BAB 8 Kisah Ditengah Badai

20 8 0
                                    


Cahaya hatiku
Yakinlah kekal abadi selamanya
Seperti bintang
Yang sinarnya terangi sluruh ruang dijiwa
Membawa kedamaian

Walau badai menghadang
Ingatlah ku kan slalu setia menjagamu
Berdua kita lewati jalan yang berliku tajam

Resah yang kau rasakan
Kan jadi bagian hidupku
Bersamamu



Letakanlah segala lara
Di pundakku ini

Itulah nyanyian Langit untuk Bumi. Tapi bagaimana Langit memandang bumi? Yuk kita lihat catatan Langit di hari ke 8 dalam #event25harisamuderaprinting.

 Tapi bagaimana Langit memandang bumi? Yuk kita lihat catatan Langit di hari ke 8 dalam #event25harisamuderaprinting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gadis itu lalu menoleh kearahku.

Matanya yang indah seperti mata ibu, terlihat bening, teduh, menyesatkanku.

Namun sesaat aku menyelam disana,

aku seperti merasakan perih dan sakitnya hati sang pemilik.

Sebuah rasa yang membuat amarahku kembali membumbung tinggi.

Sebuah amukan badai yang membawa petir dan awan hitam di langit, mengundang badai dan hujan yang maha hebat.



*Past Memory flash back On*

Aku melihat Bumi saat dia masih kelas 2 SMP. Saat itu, Aku membuntuti papa yang menjemput Tante Grace di sebuah rumah. Aku sedang marah besar pada papa saat itu. Papakembali membuat ibu menangis dan terluka parah. Semua itu, hanya karena ibu berusaha menyadarkan papa untuk menghentikan niatnya menghancurkan seorang laki laki bernamaGuntur Perkasa. Dia akan memanfaatkan Grace sekretarisnya, untuk menggoda laki-laki yang berhasil membongkar rahasia kotor papa di dunia politik. Perempuan bernama Grace itu sudah berhasil menggoda dan merusak rumah tangga pasangan Guntur dan Pertiwi. Aku mendengar semua itu saat mengintip pertengkaran kedua orang tuanya dari balik pintu ruang kerja papanya.

"Hentikan mas, kasihan Pertiwi. Dia sahabatku. Dia yang dulu menyelamatkanku dan merawatku saat aku terpuruk," kata ibuku.
"Oh jadi kamu lebih membela sahabatmu dari pada suamimu ini? Kamu mau Guntur, suami sahabatmu itu menghancurkan karir politikku. Dasar perempuan bodoh, tidak tahu apa apa. Lebih baik kamu diam. Grace lebih pantas mendampingiku dari pada kamu. Dia mengorbankan tubuhnya untuk menyelamatkan karir politikku. Oh ya, nanti aku tidak pulang, aku mau jemput Grace dan menginap," kata Papa sambil menyambar kunci mobilnya melangkah keluar.

"Jangan mas. Jangan pergi... lupakan Grace mas. Dia tidak baik untukmu," kata ibuku berlutut menahan kaki Papa. Hal ini rupanya membuat papa makin marah. Dengan hentakan kuat, dia lepaskan kakinya dari rengkuhan ibu. Tapi akibatnya, ibu terjengkang dan terlempar di lantai bersimbah air mata. Ibu berusaha bangun dan mengejar papa, namun saat itu juga sebuah tamparan keras dan tendangan mendarat di tubuh ibu yang ringkih, hingga ibu limbung terjatuh keatas meja kaca yang pecah terburai. Bukannya berhenti dan menolong ibu yang terluka parah, papa terus berjalan menuju mobilnya dan pergi begitu saja.Bibi, pak Atmo supirku dan pak satpam segera lari kedalam ruang kerja, menolong ibu lalu melarikannya ke rumah sakit, melupakanku yang terdiam tak berdaya.

Hujan Untuk Langit & BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang