnya.

"Ucap seorang pangeran kesepia-- akh!"

"Katakan itu sekali lagi, kubuat kakimu berpindah tempat." Cerca Yeonjun yang tersinggung sambil menjambak rambut belakangnya.

"Soobin~~ kenapa langsung pergi? Menginaplah, temani aku..."

Ketiga manusia itu tercekat. Kembali, bulu roma Yeonjun merinding hebat kala mendengar suara perempuan yang mendayu-dayu. Bukan karena tegang terangsang, tapi geli. Kalau tak salah ingat, perempuan itu adalah orang yang sama yang ia temui secara tak sengaja di blok Ash Wolf. Ada hubungan apa Soobin dengannya?

"Maaf, aku ha--" tanpa adanya aba-aba, gadis itu menarik kerah jubah Soobin dan mencium bibirnya. Si tiang listrik segera melepaskan diri. Ia memandang gadis itu tak suka dan mengusap bibirnya kasar.

"Oy! Kalau ingin bercinta, lakukan di dalam kamar. Kalian semakin memperkeruh suasana hatiku!" Celetuk Seo Jin keras. Keduanya spontan menoleh dan saat itu pula manik Soobin bertemu dengan milik Yeonjun.

Si rubah menatapnya lurus, mulutnya agak terbuka. Soobin mengumpat pelan, lalu beranjak pergi tanpa mengindahkan panggilan berulang si gadis kamar 107.
Tangan kanan Yeonjun menyentuh dadanya. Rasanya aneh sekali. Ada apa ini sebenarnya?

"Kalian mengganggu!" Caci gadis itu lalu membanting pintu dengan sangat keras.

Seo Jin berdecih sinis.

"Ya, kau kenapa?" Tanya Jin Yeong khawatir dengan perubahan air muka Yeonjun. Si rubah menggeleng salah tingkah. Ia pamit pergi dengan alasan kelasnya akan dimulai sebentar lagi.

Di perjalanan pulang, Yeonjun menendang kecil kerikil-kerikil yang ada di jalan. Perasaannya saat ini sedang bercampur aduk. Tak jelas.

"Yeonjun..." mendengar suara yang memanggil namanya, sontak ia mendongak.

"Oh, kau rupanya..."

***

Beomgyu dan Taehyun sedang duduk berdua di lobi. Mereka tampak asik berbincang-bincang. Sepertinya kedua insan ini sudah saling menyadari perasaan satu sama lain. Hanya saja, tak mau bergerak terlalu cepat. Mengikuti proses alami. Itu lebih baik.

Sesekali si beruang madu terlihat merona karena perkataan manis yang ditujukan padanya. Taehyun bukan sedang menggombal, dia bukan ahlinya. Tipikal manusia yang frontal, bicara apa adanya.

Secara kebetulan mereka sedang kosong, jadi waktu senggangnya tak akan disia-siakan. Kesempatan tak datang dua kali. Kapan lagi bisa bermesraan di area kampus?

"Ah, mataku! Perih sekali" Sarkas Kai yang baru kembali dari kantin.

Beomgyu dan Taehyun sontak saja langsung berjaga jarak. Malu. Hueningkai, ia langsung mengambil posisi duduk di antara keduanya. Orang ketiga mode on.

"Kalau bahagia itu, bagi-bagi. Jangan serakah." Hardiknya sekali lagi.

"Y-ya, mana tata kramamu pinguin albino?! Aku seniormu!" Balas Beomgyu sok galak. Huening Kai tertawa puas.

Ia sengaja merangkul Taehyun, lalu mencium pipi pemuda bergigi rapi tersebut tepat di depan mata Beomgyu. Menggoda si beruang madu sepertinya seru. Taehyun cengo, ia memandang horor Kai yang sedang menikmati pukulan sayang dari sunbae cantiknya.

"Ulululululu!!"

Atensi ketiganya teralihkan saat itu juga. Gedung seberang tampak heboh. Lagi. Mereka sedang menyoraki Yeonjun yang datang dengan seseorang.

"Terima kasih sudah mengantarku, Tae Min-ssi." Ujar Yeonjun ramah.

"Dengan senang hati." Balasnya tersenyum lembut. Saking lembutnya, sampai membuat hati para kaum hawa meleleh bak coklat kepanasan.

"Ya sudah, aku naik dulu. Kelasku akan segera di mulai." Pamit Yeonjun.

Pemuda bernama Tae Min itu tersenyum senang, ia terlihat menggigit bibir bawahnya sambil menatap bahu indah Yeonjun lalu sedetik kemudian melenggang pergi menuju gedungnya. Karena letaknya berada di sebelah fakultas kedokteran, Tae Min memilih melewati koridor utama.

Maniknya melihat ke arah pemuda berambut pirang yang juga menatapnya. Lalu, sebuah senyuman ambigu tertoreh kokoh di wajahnya. Huening Kai memiliki perasaan tak enak akan pemuda tersebut. Seperti ada yang mengganjal.

Malamnya, Yeonjun tampak pergi seorang diri ke sebuah convenience store. Harusnya Beomgyu ikut, tapi sejam sebelumnya Taehyun datang untuk menjemput. Ia hanya bisa pasrah dan membiarkan sepasang merpati itu menikmati virus merah jambu yang sedang menggandrungi.

Ia sibuk mengecek barang belanjaan pada keranjangnya. Sepertinya sudah semua. Tapi, dia sedang mengidam ingin memakan sesuatu yang manis. Awalnya ia hendak mengambil permen favoritnya, tapi malah berganti menjadi susu vanila. Setelah dirasa cukup, ia segera berbalik menuju kasir.

"Akh! Maaf, aku tak sen--" ucapannya tak selesai saat mengetahui siapa orang tersebut. Ia seketika membeku di tempat.

'Kenapa selalu seperti ini?' Batin Yeonjun merutuk. Segera saja ia berjalan melewati orang itu.

"Bisa bicara sebentar?" Langkah Yeonjun terhenti otomatis.

"Huh?"

Kini keduanya tampak berdiri di depan tempat perbelanjaan, agak menjauh sedikit dari sumber penerangan. Yeonjun terlihat seperti sedang di palak. Posisinya sungguh aneh. Ia berdiri memepet dinding, sementara orang itu berada di hadapannya dengan kedua tangan dimasukan ke dalam saku hoodie.

"Mau bicara apa?" Tanya Yeonjun memecah keheningan.

"..."

"Kalau tak ada yan--"

"Haruskah berpakaian seperti ini?"

"Hah?"

"Kau laki-laki kan?" Dahi Yeonjun mulai mengerenyit tak suka.

Saat ini ia mengenakan kaos oblong tak berlengan namun bahunya agak terbuka lebar, sehingga pakaian dalamnya terlihat. Celana hitam panjang yang seperti habis dicakar harimau, mengumbar sedikit kulit pahanya. Rambutnya dikuncir bak Eren Yeager, salah satu tokoh anime terkenal dari Jepang.

"Aku sedang tak ingin bertengkar denganmu. Kalau cuma itu yang ingin kau bicarakan, aku rasa sudah cukup." Yeonjun hendak melangkah pergi, tapi lengannya ditahan.

"Maaf."

Seakan tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar, Yeonjun spontan berbalik dan mendapati nya tengah menunduk menatap kosong ke bawah. Lengannya masih tercengkram erat oleh tangan besar tersebut.

"Untuk apa?"

Pemuda berhoodie itu beralih menatap dalam manik rubah tersebut. Wajahnya terlihat serius. Tak ada kesan ingin bercanda atau membuat Yeonjun merasa kesal.

"Perkataanku waktu itu."

Yeonjun mengerjapkan kedua matanya lucu. Si rubah ingat momen di mana bibir kelinci itu mengatakan hal tak baik perihal wajah tampannya ini. Menyakitkan memang. Sedetik kemudian Yeonjun tersenyum manis. Terpana. Itu yang  dirasakannya sekarang.

"Soobin... aku mau masak untuk makan malam, mau mampir?"

To be continue...


Cherry Bomb (SooJun/END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang