BAB 12 Menjaga Bumi

31 4 0
                                    


Aku mohon kau tetap di sini
Menemani aku sampai akhir nanti
Kan ku jaga kau s'lama-lamanya
Sampai raga tak lagi bernyawa

Lagu Kangen Band ini  seperti mewakili kata hati Langit ya? 
Tapi sepertinya akan lebih baik kalau kita mendengarnya langsung. Baca yuk  Catatan Langit sama sama dihari ke 12 dalam #event25harisamuderaprinting.

 Baca yuk  Catatan Langit sama sama dihari ke 12 dalam #event25harisamuderaprinting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

If you have nothing to be grateful for,

check your pulse

And I have to be grateful

Because you always with me


Aku menatap hujan diluar sana. Saat ini aku merindukannya. Bau Petrikor menyentuh hidungku, mengingatkanku pada Bumi. Ah ya, gadis kesayanganku itu sangat menyukai bau ini. Ingin rasanya saat ini aku berlari meninggalkan tumpukan berkas dimejaku, menemuinya. Rindu di dadaku terasa membuncah. Padahal, baru beberapa menit yang lalu aku memandang wajah teduhnya melalui video call. Aku segera VC, setelah dia mengabarkan bahwa sidang skripsinya telah selesai. Aku mengucapkan selamat dan mendengarkan setiap kata-kata nya yang mengabarkan tentang apa yang terjadi di ruang sidang. Seperti biasa, aku menikmati setiap kata dan cerita yang mengalun dari bibirnya, mendengarkannya dengan rasa cinta yang membuncah. Dan sekarang, aku sudah merindukan gadis yang selalu kujaga, sejak ibuku meninggal.

*Past Memori Flash back on*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Past Memori Flash back on*

Ingatanku kembali ke masa lalu.Setelah pemakaman ibu, saat semua orang kembali kerumah dan entah bicara apa, aku memilih pergi ke rumah gadis bermata hujan. Aku menghabiskan waktuku di warung kopi yang ada di depan rumahnya, berharap melihat gadis itu, saat dia keluar rumah. Sebeneranya tadi sekilas aku melihat bayangan gadis itu bersama ibunya dipemakaman. Tapi aku tidak berhasil benar benar menemukannya.

Setelah hari itu, setiap hari aku berangkat sekolah pagi-pagi diantar Pak Atmo. Aku meminta pak Atmo untuk berhenti di seberang rumah gadis, yang kemudian kuketahui bernama Bumi, sampai dia keluar rumah. Aku akan mengikutinya sampai sekolah, baru aku pergi ke sekolahku sendiri. Awalnya hanya pak Atmo dan Bibi yang tahu tentang Bumi, ibu, janjiku dan cerita dibalik semua ini. Namun kemudian Paman Indra juga mengetahuinya. Mereka mendukungku meski sering kawatir padaku. Itulah mengapa, Pak Atmo tidak pernah bertanya mengapa aku harus berangkat pagi-pagi sekali untuk memata matai gadis bermata hujan itu. Pak Atmo yang aku minta untuk hanya menjadi sopirku ke papa, akan menjemput, ah bukan, melihat Bumi dari jauh sampai dia selamat sampai rumah sebelum kemudian menjemputku.

Hujan Untuk Langit & BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang