Choi Yeonjun berusaha tetap fokus membaca lembaran naskah drama yang akan menjadi bahan penampilannya kelak, dan mengacuhkan ponsel yang sedari tadi tak berhenti berdering. Masih dari dua pelaku yang sama. Tahun ketiganya sudah berakhir, tapi mereka terus saja gencar bergerak tak menyerah.
Sampai berbusa mulut cantiknya mengoceh, bahkan ia sempat membentak mereka di depan banyak orang. Seo Jin dan Jin Yeong menatap kasihan teman mereka ini. Wajahnya kusut dan tak seceria biasanya.
"Kumatikan saja ya?" Izin Jin Yeong ke Yeonjun.
"Jangan, aku takut Hueningie atau Beomgyu nanti menelpon..." balasnya lemah.
Duo cabul ini saling melempar pandangan bingung, lalu secara bersamaan menghembuskan nafas berat.
Tak lama kemudian, si rubah berteriak keras sehingga keduanya berjengit kaget. Sepertinya ia baru saja mencoba melepaskan rasa penatnya."BANGSAT!"
Yeonjun stress parah, diberi waktu pendalaman karakter hanya selama dua minggu. Setelah itu, dia dan teman-teman sekelasnya akan mulai berlatih penuh guna mempersiapkan diri dalam pengambilan nilai drama on stage. Bukan saja karena waktu yang terlampau singkat dan gangguan tak berkesudahan dari dua manusia kurang kerjaan itu, tapi karakter tokoh yang ia akan perankan nanti.
Ia menghempas naskah tersebut ke lantai tangga asrama. Pride and Prejudice by Jane Austen. Drama yang diadaptasi dari sebuah novel klasik bergenre romansa tragis. Mau menangis rasanya. Ceritanya begitu kompleks dan cukup panjang.
"Elizabeth Bennet? Is this a joke, I'm a man with a d*ck. How could I end up with this character?! Dang bish..." cercanya sengit.
"I don't even have titties or... coochie????? Argghhhhh!!!" Seo Jin dan Jin Yeong memegangi Yeonjun yang menggila bak cacing kepanasan. Beberapa penghuni kamar bahkan ada yang sampai keluar untuk mengecek apa yang sedang terjadi di balik pintu.
***
Taehyun duduk bersantai menunggu Beomgyu di depan kelasnya. Mereka ada janji makan siang bersama. Lalu, bagaimana nasib Huening Kai dan Soobin? Kedua tiang listrik ini memilih menghabiskan waktu di perpustakaan.
Tak lama kemudian, muncul lah orang yang dinanti. Senyumnya begitu merekah manis. Taehyun terkekeh gemas. Ia bawa tangan kanan beruang madu ke dalam genggamannya. Berjalan beriringan dengan mesra, memancarkan aura positif dan membuat siapapun yang melihat mereka akan merasa silau.
Keduanya melewati lorong ruang perpustakaan. Dindingnya terbuat dari kaca tebal yang sangat bening, sehingga bisa melihat dengan jelas. Dan kebetulan sekali posisi duduk Soobin dan Huening Kai menghadap keluar, jadi sudah bisa dipastikan keduanya menangkap pemandangan menyakitkan mata itu.
Kai menggeram julid, sedangkan Soobin tampak biasa saja."Aku ke toilet sebentar, tolong jaga tasku." Pamit Soobin.
Langkah panjangnya mengarah ke toilet umum yang berada di perbatasan gedung fakultas ilmu budaya. Menjalankan misinya untuk beberapa saat, lalu setelahnya membasuh bersih kedua tangan dengan higienis. Saat keluar dari ambang pintu, ia tak sengaja melihat Yeonjun yang sedang duduk menyendiri. Rubah itu bersender lesu sembari memandangi ponselnya.
Tak lama, datanglah seorang pemuda yang mendekatinya. Raut wajah Yeonjun semakin kecut. Entah apa yang mereka tengah bicarakan di sana. Soobin ingin kembali masuk ke ruang baca, tapi ia urungkan niatnya saat pemuda itu mulai mencengkram lengan Yeonjun.
"Lepas!" Ujar Yeonjun geram tertahan. Pasalnya situasi lorong gedung sedang ramai sekali. Ia malas membuat kehebohan seperti kemarin. Memalukan.
Tiba-tiba seseorang lainnya datang dan menghempaskan kasar tangan pemuda itu. Sebelah alis Soobin naik karena heran. Ia mulai menyilangkan kedua tangannya dan menaruh perhatian ke arah sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherry Bomb (SooJun/END)
FanfictionChoi Yeonjun, mahasiswa tahun ke tiga yang terkenal sebagai sosok yang selalu berpenampilan nyentrik. Ia sangat percaya diri dan agak sedikit badung. Pemuda ini juga disebut sebagai pangeran kesepian, karena seumur-umur tak pernah menjalin hubungan...