Part 9

2K 171 18
                                    

BANGKIT

"Tak salah jika kau menyesal karena penyesalan memang selalu ada disaat kita sadar akan kesalahan kita. Namun yang salah ketika kau terus terpuruk dalam penyesalan itu"
.
(Afifah Afra)

💖💖💖💖💖💖💖

"Mengapa semua menyalahkan ku. Apa kali ini aku memang keterlaluan? Apa maksudnya tadi? Siapa sebenarnya Afifah mengapa seakan-akan aku salah dalam menilainya. Dan yah tadi kenapa dia marah aku menyalahkan orang tuanya" kata adrian dengan suara yang pelan sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

"Ren, apa aku sebegitu keterlaluan yah? apa kamu juga akan pergi?" lanjutnya sambil melihat Reno.

"Kamu memang keterlaluan tapi aku yakin kamu melakukan ini demi kebaikannya" kata Reno sambil memegang bahu adrian. Adrian pun melihat reno kemudian berbicara dengan suara pelan.

"Terima kasih sudah percaya denganku" kata adrian sambil tersenyum kemudian dibalas anggukan oleh reno. Reno memang marah pada adrian karena dia benar-benar telah melukai Afifah. Namun dia juga tidak mungkin akan meninggalkannya karena dia yakin adrian pasti juga menyesalinya dan dia punya alasan melakukan itu.

"Jujur saja aku baru pertama kali melihatnya semarah itu dan juga menangis. Menurutku dia wanita yang ceria dan selalu tersenyum tapi hari ini dia begitu berbeda. Kevin memang benar bahwa kamu sudah menyentuh sisi lemahnya. Tapi tenang saja karena aku mengenalmu jauh sebelum mengenal afifah. Jadi, aku tahu ini cara yang kamu ambil untuk membuat dia menyerah. Walau aku tak tahu bagaimana perasaan mu pada Afifah" kata Reno dengan bijak. Dan Adrian hanya diam dan mencoba merenungi kata-kata Reno.

💖💖💖💖💖

Sementara dilain tempat Afifah ditenangkan oleh Claudia. Dia menangis menyesali semua yang telah terjadi. Kenangan pahit kembali memenuhi pikirannya. Kenangan dimana dia harus hidup tanpa kasih sayang orang tuanya.

Kata-kata adrian membuat sisi lemah afifah terbangun. Orang tua. Kini dia merindukan mereka. Kasih sayangnya, didikannya dan semua hal tentang itu. Bahkan wajah orang tua dia saja dia tidak tahu. Jadi adrian benar, orang tuanya tidak mendidiknya dengan baik. Tapi perkataan itu seakan menghina ibunya, ibu yang sudah membesarkannya dan sudah merawatnya dengan penuh kasih sayang bahkan dia mendidik afifah dengan begitu baik hanya saja dia dibutakan akan cinta.

"Afifah,  kamu jangan tangisi dia yang tidak pantas untuk kau tangisi" kata Claudia.

"Aku bukan menangisi dia Claudia.  Karena aku tahu hari ini akan terjadi. Walau sakit tapi aku memang pantas menerima ini. Dia benar aku hanya gadis yang selalu merendahkan diriku sendiri. Tapi dia membuatku kembali rindu akan sosok orang tua. Orang tuaku memang membuangku tapi aku tidak terima jika dia menyalahkannya. Dia juga mempertanyakan soal didikan orang tuaku yang seakan mempertanyakan didikan dari ibuku. Ibu yang merawatku dengan penuh kasih sayang. Dia tidak salah aku yang salah. Ibuku sudah mengajariku agama caludia tapi aku disini yang tidak mengamalkannya" kata Afifah kepada claudia namun dia akhir katanya dia seakan suaranya hilang karena menangis. Claudia pun memeluknya untuk menenangkannya.

"Sabar Afifah. Ini bukan salah kamu" kata Claudia sambil mengusap bahu sahabatnya. Dia juga ikut terbawa akan suasana. Tanpa terasa air matanya juga turun membasahi wajahnya.

"Claudia,  aku rindu orang tuaku. Aku tidak tahu dimana dia. Aku ingin bertemu dengannya aku juga ingin merasakan didikannya. Seandainya orang tuaku menemaniku aku mungkin tidak akan seperti ini. Aku mendekatinya karena aku nyaman dengannya. Melihatnya dan mendengar lantunan ayat suci mampu meredam rasa rinduku pada orang tuaku. Tapi hari ini aku tidak bisa lagi mendekatinya karena aku sudah berjanji padanya" kata Afifah yang masih saja menangis. Claudia masih setia mendengar setiap keluh kesah sahabatnya ini.

Kemana Cinta Harus Berlabuh [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang