Selamat pagi
Bersama Bersama pelangi dan hujan, sepatu kita kan terus melangkah, iringi riang jiwa yang sedang jatuh cinta . Itu nyanyian Fatin ya.
Diiringi nada jatuh cinta, yuk lannjutkan ngintip Langit dan Bumi menemukan cinta di hari ke 4 dalam #event25harisamuderaprinting.
yuk buruan, jangan ketinggalan.
Hujan datang tak selalu membawa petaka
Tidak selalu membawa kesedihan.
Kadang Hujan membawa kebahagiaan
Kadang Hujan membawa Cinta
Jadi Jangan kau benci Hujan
Aku kembali menyesap bau petrikor dengan tenang. Ahh, nikmat memang bau ini. Kupandangi bunga bunga ceria yang tampak bermekaran di luar sana. Sementara karena hujan baru saja turun, mentari masih tersisa di balik awan hitam.
"Bumi, cantik. Ngapain sih bengong liatin hujan. Mending liatin aku aja,"kata seorang cowok dari arah samping. Samar kudengar kursi di sampingku berderit tanda ada yang mendudukinya.
"Halahhh mulai deh usaha terussssss. Nggak bosen apa ya ditolak sama bumi?" kata seorang gadis yang aku kenal baik. Ya dia Gerhana sahabatku saat SMA. Sedangkan laki-laki berjerawat dan berkacamata disebelahku tadi adalah Andri teman kuliahku. Andri baik dan lucu. Dia juga pantang menyerah mengatakan cintanya padaku. Namun aku pun tak bisa menerima cintanya yang tulus. Bahkan setelah sekian lama, aku tak mampu membohongi diri untuk mencintai yang lain. Bumi hanya bisa mencintai pasangannya. Aku, Bumi, memendam cinta tak tergapai selama tujuh tahun ini. Hasilnya? Ya jomblo abadi, kalau kata Gerhana. Ya, hanya Gerhana yang tahu, siapa yang dirindukan Bumi, bagai punguk merindukan sang bulan.
Langit bukan tidak mengenalku. Sangat kenal malah. Bisa dibilang kami selalu bertiga. Ehm, tidak, maksudku, Langit dan Bumi selalu sama sama sejak kami sama sama mendaftarkan diri di SMA Pelita. Saat hujan deras melanda kotaku.
-Flash Back on-
Pagi ini aku harus memasukan berkas kelengkapan untuk mendaftar ulang di SMA terbaik di kotaku. Tekatku untuk membuat ibu bahagia setelah badai di rumah, membuatku sampai di SMA Pelita Dirgantara. Berkat prestasiku di SMP yang mampu mengharumkan kotaku di tingkat nasional, aku diterima tanpa tes di SMA Pelita Dirgantara. Aku juga mendapatkan beasiswa sampai aku lulus, selama nilaiku tetap diatas rata rata yang ditentukan. Semua sangat mudah bagiku sepertinya. Tuhan sangat sayang padaku.
Semangatku membara meski pagi itu tidak mendukungku. Aku yang diantar Mas Sam dengan motornya, harus menembus hujan, untuk bisa sampai di sekolah tepat waktu. Aku menyesap sejuknya pagi sambil menyerahkan helm dan jas hujan ke Mas Sam. Ku lambaikan tanganku saat kakak terbaikku itu meninggalkan lobi sekolah. Aku mengelap mukaku dengan lengan baju dan mengibaskan rambutku yang sedikit basah karena hujan. Tiba tiba selembar sapu tangan terulur.
"Pakailah ini untuk mengelap mukamu," kata seorang laki laki dengan seragam SMP. Dari badgenya, aku membaca tulisan SMP Pelita Dirgantara. Bibirnya menyungging sebuah senyuman. Entah kenapa badanku yang tadinya kedinginan, terasa menghangat dalam tatapannya.
"Hai, ayo cepat lap muka dan rambutmu, nanti kamu masuk angin," katanya lagi sambil tetap mengulurkan selembar sapu tangan. Aku menerima saputangannya. Bau harum menguar dari sapu tangan, saat menempel di wajahku. Sebuah bau yang tak kan kulupa sampai kapanpun. Bahkan setiap kali turun hujan, bau tanah dan basah seolah olah memunculkan bau saputangan laki laki yang menyapaku.
"Hai, bumi, kenalkan aku Langit," katanya sambil tersenyum lebar. Sejenak aku terpesona dengan senyumnya. Seperti aku terpesona dengan munculnya mentari setelah hujan di saat itu. Ya, anehnya hujan di luarpun berhenti memberi kesempatan mentari untuk bersinar bersama senyuman laki laki bernama Langit ini. Tapi tunggu dulu, apa aku tidak salah dengar?""Kamu tahu namaku? Apakah kita pernah ketemu," tanyaku keheranan.
"ehm... eh... a... aku... maksudku, aku tadi mendengar kakakmu memanggilmu," kata Langit terbata bata. Wajahnya tampak aneh dan terlihat gugup.
"Kakak?"
"Ehhh... maksudku... laki laki yang mengantarmu tadi. Itu kakakmu kan? Kalian mirip,"kata Langit sambil menggaruk kepalanya. Lucu. Eh tapi, emangnya Mas Sam tadi memanggil ku Bumi? masa sih? Ah sudahlah, nggak penting, kataku dalam hati."Kamu mau daftar ulang ya? Bareng yuk. Aku juga mau daftar ulang kok," moga-moga dengan barengan kita bisa sekelas," katanya cepat sambil menarik tanganku. Sejak saat itulah kami bersahabat. Doa Langit (yang juga doaku) terkabul. Sejak saat itu kami selalu sekelas dan langit selalu duduk di belakangku sampai kami lulus SMA. Sedangkan aku selalu duduk bersama Gerhana. Kami bertiga menjadi sahabat sampai kami lulus.
*Flashback end*
Nah ya Langit mulai modus deh.... mau tahu gimana modusnya Langit? Tunggu besok ya, takut dimarahin pak guru kalau baca terus.
Jangan lupa tinggalkan jejak untuk Bumi dengan komenmu. Dan tinggalkan bintang vote mu untuk Langit
Banyak cinta buat kalian semua
SKS
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Untuk Langit & Bumi
Roman d'amourHujan selalu menemani Langit dan Bumi menjalani kisahnya. Berawal dari pengkhianatan orang orang yang disayangi, kehilangan yang menyakitkan hingga memunculkan sebuah janji. Menjadi awal bersatunya dua hati. Namun kata persahabatan kadang menjadi p...