The Heart Wants What It Wants

1.4K 211 29
                                    

Huening Kai mendadak merinding sendiri saat melirik ke arah Soobin yang duduk di sebelahnya, pemuda tersebut tersenyum tipis di sepanjang pelajaran. Auranya cerah sekali, seperti masa depannya. Pinguin pirang itu coba meminta penjelasan pada Taehyun, namun sayang, ia sendiri juga tak tahu apa penyebab pastinya.

Seusai kelas, si tiang listrik segera melesat pergi meninggalkan keduanya begitu saja. Langkah panjang itu membawanya bertandang ke gedung tetangga. Bisik-bisik penuh kagum oleh para penduduk setempat, mengiringi setiap derap langkah kakinya. Ia acuh saja, fokusnya hanya satu. Mencari keberadaan Choi Yeonjun.

Tepat di ujung lorong, mulai terlihatlah si rubah yang tengah terduduk santai. Tak hanya sendiri, ada Seo Jin dan Jin Young juga di sana. Mereka tampak sedang berbincang mengenai sesuatu, yang jelas topiknya berisi omong kosong. Aura cerah yang sempat hadir sebelumnya, kini menghilang dalam sekejap. Raut wajah Soobin berubah sepat. Ia berdecih pelan lalu kembali melangkah mendekati mereka.

"Oh, pangeranmu sudah datang... yo what's up--"

Soobin langsung menarik Yeonjun dan mengabaikan salam sapa dari Seo Jin, si pitak terpaku dengan tangan kanan yang masih setia menunggu balasan tos dari pemuda itu. Jin Young spontan saja tertawa puas, lalu berujung kepalanya menjadi korban lembaran revisi yang lumayan tebal.

"B-Bin... tunggu-- ugh!" Soobin menghentikan langkahnya, dan secara tiba-tiba langsung berbalik sehingga membuat Yeonjun tertarik jatuh menabrak dadanya.

Hening.

Si rubah merasa tak nyaman saat Soobin terus memandanginya dengan tatapan dingin menusuk. Bulu roma disekitar tengkuk lehernya pun meremang heboh.

GULP

"A-apakah ada yang salah di wajahku?" Tanya Yeonjun.

Si jakung tak menjawab, maniknya mulai sibuk menelusuri penampilan pemuda berambut pirang di hadapannya. Agak terbuka di bagian bahu. Sedetik kemudian, Soobin menghela nafas panjang. Ia melepaskan hoodie hitam yang dikenakan dan memakaikannya ke tubuh Yeonjun, lalu beralih dengan membenarkan ikatan rambutnya yang agak melonggar.

"Jadi, di mana ruang latihannya?" Tanya Soobin sembari membenarkan kacamatanya.

"Oh, ada di lantai 5. Paling atas. Tapi, sebelumnya aku minta maaf--" Soobin menaikan sebelah alisnya.

"Lift gedung sedang dalam perbaikan, jadi... kita harus menaiki tangga." Ujarnya tak enak hati.

Tanpa banyak suara, si jakung langsung saja menggandeng tangannya dan mulai melangkah menuju lokasi. Cukup melelahkan, jelas. Meski Yeonjun sudah sering melewati jalur darurat tersebut,  tetap saja menyiksa. Dadanya terasa penuh sesak sehingga membuat si rubah agak sulit bernafas. Ia sempat meminta Soobin untuk berhenti sejenak di lantai 4.

Setibanya di ruangan latihan, suasana masih tak begitu ramai. Hanya ada beberapa anggota kelas yang baru tiba. Sembari menunggu yang lain, Yeonjun mengajak Soobin untuk membaca isi naskah bab terakhir. Iya, perannya hanya di adegan klimaks itu saja.

"Hyung?"

"Iya?"

"Kau mau aku menciummu seperti apa?"

PUFF

Sebuah pertanyaan frontal yang dilontarkan oleh seorang Choi Soobin, berhasil membuat pipi gembul itu merona merah tak karuan. Yeonjun yang biasanya terkenal berisik dan cerewet, kini dibuat terbungkam rapat karenanya.

"Hyung..." tegur Soobin coba menyadarkan lamunan si rubah.

"A-Aku itu... Bin, pertanyaanmu--"

"Teman-teman, mari kita mulai!!" Teriak Hari dengan lantang.

Cherry Bomb (SooJun/END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang