Aku bersedia mencintaimu dalam diam,
Karena diam berarti tak ada penolakan.
Karena diam berarti tak ada sakit hati
Karena diam kau tetap ada di sampingku
Meski tanpa rasa yang sama
itulah ungkapan rasa Bumi dihari ke 17 dalam #event25harisamuderaprinting. yuk lanjutin bacanya.Aku bersedia mencintaimu dalam diam,
Karena diam berarti tak ada penolakan.
Karena diam berarti tak ada sakit hati
Karena diam kau tetap ada di sampingku
Meski tanpa rasa yang sama
POV Bumi.
Aku masih merasa marah dan malu dengan yang terjadi. Namun aku tidak tahu harus marah pada siapa. Toh sejak awal Nita sudah memperingatkanku bahwa ini adalah acara Langit dan Mentari. Kenapa juga aku harus nekat datang kesini. Aku masih tidak bisa fokus dan kebingungan dengan apa yang dibicarakan Gerhana dan Langit. Tapi bagaimanapun, apapun yang aku rasakan, aku juga tidak ingin mengacaukan acara Langit. Aku tidak ingin menggagalkan kebahagiaan orang yang aku cintai. Ya, mungkin klise, tapi aku memang benar-benar ingin, Langit meraih bahagianya. Dan aku sadar aku tidak akan bisa menjadi -bahagia Langit-. Siapa aku ini. Sadarlah Bumi! Bentakku pada diri sendiri.
"Kalian berdua masuklah, aku tidak apa-apa. Langit, aku turut bahagia dengan rencanamu. Seharusnya kamu memberitahuku, jadi aku bisa membantumu. Aku tahu, kata-katamu tadi hanya untuk membelaku. Kamu mengatakan apa yang kamu katakan tadi hanya agar mereka tidak menghinaku lagi. Cepatlah masuk sebelum Mentari marah dan salah paham," kataku sambil mencoba tersenyum meski hati ini sangat perih dan hancur. Aku pun sadar sepenuhnya bahwa Langit sayang kepadaku sebagai sahabat. Dia memang begitu, selalu melindungiku dan menjagaku. Bahkan kadang kadang dengan cara konyol. Ya konyol, seperti sekarang, dengan pura pura jatuh cinta padaku. Meski caranya itu kadang membuatku terbang lalu dihempaskan dalam kesadaran dan keniscayaan.
"Kamu bicara apa sih Bumi? Aku sama sekali tidak mengerti. Rencana apa yang kamu bicarakan?" tanya Gerhana, memberikan muka tidak suka yang sangat seperti bisa dia lakukan jika sedang kesal.
"Kamu tidak boleh pulang sekarang. Kita akan pulang bersama-sama nanti. Kita akan masuk dan menikmati apa yang ada di dalam sana. Lebih baik mereka yang aku usir pergi sekarang, jika kamu memaksa pulang karena mereka," kata Gerhana padaku lalu memandang Mentari dan teman temannya di pintu masuk. Ah, mereka pasti sangat marah padaku. Mereka pasti menganggapku akan merebut Langit dari Mentari. Sementara gadis dengan gaun merah itu tampak menghentak hentakan kakinya dengan kesal, seperti ponakanku yang merajuk minta mainan pada mamanya. Kasihan Mentari yang sudah tampil cantik dan menunggu lamaran dari pangerannya, Pasti dia tak sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Untuk Langit & Bumi
RomansaHujan selalu menemani Langit dan Bumi menjalani kisahnya. Berawal dari pengkhianatan orang orang yang disayangi, kehilangan yang menyakitkan hingga memunculkan sebuah janji. Menjadi awal bersatunya dua hati. Namun kata persahabatan kadang menjadi p...