Hai, bersama dengan gerimis dipagi ini, aku mulai perjalanan dua manusia, Langit dan Bumi. cerita ini aku buat untuk kalian pembacaku dan juga mengikuti event 25 hari Samudera Printing. Siapkan diri kalian untuk hujan hujan bareng ya.
Kamu Langit dan aku Bumi
Kita berbeda satu sama lain
Namun mataku tak bisa melepaskanmuMataku menerawang jauh menikmati setiap tetesan hujan, yang mengubah hawa panas siang ini menjadi sejuk. Kutarik nafas dalam-dalam, menikmati petrikor di awal musim hujan. Di luar, bumi tampak ceria menerima limpahan air dari langit. Bunga dan pohon yang ditopang sang bumipun tampak ceria menerima anugrah yang sudah lama didamba. Bagaikan aku mendamba curahan kasih dari Langitku. Ya aku, Bumi Setia Pratiwi yang selalu mendamba kasih seorang Langit Senja Dirgantara.
Mimpi? Ya, itulah yang aku punya sejak aku duduk di SMA. Seperti juga namaku dan namanya, aku dan dia memang sesuai dengan kata peribahasa bagaikan Langit dan bumi. Perbedaan kami memang luar biasa besar.Meski kami bersekolah di SMA dan kuliah di universitas yang sama, kami masuk dan membiayainya dengan cara berbeda.
Dia Langit yang berada nun jauh di atas sana. Putra seorang pengusaha kaya raya, memiliki segalanya. Orangtua lLangit adalah pemilik Yayasan Pelita Dirgantara yang dipuja puja. Ya kamu benar, pemilik SMA dan Universitas terpandang, di mana aku sekolah. Baik kepala sekolah, pengurus yayasan dan guru-guru maupun para gadis, mengenal dan memuja Langit. Siapa yang tidak kenal dengan Dirgantara, pemilik jaringan hotel, jaringan pendidikan dan bisnis IT ternama di negeri ini. Kekayaan mereka bahkan tidak akan habis sampai anak cucu, meski orang tua langit memutuskan berhenti bekerja sekarang.Semua orang tahu itu. Dan Langit adalah anak bungsu dari tiga bersaudara.
Kakak pertamanya perempuan, Bintang Dirgantara, pemilik jaringan toko branded dan menyewakan jet serta barang branded. Cantik, mempesona dan selalu tampil elegan. Saat bertemu dengan kak Bintang, Bumi merasa tenggelam dalam pesonanya. Harumnya membuat Bumi ingin mengendus tanpa bosan. Semua yang menempel di tubuhnya mungkin kalau dihitung bisa sampai kata M, milyar.
STOP!
Jangan coba-coba bandingkan dengan aku. Bahkan jika dibandingkan dengan tukang lap sepatunya, mungkin aku nggak sebanding.
Kakak kedua Langit adalah Kak Angkasa Dirgantara. Nah, betul. Pasti kamu kenal kan. Dia pembalap motor yang terkenal yang sudah masuk arena GP. Jangan tanya ke aku tentang kegiatan kak Angkasa. Aku ini Bumi, perempuan biasa yang nggak tau apa itu GP. Tapi aku tahu kalau kak Angkasa sangat gagah dan terkenal di seluruh dunia.
Kak Angkasa mirip dengan Langit versi lebih gelap. Mungkin karena kak Angkasa lebih banyak berada di arena balap sehingga kulitnya lebih gelap dari Langit. Kak Angkasa juga lebih pendiam dan serius jika dibandingkan dengan Langit yang selalu bertingkah konyol. Langit dimataku memang konyol dan tidak pernah serius. Meskipun di kelas atau di manapun, dia selalu bisa membuatku tertawa. Langit yang selalu membuatku bahagia. Apapun yang harus kuhadapi, sesulit apapun keadaanku, semua menjadi mudah saat ada Langit.
Anak ketiga dari keluarga Dirgantara adalah Langit Senja Dirgantara, sahabat yang selalu kucintai diam diam. Seperti aku bilang tadi, Langit dan Bumi memang berbeda. Jika bagiku sekolah ini sangat mahal dan aku harus benar benar serius di sini untuk masa depanku, bagi Langit sekolah ini biasa saja. Bagi Laki-laki berbadan tegap, perut sixpack, rambut kekinian dan selalu tampil keren ini, sekolah adalah ajang bersenang-senang. Semua keinginannya bahkan bisa didapat tanpa dia mengatakannya. Tinggi badan 180, kulit bersih, selalu tersenyum adalah dambaan para gadis bagi pemudanya. Semua ada di Langit. Tidak terlalu pintar memang, tapi dia jago basket, berwajah tampan dan selalu menjadi idola sejak masuk ke SMA Pelita.
Semua gadis di SMA Pelita Dirgantara pasti mengenalnya. Dia bagaikan magnet dan gadis-gadis itu bagaikan butiran besi yang otomatis menempel jika didekatnya. Bagi Langit, gadis-gadis itu adalah hiburan. Dia selalu ramah pada semua gadis. Ya, meskipun tidak pernah berlebihan. Dia memang ramah dan ceria pada semua gadis disekitarnya. Namun selama tiga tahun bersama Langit, Bumi tak melihat seorang pun yang berhasil meraih Langit. Laki laki tampan ini bahkan selalu bangga dengan gelar JAI yang dimilikinya, Jomblo Abadi Idaman. Dan yahhh, tampaknya memang dia menyukainya. Dia sering membanggakan gelar JAI nya. Hanya aku dan sahabatku Gerhana yang tidak pernah mendekat padanya, meski kami selalu satu kelas selama tiga tahun di SMA Pelita. Paling tidak, kami tidak mendekati Langit dalam artian memuja seperti para gadis yang ingin memiliki seorang Langit. Tapi Langitlah yang selalu mengganggu kami. Eh? Mengganggu? Benarkah?
Setiap hari, Langit selalu mendatangiku dan Gerhana. Ada saja alasannya. Dari mulai meminjam PR sampai menanyakan ibuku masak apa pagi ini. Nggak penting? Memang. Tapi begitulah Langit selama tiga tahun di SMA Pelita. Dan asal kamu tahu, aku sangat menikmati semua itu. Keusilan dan perhatian Langit selalu membuatku bersemangat masuk sekolah dan membuka hariku. "gangguan" langit padaku dan Gerhana seperti candu yang harus kureguk setiap hari. Bahkan sabtu minggu yang membuatku tidak bertemu dengan Langit menjadi hari yang membosankan. Ya, Langit dan Bumi memang berbeda, namun Langit adalah candu Bumi. Bumi tidak akan bisa melepaskan pandangannya dari Langit setiap ada kesempatan
***
Gimana?
Untuk hari ini, sekian dulu ya, besok lagi hujan hujannya nanti masuk angin Jangan lupa tiggalkan jejakmu berupa vote dan komen.
Semoga kalian menyukai yang kalian baca
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Untuk Langit & Bumi
RomanceHujan selalu menemani Langit dan Bumi menjalani kisahnya. Berawal dari pengkhianatan orang orang yang disayangi, kehilangan yang menyakitkan hingga memunculkan sebuah janji. Menjadi awal bersatunya dua hati. Namun kata persahabatan kadang menjadi p...