Part 26

1.5K 97 17
                                    

AFIFAH TAK SEBODOH ITU

"Diam bukan berarti salah, diam bukan berarti bodoh dan diam bukan berarti menyerah. Karena terkadang kita perlu diam terhadap suatu masalah agar kita tahu sampai dimana lawan kita akan bertindak"
.
(Afifah Afra)

💖💖💖💖💖💖💖

"Hai Afifah" sapa Elisa saat melihat afifah. Afifah yang disapa pun hanya tersenyum. Sebenarnya dia kaget dengan sikap Elisa yang ramah padanya.

"El, kamu disini. Oh, kamu antar adik kamu?" tanya Afifah yang tetap memyambutnya dengan ramah.

"Iya aku antar adik aku. Tapi sebenarnya juga aku ingin bicara berdua dengan kamu. Apa kamu punya waktu? Soalnya dari tadi aku nunggu kamu keluar" kata Elisa. Afifah yang masih bingung dengan sikal Elisa tapi tetap saja dia menghargai Elisa dengan tetap berbaik sangka padanya.

"Boleh. Kita bicara di taman itu saja" kata Afifah sambil menunjuk ke arah taman.

"Ayo" kata Elisa kemudian berjalan menarik tangan Afifah. Afifah yang ditarik hanya pasrah dan mengikutinya. Setelah sampai mereka pun duduk disebuah kursi ditaman itu.

"Afifah, aku mau minta maaf sama kamu. Kalau selama ini aku kadang merendahkanmu. Maafkan juga kalau dulu aku selalu menjauhkanmu dengan sahabatmu. Jujur saja aku melakukan itu karena aku tidak suka melihat kedekatan kamu. Kamu tahukan dulu aku pernah bilang kalau aku suka sama dia. Jadi itu yang buat aku menjadi marah padamu dan memutuskan persahabatan kita. Maafkan aku Afifah" kata Elisa sambil memegang tangan Afifah.

Afifah yang mendengar itu sukses dibuat kaget. Karena dia tahu sifat Elisa bahwa dia tidak akan pernah meminta maaf pada seseorang sekalipun dia salah. Apalagi menyadari setiap kesalahannya. Tapi apa yang dia lihat dan dengar sekarang membuatnya benar-benar kaget.

Dia merasa takut kalau ini adalah siasat Elisa lagi sama seperti dulu. Namun detik kemudian dia beristighfar. Berusaha untuk tidak menaruh dendam atau curiga pada orang lain.

"Iya. Aku maafkan, bahkan sebelum kamu minta maaf aku sudah maafkan. Aku maklum kok dengan sikap mu selama ini. Itu wajar karena memang kamu menyukai Rifki" kata Afifah sambil tersenyum.

"Terima kasih yah Afifah. Kamu benar-benar baik" kata Elisa dan langsung memeluk Afifah dan Afifah juga membalas pelukan itu.

'Semoga kali ini aku tidak membuat kesalahan' batin Afifah.

"Iya, sama-sama" kata Afifah. Setelah pelukan itupun Afifah melihat wajah sedih Elisa.

"Kamu kenapa kok jadi sedih?" tanya Afifah lembut.

"Itu Afifah aku lagi mikirin nasib aku. Sudah 5 tahun aku menyukai Rifki tapi masih saja dia tidak membalasnya. Dia hanya menganggap aku sahabat. Mungkin karena dia suka lagi sama kamu" kata Elisa.

"Eh, kok aku. Kita itu hanya sahabat, tidak lebih" kata Afifah tersenyum.

"Iya, tapi dia selalu mengutamakanmu. Dan tidak melirikku sama sekali. Padahal aku sangat menyukainya" kata Elisa dengan raut wajah yang sedih. Entah, apa dia sedih beneran atau hanya dibuat-buat.

"Sesuka itu yah kamu sama Rifki. Andai saja aku bisa membantumu. Tapi nyatanya aku tidak bisa karena soal perasaan Allah yang ngatur semuanya" kata Afifah. Membuat senyuman diwajah Elisa terpancar. Tapi senyum itu sangat tipis.

"Kamu bisa bantu aku kok" kata Elisa dengan cepat.

"Apa?" tanya Afifah bingung.

"Jauhin Rifki" kata Elisa dengan tegas. Namun detik berikunya dia kembali menampilkan wajah sedihnya "Kalau kamu mau sih. Aku juga tidak bisa maksa. Kalian kan sahabatan. Mana mungkin kamu mau jauhin dia.  Lupakan saja" kata Elisa dengan wajah sedihnya. Afifah hanya diam. Dia sedang sibuk berkelana dengan pemikirannya.

Kemana Cinta Harus Berlabuh [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang