15 》 Hate, anger, and tears but that's love

23 8 0
                                    

Hee Ihn berjalan perlahan mengikuti wanita paruh baya dihadapannya. Perasaannya sungguh aneh, entah mengapa disaat-saat dirinya ingin pergi, ia malah semakin penasaran dengan wanita tersebut.

"Permisi bibi? Bibi ingin membawaku kemana?" Tanya Hee Ihn dengan nada lembut.

Tapi wanita itu tidak menyahut pertanyaan Hee Ihn dan terus berjalan, berjalan dan berjalan menuju ke suatu tempat yang semakin minim cahayanya.

Pandangan Hee Ihn mulai menghitam, bukan karena pingsan namun jalan dihadapannya semakin lama semakin gelap. Tapi anehnya, wanita dihadapannya masih terlihat dengan jelas mulai dari kaki hingga kepalanya.

"Jangan hanya melihatku Hee Ihn, lihatlah sekitaranmu." Wanita paruh baya itu berjalan semakin cepat namun Hee Ihn tetap berjalan normal. Semakin dikejar semakin jauh wanita itu. Akhirnya Hee Ihn mengikuti arahan wanita itu dan mulai melihat sekelilingnya.

Pintu? Ada puluhan pintu yang berjajar di sepanjang kiri dan kanan Hee Ihn. Tapi, sejak kapan pintu itu ada? Hee Ihn perlahan mendekat ke salah satu pintu yang menarik perhatiannya. 0909, angka yang begitu familiar baginya. Dibukanya pintu tersebut dan....

Nging!!!

Cahaya yang sangat terang adalah hal pertama yang dilihat Hee Ihn. Matanya otomatis tertutup untuk meredakan efek keburaman akibat cahaya yang terlalu banyak memasuki pupilnya. Perlahan cahaya itu memudar diikuti Hee Ihn yang membuka matanya perlahan.

"Annyeong?" Hee Ihn menyapa sesosok manusia kecil yang sedang berada di hadapannya. Namun, anak tersebut tidaklah mendengar Hee Ihn atau lebih tepatnya tidak menyadari kehadiran Hee Ihn. Ia hanya berdiri sambil memegang sebuah boneka stroberi sambil membelakangi Hee Ihn.

Semakin dilihat dan diteliti, Hee Ihn menyadari sesuatu. Boneka stroberi itu adalah miliknya? Berarti manusia kecil dihadapannya adalah dirinya sendiri? Sebuah cahaya yang amat terang kembali bersinar dan dengan cepat Hee Ihn menutup matanya.

Ketika matanya kembali terbuka, keadaannya berubah, kini ia berdiri di suatu tempat lebih tepatnya lorong apartemen dengan posisinya berada di hadapan sebuah pintu apartemen bernomor '0199'. Seketika waktu berjalan sendirinya dan aktivitas di sekitar lorong apartemen mulai terlihat.

Dari yang membuka pintu untuk keluar dan masuk, menerima paket atau makanan yang dipesan antar, tidak tertinggal pintu dihadapannya juga terbuka menampilkan sosok laki-laki yang cukup tampan untuk usianya. Namun ia tidak sendiri, disampingnya ada sosok perempuan kecil, yah itu Hee Ihn.

"Hee Ihn-a, ayok kita tinggalkan ibu." Laki-laki itu tersenyum lebar kepada putrinya, dirinya berniat menjahili istrinya dan bercanda dengan putrinya.

"Shireoo, eomma ppaliwa."

"Itu ayah? Dia sangat tampan, andai saja ayah masih ada sepertinya aku akan selalu mengajaknya berjalan-jalan untuk sekedar pamer." Hee Ihn mulai rapuh ketika melihat ayahnya.

"Chagi-ya!! Tunggu aku! Kau sungguh hanya membawa Hee Ihn tanpa diriku!" Seorang wanita keluar dengan terburu-buru tapi tidak lupa untuk mengunci pintu apartemennya juga.

"Dan.... Ini pasti ibu. Ibu sangat cantik ternyata." Hee Ihn mulai menggetarkan suaranya dikarenakan dirinya semakin rapuh melihat ibunya.

"Kajja!!" Hee Ihn kecil berseru dengan suara imutnya sambil menggandeng kedua tangan besar sang ayah dan ibu.

Ya Tuhan, entah kenapa Hee Ihn sekarang merasa kesal melihat ini semua. Rasa benci, amarah dan air mata tiada henti mengganggu dirinya. Apakah ini yang disebut kenangan indah yang tidak akan pernah kembali lagi?

All About Time [Never To The End] WooJi FF [Complete] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang