Wah tidak terasa sudah masuk hari ke 23 dalam #event25harisamuderaprinting. Hari ini Langit mau ngumpulin keluarga Dirgantara. Ikutan yuk.
Karna kehidupan ini butuh kerja keras
dan pengorbanan yang luar biasa
Maka itu tak ada kata menyerah
sebelum mencapai impian yang penuh harapan
Semua berjalan lancar. Bagaimana tentang keluargaku? Yakin kalian bertanya tentang itu? Apakah menurut kalian Langit cukup penting di keluarga Dirgantara sampai mereka mau repot menanyakan dan mengurusi keinginan Langit? Tapi kalian juga benar, kalau aku akhirnya memberitahukan rencanaku melamar Bumi pada keluarga Dirgantara. Bagaimanapun aku butuh salah satu dari mereka menemaniku ke rumah Bumi kan?
Sehari setelah pertemuanku dengan Ibu dan Mas Sam, aku mengumpulkan Kak Bintang, Kak Angkasa dan Papa di sebuah restoran untuk makan malam. Aku juga meminta Paman Indra, Tante Sari dan Om Herman untuk datang. Dengan mengundang mereka makan malam seperti ini, aku bisa bicara dengan mereka sekaligus tanpa harus mengulang. Sejak awal, aku tidak mengatakan pada mereka kalau ini makan malam keluarga Dirgantara. Mungkin mereka berpikir hanya akan makan malam denganku. Itu mengapa mereka datang sendiri sendiri.
Yang pertama datang tentu saja aku. Aku memang sengaja datang 30 menit lebih awal dari waktu yang seharusnya. Aku memastikan semua sudah seperti yang aku inginkan. Aku memesan ruangan VIP tertutup khusus untuk keluarga Dirgantara. Namun atas nama di depan adalah atas namaku. Setelah aku datang, paman Indra yang datang kemudian. Satu satunya yang bukan keluarga Dirgantara tapi juga satu satunya yang tahu kalau malam ini aku mengumpulkan keluarga Dirgantara. Sangat istimewa kata paman Indra. Setelah sekian tahun lamanya, keluarga Dirgantara akan kembali berkumpul.
Mengejutkan bagiku, ternyata Papa datang lima menit lebih awal. Dia menjadi tamu pertama setelah aku dan paman Indra. Papa datang tanpa banyak kata. Dia hanya menyambut salamku dengan tepukan ringan di bahuku. Itulah papa, dingin dan diam. Sejak mama meninggal, papa menjadi sangat pendiam dan tak banyak bicara. Entahlah jika di luar sana. Namun papa tidak terkejut dengan ruangan VIP yang memiliki beberapa kursi di sana. Tidak juga bertanya. Hanya diam dan memilih tempat duduk di samping paman Indra. Dia minta pelayan membawakannya secangkir manual brew Gunung Kawi kesukaannya.
Kak Bintang datang bersama suaminya. Dia tersenyum cerah saat melihatku. Dia langsung lari menubruk dan memelukku sambil sedikit meneriakan namaku. Wow, seperti di sinetron nggak sih? Itu lho, cerita tentang kakak-beradik yang sudah lama tak bertemu. Hah, lucu juga, tapi pelukan kak Bintang aku akui membawa kehangatan.
"Hei bocah nakal, kenapa kamu tidak pernah mengunjungi kakak? Kamu harusnya sering sering kerumah kakak. Sudah lupa punya kak Bintang? Trus sekarang? Tumben kamu inget dan mengundang kakak makan enak. Wuaaa lagi dapat proyek besar ya?" tanya kak Bintang bertubi tubi. Sementara suami kak Bintang hanya geleng geleng kepala melihat tingkah istrinya. Dia jabat tanganku dan menepuk dengan tangan sebelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Untuk Langit & Bumi
RomansaHujan selalu menemani Langit dan Bumi menjalani kisahnya. Berawal dari pengkhianatan orang orang yang disayangi, kehilangan yang menyakitkan hingga memunculkan sebuah janji. Menjadi awal bersatunya dua hati. Namun kata persahabatan kadang menjadi p...