BAB 26 Melamarmu

17 0 0
                                    

Yuhuuuu, 
akhirnya sampai juga di akhir cerita Langit dan Bumi yang ingin bersatu. 
meski event telah berakir, tapi aku ingin kalian tahu bagaimana Langit melamar bumi dan apa jawaban bumi. 

yuk yuk liat

Namamu kian terdengar mesra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namamu kian terdengar mesra

Rindu tambah menggebu di jiwa

Tertuang dalam bait cinta

Yang ku tulis hanya untukmu saja

Mungkin begini harusnya cinta

Jalan berliku berdamping cerita

Pastilah terkenang sepanjang masa

Mungkin kan abadi selamanya


Bumi kembali pada kesadarannya dan berhenti di depan toilet. Gerhana yang berhasil menyusulnya langsung memeluk Bumi. Dipeluk erat sahabatnya tanpa kata. Namun saat tiba-tiba Bumi tertawa, Gerhana langsung menjauhkan pelukannya. Diguncangnya bahu bumi, khawatir.

"Hai Bumi, kamu tidak apa apa kan? Belum gila kan?" kata Gerhana dengan nada khawatir. Dipandanginya muka sahabatnya dengan cermat, seolah mencari apa yang salah di sana.

"Apa? Aku masih waras Na. Kenapa kamu bilang gila, enak aja," kata Bumi sambil mencubit Gerhana.

"Ya lagi, abis nangis, kabur-kaburan trus ketawa. Siapa yang nggak mikir kamu gila," kata Gerhana, sambil berdecak. Namun nada khawatir masih terdengar di sana. Tangannya masih memegang bahu bumi dengan kencang.

"Aku bahagia Na, sangat bahagia. Ternyata Langit mencintaiku. Tapi aku juga tidak bisa percaya. Benarkah Langit melamarku tadi?" kata Bumi. Terdengar dari suaranya, Bumi bahagia namun ragu. Wajahnya memancarkan kebahagiaan dan kebingungan sekaligus. Rona merah membuat pipinya yang gembil tampak seperti merekah. Wajahnya terlihat menggemaskan, membuat gerhana ingin mencubit pipi sahabatnya.

"Bumi, kita bersahabat bukan setahun dua tahun. Aku tahu sejak lama kalau Langit mencintaimu dari awal persahabatan kita. Kamu aja yang nggak peka," kata Gerhana dengan Gemas. Dia paham jika sahabatnya meragukan apa yang Langit katakan. Sahabatnya ini sangat tidak percaya diri dan merasa tidak mungkin dicintai oleh Langit. Gerhana merasa harus meyakinkan Bumi menerima Langit, agar tidak menyesal nanti.

"Lalu Mentari?" Tanya Bumi dengan ragu. Hatinya pasti tak rela jika jawaban Gerhana tidak seperti yang ada di pikirannya. Namun dia merasa tetap harus menanyakannya. Dia tidak ingin bermimpi, dan hanya sahabatnya inilah yang tidak akan membohonginya.

"Ada apa dengan si jalang itu? Mana mau Langit dengan jalang yang sudah diobok-obok banyak orang. Aku juga nggak akan rela sahabatku dapat jalang murahan," kata Gerhana sewot mendengar pertanyaan Bumi. Gerhana sama sekali tidak terima Bumi membandingkan dirinya dengan Mentari. Bahkan sekarang Bumi merasa Langit lebih pantas dengan Mentari? Mendengar itu, emosi Gerhana kembali naik.
"Hus, nggak baik ngomong gitu ah," kata Bumi sambil memukul sahabatnya pelan.

Hujan Untuk Langit & BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang