18 》Never feel like this

19 6 0
                                    

Hee Ihn berjalan ke sebuah meja yang membelakangi posisi meja Jeonghan dan yang lain. Agak berbahaya memang karena resiko ketahuan sangatlah tinggi. Namun, Hee Ihn tetap berusaha bertindak alami dan membaca lembaran menu yang tersedia di mejanya untuk menutup kehadirannya.

"Annyeong, selamat datang di Cafe Ruoxinia, ada yang bisa saya bantu?" Seorang pegawai Cafe mendekati Hee Ihn dan bertanya mengenai menu apa yang ingin dipesan Hee Ihn.

"Saya ingin 1 coffee latte." Hee Ihn mengatakannya dengan pelan dan masih mengangkat lembaran menunya menutupi wajahnya.

"Maaf? Bisa diulangi lagi kak?"

Rasanya Hee Ihn ingin sekali mengutuk pegawai satu ini. Jika ia terus bertanya seperti ini, pasti akan ketahuan oleh mereka.

"Coffee lattenya 1." Hee Ihn mengulangi perkataannya dengan suara yang sedikit dinaikkan volumenya.

"Ah baiklah, ada tambahan lainnya kak?"

Hee Ihn menggelengkan kepalanya untuk berkata tidak daripada mengeluarkannya dari mulut.

"Untuk pesanannya atas nama siapa kak?"

Bisakah Hee Ihn mengumpat sekarang? Rasanya ingin sekali mengeluarkan semua yang ia ketahui kepada pegawai dihadapannya. "Go Hee Ryu, kak."

"Baiklah, mohon tunggu sebentar ya kak."

Tidak berapa lama, seorang pegawai laki-laki datang mendekati Hee Ihn dan meletakkan sebuah piring berisi sepotong kue red velvet.

"Maaf tapi aku tidak memesannya." Hee Ihn memberitahu kepada pegawai tersebut dengan menutup-nutupi menggunakan lembaran menu.

"Maaf kak tapi meja disebelah yang memesankan ini untuk kakak."

Hee Ihn lalu menatap ke belakang mengarah ke meja yang dimaksud oleh pegawai itu.

"Yakh Hee Ihn, kalau kau ingin mengintai lakukan dengan benar dan jangan gunakan nama ibumu." Jeonghan ternyata menyadari kehadiran Hee Ihn dari nama pemesanan.

"Aku bahkan sudah curiga dari mobil yang terus mengikuti kita tadi."

"Katakan saja jika kau ingin bergabung."

Hee Ihn sangat malu, benar-benar malu sampai tidak bisa menatap mereka. Hee Ihn tetap menjaga wajah datar seolah masih kesal dengan semuanya.

"Hee Ihn-a, gomawo sudah menyelamatkan ibuku." Jeonghan merasa bersyukur atas tindakan Hee Ihn.

"Dia juga ibuku, aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan."

"Tapi, bagaimana kau bisa tau dimana lokasi bibimu?" Ji Heon bertanya karena penasaran.

"Intinya aku tau karena ucapan para penjaga itu."

"Ada apa dengan lehermu?" Hyun Woo menyerang Hee Ihn dengan pertanyaan lain yang kini membuatnya mengusap-ngusap bagian leher yang dimaksud Hyun Woo.

"Tidak ada, hanya sedikit perlawanan."

"Hee Ihn-a, inilah alasan aku tidak ingin kau terlibat. Kau selalu nekat dan berbuat sendiri." Jeonghan menuangkan rasa kesalnya pada Hee Ihn, ia sangat takut hal-hal seperti ini akan terjadi ke depannya.

"Sudah terlambat, lagipula waktuku tinggal sedikit, aku juga harus mengakhirinya karena kau, kau dan dia adalah takdirku." Hee Ihn menunjuk ke arah Ji Heon dan Hyun Woo.

"Hah? Apa maksudmu?"

"Tidak-tidak, lanjutkan diskusinya, aku ingin tau rencana kalian." Hee Ihn membantah untuk melanjutkan penjelasannya tadi.

"Ya sudah dengarkan baik-baik, malam ini kita akan menjatuhkan Lee Dong Wook. Aku sudah memberi bukti itu kepada temanku yang bekerja di unit kejahatan kepolisian Seoul. Malam nanti aku akan melakukan transaksi seperti yang dia inginkan, aku yakin dia pasti mencari pengganti untuk dijadikan sandera dan berucap seolah dia adalah ibuku."

All About Time [Never To The End] WooJi FF [Complete] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang