BAB 17 Rencana Yang Diragukan

11 2 2
                                    

Salahkah bila aku mencintaimu
Dan berharap engkau kan jadi milikku
Walau banyak yang bilang kau tak pantas untukku

Itu kata Armada, kalau kata Langit dan Bumi apa ya? Yuk baca terus cerita mereka dihari ke 17 dalam #event25harisamuderaprinting.

Itu kata Armada, kalau kata Langit dan Bumi apa ya? Yuk baca terus  cerita mereka dihari ke 17  dalam #event25harisamuderaprinting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia adalah Langit

Dia telah menanam cinta di bumi

Bersama rasa dalam hati dan jiwa

Namun tak memberikan kata pancang

Membuat gundah dan goyah

Gelisah yang akhirnya dirasa

"Bumi, lupakan yang tadi ya. Maaf," terdengan suara Langit perlahan terkesan sangat hati hati. Dia mengucapkan setiap kata dengan lembut. Tangannya masih terus menggenggam tangan Bumi. Langit seperti ingin menyalurkan kekuatan nya, agar Bumi tenang. Di matanya tampak penyesalan, mungkin karena merasa gagal melindungi Bumi. Bumi menunduk. Kepalanya menggeleng.

"Kok kamu yang minta maaf. Kamu kan nggak salah. Jangan khawatir, Mereka benar. Aku memang itik buruk rupa yang bermimpi mendapatkan Pangeran. Mereka tak salah, aku yang salah memposisikan diri. Dari awal seharusnya aku tak di sini. Aku tidak pantas di antara kalian. Kamupun tak harus membelaku seperti tadi. Kamu lebih pantas dengan Mentari. Kembalilah, jangan sampai Mentari salah paham karena kata-katamu tadi," kata Bumi lirih.

"Maafkan aku," Kaki ringkih Bumi yang gemetar melangkah pergi. Tangannya berusaha melepaskan genggaman Langit Namun sebuah tangan kokoh menahan sikunya. Tangan kokoh itu membalikan badannya dan memegang dagunya. Tangan Langit menahannya.

"Hai, jangan pergi. Siapa bilang kamu itik buruk rupa yang bermimpi mendapatkan pangeran. Justru kamulah putri tercantik yang diimpikan semua pangeran. Kamu adalah wanita paling bersinar di pesta ini. Kamu tidak perlu gaun mahal atau perhiasan untuk menarik pangeranmu. Ayolah, tetap disini bersamaku malam ini ya. Please, lupakan mereka. Tetap di sini bersamaku. Lupakan mereka, aku akan selalu menjagamu," kata Langit dengan lembut.

"Bumi, tinggal sebentar ya. Aku janji akan menjauhkan mereka darimu. Kalau mereka berani dekat dan menghinamu lagi, aku akan lempar mereka dengan piring piring ini, tidak perduli kalau piring ini akan pecah semua. Toh Langit yang akan menggantinya hehehe," suara Gerhana muncul dibelakang Bumi dengan tiba-tiba. Sepertinya Gerhana mencoba mengalihkan rasa dan suasana dengan gurauan garingnya. Bumi seperti mencoba tersenyum namun justru tampak menyedihkan. Ia menarik tubuhnya sedikit menjauh dari Langit dengan ragu.

"Tapi, aku tidak bisa Gerhana. Aku tidak akan mampu bertahan menyaksikan pertunangan Langit dan Mentari," kata Bumi lirih di telinga Gerhana. Mungkin Bumi tidak ingin Langit yang berada begitu dekat, mendengarnya. Gadis yang sudah menjadi sahabat Bumi puluhan tahun itu melotot mendengar bisikan Bumi. Langit yang meski samar sepertinya juga mendengar apa yang dikatakan oleh Bumi. Keduanya berpandangan.lalu sama-sama memandang Bumi, Gadis itu sedang mencoba menutup mulutnya dengan kedua tangan.

Hujan Untuk Langit & BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang